Mohon tunggu...
Andriyanto
Andriyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Jika kamu tak menemukan buku yang kamu cari di rak, maka tulislah sendiri.

- Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh - Rasa bahagia dan tak bahagia bukan berasal dari apa yang kamu miliki, bukan pula berasal dari siapa dirimu, atau apa yang kamu kerjakan. Bahagia dan tak bahagia berasal dari pikiran kamu sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gerbang Torii: Gerbang Pembatas Kesucian Antara Dunia Manusia dan Para Dewa

15 Februari 2024   07:00 Diperbarui: 15 Februari 2024   07:10 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika kita berbicara tentang Jepang, salah satu simbol yang paling sering muncul dalam pikiran kita adalah Gerbang Torii. Gerbang ini, yang biasa kita lihat di pintu masuk kuil Shinto, bukanlah sekadar gerbang biasa. Mereka adalah simbol penting yang menandai batas antara dunia manusia dan dunia suci, dua alam yang sangat berbeda namun saling terkait erat dalam kepercayaan dan budaya Jepang.

Gerbang Torii adalah representasi fisik dari filosofi spiritual Jepang yang mendalam. Mereka adalah penjaga yang menjaga kesucian kuil dan melindungi dari pengaruh negatif. Melintasi gerbang ini bukan hanya tindakan fisik, tetapi juga perjalanan spiritual, sebuah transisi dari kehidupan sehari-hari ke ruang suci.

Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih lanjut tentang apa itu Gerbang Torii. Asal usulnya, desain dan fungsi dari gerbang ini, dan bagaimana mereka mencerminkan prinsip-prinsip agama Shinto. Kita juga akan membahas nilai Gerbang Torii bagi orang Jepang. Selain itu, kita juga akan melihat keberadaan Gerbang Torii di luar Jepang. Meskipun mereka adalah simbol khas Jepang, pengaruh mereka telah menyebar ke berbagai tempat di dunia.

Gerbang Torii bukan hanya sekadar gerbang, tetapi juga jendela ke dunia spiritual, sebuah simbol dari hubungan manusia dengan alam dan dewa. Mari kita mulai perjalanan kita untuk memahami lebih dalam tentang Gerbang Torii, gerbang pembatas kesucian antara manusia dan para Kami.

Apa Itu Gerbang Torii?

Gerbang Torii (鳥居) adalah struktur ikonik yang menjadi simbol kuat dari budaya dan tradisi Jepang. Biasanya ditemukan di pintu masuk kuil Shinto, gerbang ini bukanlah sekadar gerbang biasa. Mereka adalah penanda penting yang memisahkan dunia manusia dari dunia suci, atau tempat di mana Kami (dewa) bersemayam.

Dalam konteks agama Shinto, dunia manusia dan dunia suci adalah dua alam yang sangat berbeda. Dunia manusia adalah tempat kita hidup sehari-hari, penuh dengan kegiatan dan kekhawatiran duniawi. Sementara itu, dunia suci adalah tempat para Kami bersemayam, sebuah alam yang penuh dengan kesucian dan kedamaian.

Gerbang Torii berfungsi sebagai pembatas antara dua dunia ini. Dengan melintasi gerbang ini, kita secara simbolis meninggalkan dunia manusia dan memasuki dunia suci. Ini adalah transisi dari profan, atau daerah yang umum dan tidak disucikan, ke yang suci. Dengan kata lain, Torii adalah gerbang yang membawa kita dari kehidupan sehari-hari ke ruang spiritual.

Namun, Torii bukan hanya sekadar pembatas. Mereka juga merupakan simbol perlindungan dan penyucian. Dengan melintasi Torii, kita secara simbolis membersihkan diri dari kekotoran duniawi dan mempersiapkan diri untuk berinteraksi dengan para Kami.

Jadi, ketika Anda melihat Gerbang Torii, ingatlah bahwa Anda sedang melihat lebih dari sekadar gerbang. Anda sedang melihat sebuah simbol yang kaya akan makna dan sejarah, sebuah pintu gerbang ke dunia suci, dan sebuah jembatan antara manusia dan para Kami.

Asal Usul Gerbang Torii

Asal usul Gerbang Torii berkaitan erat dengan legenda Jepang kuno yang melibatkan Amaterasu, dewi matahari dalam mitologi Shinto. Menurut legenda, Amaterasu sangat marah kepada adik laki-lakinya yang suka mengganggu. Dalam kemarahannya, Amaterasu bersembunyi di gua dari batu karang yang disebut Ama no iwato. Jalan masuk gua ditutupinya dengan batu karang sehingga terjadi gerhana matahari. Orang menjadi takut matahari tidak akan bersinar lagi.

