Mohon tunggu...
Andriyanto
Andriyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Jika kamu tak menemukan buku yang kamu cari di rak, maka tulislah sendiri.

- Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh - Rasa bahagia dan tak bahagia bukan berasal dari apa yang kamu miliki, bukan pula berasal dari siapa dirimu, atau apa yang kamu kerjakan. Bahagia dan tak bahagia berasal dari pikiran kamu sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Sriwijaya, Pusat Pembelajaran Agama Buddha di Asia Tenggara

11 Februari 2024   07:00 Diperbarui: 11 Februari 2024   07:06 526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa contoh karya sastra Sriwijaya adalah prasasti-prasasti yang menggunakan aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta. Prasasti-prasasti ini berisi informasi sejarah, politik, ekonomi, budaya, dan agama Sriwijaya. Beberapa prasasti yang terkenal adalah Prasasti Kedukan Bukit di Palembang, Prasasti Kota Kapur di Bangka, Prasasti Karang Brahi di Jambi, Prasasti Talang Tuo di Sumatera Selatan, dan Prasasti Kayumwungan di Jawa Tengah.

Beberapa contoh karya sastra lainnya adalah teks-teks Buddha yang ditulis atau diterjemahkan oleh para pendeta terkenal, seperti Sanghyang Kamahayanikan, Sanghyang Tapak Sutra, Nagarakretagama, dan lain-lain. Teks-teks ini berisi ajaran-ajaran Buddha yang mendalam dan luas. Beberapa teks ini juga berisi cerita-cerita tentang sejarah dan budaya Sriwijaya.

Agama Buddha di Sriwijaya

Agama Buddha adalah agama utama yang dianut oleh penduduk Sriwijaya. Agama Buddha memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan Sriwijaya, baik dari segi politik, ekonomi, budaya, maupun pendidikan. Agama Buddha juga menjadikan Sriwijaya sebagai pusat pembelajaran agama yang terkenal di Asia Tenggara dan Asia Timur.

Masyarakat Sriwijaya menganut agama Buddha dari aliran Mahayana dan Theravada. Aliran Mahayana adalah aliran Buddha yang menekankan pada keselamatan semua makhluk hidup melalui bantuan dari para bodhisattva atau makhluk suci yang menunda pencerahan demi membantu orang lain. Aliran Theravada adalah aliran Buddha yang menekankan pada keselamatan diri sendiri melalui pengamalan ajaran-ajaran asli dari Sang Buddha.

Sriwijaya memiliki banyak pusat pembelajaran agama Buddha yang tersebar di seluruh wilayahnya. Pusat-pusat pembelajaran ini menjadi tempat belajar dan bermeditasi bagi para pendeta Buddha dari berbagai daerah, seperti India, Tiongkok, Tibet, dan Jawa. Pusat-pusat pembelajaran ini juga menyimpan banyak kitab-kitab suci Buddha yang ditulis atau diterjemahkan oleh para pendeta terkenal.

Salah satu pusat pembelajaran agama Buddha terbesar dan terpenting di Sriwijaya adalah Sri Dharmasraya. Sri Dharmasraya adalah sebuah biara Buddha yang terletak di Palembang, ibu kota Sriwijaya. Biara ini didirikan oleh raja Sriwijaya, Balaputra, pada abad ke-9 Masehi. Biara ini menjadi tempat belajar bagi banyak pendeta-pendeta terkenal, seperti Sakyakirti, Dharmapala, I-Tsing, Atisha, dan lain-lain.

Sakyakirti adalah seorang pendeta Buddha yang berasal dari India dan belajar di Sriwijaya pada abad ke-7 Masehi. Ia dikenal sebagai salah satu dari lima guru terkemuka pada masanya. Ia menulis dan menerjemahkan banyak teks-teks Buddha dari bahasa Sanskerta ke bahasa Mandarin. Ia menyebarkan ajaran-ajaran Buddha ke berbagai daerah, seperti Tiongkok, Tibet, dan Jawa.

Dharmapala adalah seorang pendeta Buddha yang juga berasal dari India dan belajar di Sriwijaya pada abad ke-8 Masehi. Ia juga dikenal sebagai salah satu dari empat mahaguru pada masanya. Ia juga menulis dan menerjemahkan banyak teks-teks Buddha dari bahasa Sanskerta ke bahasa Mandarin. Ia juga menyebarkan ajaran-ajaran Buddha ke berbagai daerah, seperti Tiongkok, Tibet, dan Jawa seperti Sakyakirti.

I-Tsing adalah seorang pendeta Buddha yang berasal dari Tiongkok dan belajar di Sriwijaya pada abad ke-7 Masehi. Ia adalah seorang biksu yang mengembara dari Tiongkok ke India untuk mempelajari agama Buddha. Ia menumpang kapal dagang dan singgah di Sriwijaya dua kali, pada tahun 671 dan 695 Masehi. Ia menulis berbagai berita mengenai Kerajaan Sriwijaya, termasuk kondisi pendidikan dan agama Buddha di sana. Ia juga menerjemahkan ratusan teks Buddha dari bahasa Sanskerta ke bahasa Mandarin. Ia dianggap sebagai sumber penting bagi sejarah kerajaan abad pertengahan di Asia Tenggara dan Asia Timur.

Atisha adalah seorang pendeta Buddha yang berasal dari India dan belajar di Sriwijaya pada abad ke-10 Masehi. Ia adalah seorang guru besar dari aliran Mahayana yang dikenal sebagai salah satu pendiri aliran Kadampa di Tibet. Ia belajar dari banyak guru terkemuka, termasuk Dharmakirti dan Swarnadwipa Dharmakirti, yang merupakan pendeta-pendeta Sriwijaya. Ia menulis banyak teks-teks Buddha yang berpengaruh, seperti Lampu untuk Jalan Menuju Pencerahan. Ia juga menyebarkan ajaran-ajaran Buddha ke berbagai daerah, terutama Tibet.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun