Mohon tunggu...
Andriyanto
Andriyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Jika kamu tak menemukan buku yang kamu cari di rak, maka tulislah sendiri.

- Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh - Rasa bahagia dan tak bahagia bukan berasal dari apa yang kamu miliki, bukan pula berasal dari siapa dirimu, atau apa yang kamu kerjakan. Bahagia dan tak bahagia berasal dari pikiran kamu sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dinasti Qing: Akhir dari Era Kekaisaran Tiongkok

12 Januari 2024   07:10 Diperbarui: 12 Januari 2024   07:10 837
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: The ancient emperor was happy to reward his concubines with golden melon seeds What is the purpose of this thing? (izhixiu.com)

Dinasti Qing adalah dinasti terakhir yang berkuasa di Tiongkok, yang didirikan oleh orang Manchuria pada tahun 1644. Dinasti Qing mencapai beberapa prestasi tertinggi dalam sejarah Tiongkok, tetapi juga menghadapi berbagai tantangan dan krisis yang akhirnya mengakhiri era kekaisaran Tiongkok pada tahun 1912. Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang sejarah, budaya, dan kejatuhan dinasti Qing, yang merupakan akhir dari era kekaisaran Tiongkok.

Sejarah Dinasti Qing

Dinasti Qing berasal dari wilayah Manchuria, yang sekarang ada di timur laut Tiongkok. Mereka termasuk dalam kelompok etnis Tungusic, yang berbicara bahasa Manchu. Bangsa Manchu adalah keturunan dari bangsa Jurchen, yang juga termasuk dalam kelompok etnis Tungusic. Bangsa Jurchen pernah mendirikan Dinasti Jin, yang berkuasa di Tiongkok dari tahun 1115 hingga 1234. Bangsa Manchu kemudian mengadopsi nama Manchu pada abad ke-17, ketika mereka mendirikan Dinasti Qing, yang berkuasa di Tiongkok dari tahun 1636 hingga 1911.

Dinasti Qing menguasai Tiongkok dengan menggulingkan Dinasti Ming yang sudah lemah dan korup pada tahun 1644. Dinasti Qing kemudian menjadi kekaisaran terbesar keempat dalam sejarah dunia dari segi luas wilayah, mencakup sebagian besar Tiongkok, Mongolia, Taiwan, dan Asia Tengah. Dinasti Qing juga menjaga stabilitas dan kemakmuran di Tiongkok selama lebih dari dua abad, terutama di bawah pemerintahan Kaisar Kangxi, Yongzheng, dan Qianlong. Dinasti Qing juga mendorong perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, sastra, dan budaya di Tiongkok, dengan mendukung para sarjana, ilmuwan, seniman, dan penulis. Dinasti Qing juga melakukan hubungan diplomatik dan perdagangan dengan negara-negara asing, seperti Rusia, Inggris, Prancis, dan Jepang, meskipun juga menghadapi konflik dan perang dengan beberapa di antaranya. Dinasti Qing juga menyinifikasi berbagai kelompok etnis minoritas di dalam kekaisaran, dengan menerapkan bahasa, agama, adat istiadat, dan hukum Tiongkok kepada mereka.

Budaya Dinasti Qing

Budaya Dinasti Qing sangat beragam dan kaya, yang mencerminkan pengaruh dari berbagai kelompok etnis, agama, dan tradisi di dalam kekaisaran. Budaya Tionghoa mencakup bidang-bidang seperti sastra, seni, musik, filsafat, porselen, dan arsitektur. Beberapa contoh karya sastra yang terkenal dari Dinasti Qing adalah Kisah Tiga Kerajaan, Kisah Perjalanan ke Barat, Mimpi di Paviliun Merah, dan Kisah Pendek dari Dinasti Ming dan Qing. Beberapa contoh seni yang terkenal dari Dinasti Qing adalah lukisan lanskap, kaligrafi, ukiran kayu, dan bordir. Beberapa contoh musik yang terkenal dari Dinasti Qing adalah opera Beijing, opera Kunqu, dan musik rakyat. Beberapa contoh filsafat yang terkenal dari Dinasti Qing adalah Konfusianisme, Taoisme, Buddha, dan Neo-Konfusianisme. Beberapa contoh porselen yang terkenal dari Dinasti Qing adalah porselen biru dan putih, porselen polikrom, dan porselen famille rose. Beberapa contoh arsitektur yang terkenal dari Dinasti Qing adalah Kota Terlarang, Tembok Besar, dan Taman Musim Semi.

Budaya Manchuria juga memiliki ciri khas tersendiri, yang merupakan asal usul dinasti Qing. Budaya Manchuria memiliki sejarah panjang dan budaya yang kaya, yang mencerminkan pengaruh dari berbagai kelompok etnis, seperti Tungusic, Xianbei, Khitan, Korea, dan Hui. Budaya Manchuria juga menganut agama yang beragam, seperti Konfusianisme, Taoisme, Buddha, Islam, dan Kristen. Budaya Manchuria juga memiliki tradisi yang unik, seperti berburu, berkuda, memanah, dan berpakaian. Beberapa contoh karya sastra yang terkenal dari budaya Manchuria adalah Kitab Suci Manchu, Sejarah Manchu, dan Kisah Rakyat Manchu. Beberapa contoh seni yang terkenal dari budaya Manchuria adalah lukisan Manchu, kaligrafi Manchu, dan kerajinan Manchu. Beberapa contoh musik yang terkenal dari budaya Manchuria adalah musik Manchu, musik Jing, dan musik Uyghur. Beberapa contoh arsitektur yang terkenal dari budaya Manchuria adalah istana Shenyang, istana Mukden, dan istana Rehe.