Dalam keadaan putus asa, atas nasihat seorang bijak, semua naganaki tokoyo no tori (ayam jantan) dikumpulkan dan diminta agar berkokok. Suara ayam jantan ini membangkitkan rasa penasaran Amaterasu, yang kemudian mau mengintip ke luar karena ingin tahu alasan ayam-ayam jantan berkokok. Melihat ini sebagai kesempatan, pesumo berbadan besar lalu mendorong dengan paksa batu karang tersebut hingga gua terbuka. Matahari muncul kembali dan dunia berhasil diselamatkan.

Menariknya, pohon tempat hinggap ayam-ayam jantan yang diletakkan di depan altar konon merupakan bangunan torii yang pertama. Ini mencerminkan bagaimana Torii, dalam banyak hal, adalah simbol harapan dan pembaruan. Mereka menandai batas antara dunia manusia dan dunia suci, dan berfungsi sebagai pengingat akan kekuatan dan kebijaksanaan para Kami.

Demikian, asal usul Gerbang Torii tidak hanya memberikan wawasan tentang sejarah dan mitologi Jepang, tetapi juga membantu kita memahami nilai dan simbolisme yang melekat pada struktur ini. Mereka adalah pintu gerbang ke dunia suci, dan cerminan dari kepercayaan dan tradisi yang mendalam dalam budaya Jepang.

Desain dan Fungsi Gerbang Torii

Gerbang Torii, dengan desainnya yang khas dan fungsi spiritualnya, adalah salah satu simbol paling dikenal dari budaya Jepang. Desain Torii sangat unik dan mudah dikenali. Terdiri dari dua batang palang sejajar yang disangga dua batang tiang vertikal, struktur ini menciptakan bentuk yang sederhana namun kuat. Palang atas biasanya sedikit melengkung, sementara palang bawah biasanya lurus. Kedua palang ini mewakili langit dan bumi, sementara dua tiang vertikal mewakili batas antara dunia manusia dan dunia suci.

Warna merah (oranye) menyala yang biasanya digunakan untuk mewarnai Torii memiliki makna spiritual dalam budaya Jepang. Warna ini dianggap dapat menangkal kejahatan dan bencana. Meskipun demikian, tidak semua Torii dicat merah. Beberapa dibiarkan dalam warna alami kayunya, menciptakan tampilan yang lebih alami dan harmonis dengan lingkungan sekitarnya.

Selain desainnya, fungsi Torii juga sangat penting. Sebagai pintu gerbang kuil, Torii menandai batas antara dunia manusia dan dunia suci. Dengan melintasi Torii, pengunjung secara simbolis memasuki wilayah suci, meninggalkan belakang kehidupan sehari-hari mereka dan mempersiapkan diri untuk berinteraksi dengan para Kami.

Namun, Torii bukan hanya sekadar pintu gerbang. Mereka juga berfungsi sebagai penanda jalan, membantu pengunjung menemukan jalan mereka ke kuil. Dalam beberapa kasus, Torii juga digunakan untuk menandai tempat-tempat suci lainnya, seperti pohon suci atau batu suci.

Desain dan fungsi Gerbang Torii mencerminkan filosofi dan nilai-nilai penting dalam budaya dan agama Jepang. Mereka adalah simbol dari hubungan manusia dengan alam dan dewa, dan peran penting mereka dalam kehidupan sehari-hari orang Jepang.

Nilai Gerbang Torii Bagi Orang Jepang

Bagi orang Jepang, Torii bukan hanya sekadar gerbang. Mereka adalah simbol yang kuat dan penting, yang mencerminkan nilai-nilai dan kepercayaan mereka, terutama dalam konteks agama Shinto dan budaya Jepang.

Torii menandai batas antara dunia manusia dan dunia suci. Ini adalah batas yang memisahkan dua alam yang sangat berbeda: dunia sehari-hari yang kita alami, dan dunia suci tempat para Kami (dewa) bersemayam. Dengan melintasi Torii, seseorang secara simbolis memasuki wilayah suci. Ini adalah perjalanan spiritual, sebuah transisi dari dunia profan ke dunia yang suci.

Nilai ini sangat penting dalam agama Shinto, yang menekankan harmoni dengan alam dan penghormatan terhadap Kami. Melintasi Torii adalah bagian dari ritual keagamaan, sebuah tindakan yang membantu seseorang mempersiapkan diri untuk berinteraksi dengan Kami.

Namun, nilai Torii tidak terbatas pada aspek religius saja. Sebagai bagian integral dari budaya Jepang, Torii juga memiliki nilai estetika dan historis. Desain mereka yang sederhana namun kuat mencerminkan keindahan estetika Jepang, sementara sejarah dan tradisi yang terkait dengan mereka mencerminkan warisan budaya Jepang.

