Dalam menjalani hidup yang bijaksana setiap tindakan kita harus selalu diiringi dengan moralitas. Hidup bermoral berarti menghargai martabat manusia dan bersikap alami. Manusia cenderung menjadi terharu ketika melihat tindakan kebaikan dan merasa tidak nyaman saat menyaksikan kejahatan terjadi. Jika kita sering berperilaku buruk, kita akan merasa terganggu karena itu bertentangan dengan tujuan hidup.
Untuk hidup damai, kita harus mengikuti nilai-nilai moral dan suara hati yang positif. Dengan kata lain, menghindari perbuatan buruk dan melakukan kebaikan. Tinggalkan semua perilaku irasional, tidak solidaritas, enggan berdialog, dan egois, maka perilaku kita akan menjadi positif.
Moralitas adalah kunci hidup bersama, dan aturan sosial bergantung pada moralitas setiap individunya. Tanpa moralitas, undang-undang dengan mudah disiasati. Aturan yang berlebihan dalam suatu masyarakat menunjukkan berapa banyak tingkat ketergantungan kita, namun jika moral kita matang, kita tidak memerlukan banyak aturan-aturan tersebut. Masyarakat yang mandiri memiliki moral yang kuat, sehingga aturan menjadi efektif. Hidup bermoral adalah syarat utama untuk mewujudkan perdamaian. Tanpa nilai moral, perdamaian sulit dapat terwujud. Jadi, menjadi individu yang bijaksana dan bermoral adalah kunci perdamaian, termasuk juga dalam bidang politik. Politik yang bermoral sangat penting untuk masyarakat yang harmonis.
Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang Penyakit-penyakit  moral dan intelektual yang sering terjadi dalam masyarakat. Untuk mencapai perdamaian, ada tiga penyakit moral dan intelektual  yang harus kita hindari. Mari kita bahas apa saja penyakit-penyakit moral tersebut satu-persatu.
Â
Rasa Lelah, Malas, dan Bosan
Rasa lelah, malas, dan bosan adalah tantangan yang sering kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Kita mungkin merasa lelah karena terus-menerus berpikir bahwa kita tidak melakukan sesuatu dengan benar, yang dapat menimbulkan rasa tidak puas dan kehilangan motivasi. Namun, penting untuk diingat bahwa setiap kesalahan adalah peluang untuk belajar dan tumbuh. Dengan memandang kesalahan sebagai langkah penting dalam proses pembelajaran, kita dapat mengubah pandangan kita dan menemukan motivasi baru.
Ketika kita merasa malas, seringkali karena kita tidak melihat nilai atau tujuan dalam tugas yang kita hadapi. Untuk mengatasi ini, cobalah untuk menetapkan tujuan yang jelas dan mencari aspek-aspek yang dapat membangkitkan minat kita. Dengan menemukan makna dan kepuasan dalam pekerjaan kita, kita dapat mengatasi rasa malas.
Bosan bisa muncul ketika kita terjebak dalam rutinitas atau tidak merasa tertantang. Mencari kegiatan baru yang menarik atau mengubah cara kita melakukan tugas-tugas rutin dapat membantu menghilangkan kebosanan. Ingatlah bahwa kebosanan juga bisa menjadi tanda bahwa kita perlu waktu untuk beristirahat dan merefleksikan diri.
Dengan menghadapi rasa lelah, malas, dan bosan secara proaktif, kita dapat menemukan keseimbangan dan kebahagiaan dalam kehidupan kita. Ini memungkinkan kita untuk hidup dengan lebih damai, baik dengan diri sendiri maupun dengan orang lain. Kedamaian bukan hanya tentang ketenangan eksternal, tetapi juga tentang ketenangan internal yang kita raih melalui pemahaman dan penerimaan diri.