Pada tahun 1644, pasukan pemberontak Li Zicheng berhasil menggulingkan dinasti Ming dan merebut Beijing, ibu kota Tiongkok saat itu. Namun, ia tidak dapat bertahan lama karena pasukan Manchu yang dipimpin oleh Pangeran Dorgon datang dari utara dan mengalahkannya.
Pasukan Manchu kemudian masuk ke Kota Terlarang dan mendirikan dinasti Qing sebagai penerus dinasti Ming. Dari sinilah gaya rambut bianzi mulai menyebar ke seluruh Tiongkok.
Pada bulan Juni 1644, Dorgon mengeluarkan perintah bahwa semua pria Tiongkok harus menggunakan bianzi dalam waktu 10 hari atau menghadapi hukuman mati. Perintah ini bertujuan untuk membedakan antara pendukung dan penentang Qing, serta untuk menunjukkan dominasi Manchu atas Tiongkok.
Perintah ini menimbulkan banyak perlawanan dan protes dari orang-orang Tiongkok, terutama dari kalangan elite dan sarjana yang menganggap gaya rambut bianzi sebagai penghinaan dan pengkhianatan terhadap budaya dan tradisi Tionghoa. Banyak orang yang lebih memilih untuk mati daripada mengubah gaya rambut mereka.
Salah satu contoh paling terkenal adalah Zhang Xianzhong, seorang pemberontak yang mendirikan negara Daxi di Sichuan. Ia menolak untuk mengikuti perintah Dorgon dan menyatakan bahwa "jika saya harus mengubah gaya rambut saya, lebih baik saya mengubah kepala saya".
Namun, perlawanan ini tidak dapat bertahan lama karena pasukan Qing terus memperluas wilayah mereka ke selatan dan barat. Secara bertahap, banyak orang Tiongkok yang terpaksa atau rela mengambil gaya rambut bianzi demi keselamatan dan kenyamanan mereka.
Makna dan Dampak Gaya Rambut Bianzi bagi Orang Tiongkok
Bianzi memiliki makna yang berbeda-beda bagi orang Tiongkok, tergantung pada sudut pandang dan situasi mereka.
Bagi orang-orang Manchu, bianzi adalah simbol kebanggaan dan identitas mereka sebagai penguasa Tiongkok. Gaya rambut ini juga menunjukkan loyalitas dan ketaatan mereka kepada kaisar Qing.
Bagi orang-orang Han yang mendukung Qing, bianzi adalah tanda penghargaan dan pengakuan atas kekuasaan Qing. Gaya rambut ini juga menunjukkan kesediaan mereka untuk beradaptasi dengan perubahan zaman dan budaya.
Bagi orang-orang Han yang menentang Qing, bianzi adalah lambang penindasan dan penghancuran budaya Tionghoa. Gaya rambut ini juga menunjukkan pengkhianatan dan kehilangan martabat mereka sebagai orang Tiongkok.