Torii bukan hanya sekadar gerbang, tetapi juga merupakan simbol dari hubungan manusia dengan alam dan dewa, dan peran penting mereka dalam kehidupan sehari-hari orang Jepang. Mereka adalah jembatan antara dunia manusia dan dunia suci, dan pintu gerbang menuju pemahaman yang lebih dalam tentang agama Shinto dan budaya Jepang.

Gerbang Torii di Luar Jepang

Meskipun Gerbang Torii secara tradisional merupakan bagian dari kuil Shinto di Jepang, pengaruhnya telah menyebar ke berbagai tempat di dunia. Ini adalah bukti dari bagaimana simbol dan tradisi dapat melintasi batas-batas geografis dan budaya, dan menjadi bagian dari lanskap spiritual dan fisik di tempat lain.

Beberapa budaya lain telah mengadopsi atau mengadaptasi Gerbang Torii dalam konteks mereka sendiri. Misalnya, di Cina dan Korea, Anda mungkin menemukan struktur yang mirip dengan Gerbang Torii. Meskipun mereka mungkin memiliki nama dan fungsi yang berbeda, mereka tetap mempertahankan esensi dasar sebagai portal atau gerbang. Mereka masing-masing memiliki karakteristiknya sendiri, mencerminkan keunikan budaya dan tradisi mereka.

Selain itu, bangunan yang mirip dengan Gerbang Torii juga bisa ditemukan di pemukiman bangsa Tai. Ini menunjukkan bagaimana simbol dan struktur tertentu dapat memiliki resonansi universal, mampu berbicara kepada orang-orang dari berbagai latar belakang dan budaya.

Namun, penting untuk diingat bahwa meskipun Gerbang Torii mungkin tampak sama secara fisik di tempat-tempat ini, makna dan simbolisme mereka mungkin berbeda. Setiap budaya, setiap tradisi, dan setiap agama memiliki cara mereka sendiri untuk memahami dan menginterpretasikan simbol ini.

Dengan demikian, Gerbang Torii, sementara tetap menjadi ikon Jepang, juga telah menjadi bagian dari lanskap global. Mereka adalah jembatan antara dunia manusia dan dunia suci, tidak hanya di Jepang, tetapi juga di banyak tempat lain di dunia. Mereka mengingatkan kita bahwa meskipun kita mungkin berbeda dalam banyak hal, kita semua mencari jalan kita sendiri menuju pemahaman yang lebih dalam tentang dunia di sekitar kita.

Kesimpulan

Gerbang Torii, dengan bentuknya yang sederhana namun penuh makna, telah menjadi simbol yang kuat dari budaya dan agama Jepang. Mereka bukan hanya sekedar gerbang, tetapi juga merupakan elemen penting dalam praktik dan simbolisme agama Shinto. Dengan melintasi Torii, kita secara simbolis memasuki wilayah suci dan meninggalkan dunia manusia.

Torii mewakili perjalanan spiritual, transisi dari dunia profan ke dunia yang suci. Mereka adalah penanda batas antara dunia manusia dan dunia suci, dua alam yang sangat berbeda namun saling terkait erat dalam kepercayaan dan budaya Jepang. Melintasi Torii adalah bagian dari ritual keagamaan, sebuah tindakan yang membantu seseorang mempersiapkan diri untuk berinteraksi dengan Kami.

Namun, Torii bukan hanya sekedar pintu gerbang. Mereka juga berfungsi sebagai penanda jalan, membantu pengunjung menemukan jalan mereka ke kuil. Dalam beberapa kasus, Torii juga digunakan untuk menandai tempat-tempat suci lainnya, seperti pohon suci atau batu suci.

Penting untuk diingat bahwa meskipun Torii mungkin tampak sama secara fisik di berbagai tempat, makna dan simbolisme mereka mungkin berbeda. Setiap budaya, setiap tradisi, dan setiap agama memiliki cara mereka sendiri untuk memahami dan menginterpretasikan simbol ini.

Dengan demikian, Gerbang Torii, sementara tetap menjadi ikon Jepang, juga telah menjadi bagian dari lanskap global. Mereka adalah jembatan antara dunia manusia dan dunia suci, tidak hanya di Jepang, tetapi juga di banyak tempat lain di dunia. Mereka mengingatkan kita bahwa meskipun kita mungkin berbeda dalam banyak hal, kita semua mencari jalan kita sendiri menuju pemahaman yang lebih dalam tentang dunia di sekitar kita.


Sumber:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun