Mahayana, atau "Kendaraan Besar," menekankan pemahaman yang lebih tinggi tentang kekosongan (shunyata) dan kasih sayang (karuna). Fokus utama Mahayana adalah bodhisattva, individu yang menunda pencerahan pribadi mereka untuk membantu semua makhluk mencapai kebebasan dari penderitaan.Â
Praktik ini didasarkan pada rasa belas kasih yang mendalam dan dorongan untuk membawa manfaat bagi semua makhluk. Dengan memahami kekosongan dan sifat interkoneksi semua hal, praktisi Mahayana berusaha untuk mencapai pencerahan kolektif.
Tantrayana
Tantrayana, berbeda dengan dua jalur lainnya, tidak menolak apa pun. Semua elemen kehidupan—termasuk masalah, emosi negatif, dan orang sulit—dapat digunakan sebagai alat transformasi. Praktisi Tantrayana belajar untuk mengubah pengalaman-pengalaman ini menjadi peluang untuk pertumbuhan spiritual.Â
Mereka menggunakan berbagai ritual, mantra, dan visualisasi untuk mencapai transformasi diri yang mendalam. Tujuannya adalah mencapai pencerahan dengan cara yang cepat dan kuat, dengan kebijaksanaan dan kekuatan yang datang dari penggunaan semua aspek kehidupan sebagai jalan spiritual.
Melalui pendekatan ini, Tantrayana mengajarkan bahwa kebahagiaan pribadi dan bantuan kepada orang lain dapat berjalan beriringan, membawa pencerahan tidak hanya bagi diri sendiri tetapi juga bagi dunia sekitar.
Menggunakan Tubuh untuk Mengubah Pikiran
Hubungan Tubuh dan Pikiran dalam Tantrayana
Tantrayana memahami bahwa tubuh dan pikiran saling berhubungan erat dan dapat saling mempengaruhi. Praktisi Tantrayana menggunakan tubuh sebagai alat untuk bekerja dengan pikiran dan mencapai perkembangan spiritual. Ketika ada blokade di saluran tubuh halus (nadi), pikiran juga menjadi kaku dan tidak fleksibel.Â
Untuk itu, teknik-teknik dalam Tantrayana dirancang untuk menghilangkan blokade ini, memungkinkan energi vital mengalir lebih bebas. Hal ini membawa keseimbangan dan kejernihan pada pikiran, membantu praktisi mendekati keadaan pencerahan.
Teknik-teknik untuk Mengalirkan Energi Vital