Kejatuhan Dinasti Qing

Dinasti Qing berakhir pada tahun 1912, setelah Revolusi Xinhai yang menggulingkan pemerintahan monarki dan mendirikan Republik China. Revolusi ini dipicu oleh ketidakpuasan rakyat terhadap korupsi, penindasan, dan pengaruh asing yang melanda dinasti Qing. Pemimpin revolusi, Sun Yat-sen, menjadi presiden pertama Republik China. Kaisar terakhir Qing, Puyi, turun takhta dan menjadi warga sipil. Dinasti Qing adalah dinasti terakhir yang berkuasa di Tiongkok, setelah lebih dari dua ribu tahun pemerintahan kekaisaran.

Beberapa faktor yang menyebabkan kejatuhan dinasti Qing adalah:

- Perang Candu, yang merupakan serangkaian konflik antara Tiongkok dan Inggris yang berlangsung dari tahun 1839 hingga 1860. Perang ini disebabkan oleh perselisihan perdagangan opium, yang merupakan barang ilegal yang diimpor oleh Inggris ke Tiongkok. Perang ini mengakibatkan kekalahan Tiongkok dan penandatanganan perjanjian-perjanjian yang tidak adil, yang memaksa Tiongkok membuka pelabuhan-pelabuhan, memberikan konsesi-konsesi, dan membayar ganti rugi kepada Inggris dan negara-negara lain. Perang ini juga melemahkan otoritas dan legitimasi dinasti Qing di mata rakyat.

- Pemberontakan Taiping, yang merupakan pemberontakan sipil terbesar dan paling berdarah dalam sejarah Tiongkok, yang berlangsung dari tahun 1850 hingga 1864. Pemberontakan ini dipimpin oleh Hong Xiuquan, yang mengklaim dirinya sebagai saudara Yesus Kristus dan ingin mendirikan Kerajaan Surgawi Taiping, yang berdasarkan pada ajaran Kristen dan sosialisme. Pemberontakan ini menantang kekuasaan dinasti Qing dan menyebar ke seluruh Tiongkok, menguasai sebagian besar wilayah selatan dan tengah. Pemberontakan ini mengakibatkan jutaan korban jiwa dan kerusakan besar-besaran. Pemberontakan ini akhirnya dipadamkan oleh pasukan dinasti Qing, yang dibantu oleh pasukan asing, seperti Inggris dan Prancis.

- Gerakan Reformasi Seratus Hari, yang merupakan upaya reformasi politik, sosial, dan ekonomi yang dilakukan oleh Kaisar Guangxu pada tahun 1898. Gerakan ini bertujuan untuk memodernisasi dan menguatkan Tiongkok, dengan mengadopsi model-model Barat, seperti sistem pendidikan, sistem hukum, sistem militer, dan sistem industri. Gerakan ini didukung oleh para reformis, seperti Kang Youwei dan Liang Qichao, yang ingin menyelamatkan Tiongkok dari kemunduran dan penjajahan. Gerakan ini ditentang oleh para konservatif, terutama Permaisuri Cixi, yang merupakan ibu angkat dan wali dari Kaisar Guangxu. Permaisuri Cixi melakukan kudeta dan memenjarakan Kaisar Guangxu, serta menghentikan gerakan reformasi. Gerakan ini gagal mencapai tujuannya dan meninggalkan rasa frustrasi dan kekecewaan di kalangan rakyat.

- Gerakan Empat Mei, yang merupakan gerakan intelektual, politik, dan budaya yang terjadi pada tahun 1919. Gerakan ini dipicu oleh ketidakpuasan rakyat terhadap hasil Konferensi Perdamaian Paris, yang memberikan bekas wilayah Jerman di Tiongkok kepada Jepang, bukan kepada Tiongkok. Gerakan ini menuntut penghapusan sistem feodal, peningkatan demokrasi, dan pengembangan nasionalisme, republikanisme, dan modernisasi. Gerakan ini juga mendorong penolakan terhadap budaya tradisional Tiongkok, yang dianggap sebagai sumber kemunduran dan penjajahan. Gerakan ini juga mempromosikan budaya Barat, yang dianggap sebagai sumber kemajuan dan kemerdekaan. Gerakan ini melahirkan banyak pemikir, penulis, dan aktivis yang berpengaruh, seperti Chen Duxiu, Hu Shih, Lu Xun, dan Mao Zedong. Gerakan ini juga menjadi awal dari gerakan komunis di Tiongkok, yang kemudian berperan penting dalam sejarah Tiongkok.

Kesimpulan

Dinasti Qing adalah dinasti terakhir yang berkuasa di Tiongkok, yang didirikan oleh orang Manchuria pada tahun 1644. Dinasti Qing mencapai beberapa prestasi tertinggi dalam sejarah Tiongkok, seperti memperluas wilayah, menjaga stabilitas, mendorong perkembangan, dan melakukan hubungan internasional. Dinasti Qing juga memiliki budaya yang sangat beragam dan kaya, yang mencerminkan pengaruh dari berbagai kelompok etnis, agama, dan tradisi di dalam kekaisaran. Budaya Tionghoa dan budaya Manchuria saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain, menciptakan karya-karya yang indah dan berharga.

Namun, dinasti Qing juga menghadapi berbagai tantangan dan krisis yang akhirnya mengakhiri era kekaisaran Tiongkok pada tahun 1912. Dinasti Qing harus berhadapan dengan perang, pemberontakan, korupsi, penjajahan, dan kemunduran yang mengancam kekuasaan dan kesejahteraan mereka. Dinasti Qing juga gagal melakukan reformasi yang cukup untuk memenuhi tuntutan dan aspirasi rakyat. Dinasti Qing juga harus menghadapi gerakan-gerakan yang menentang pemerintahan monarki dan menginginkan perubahan radikal. Dinasti Qing akhirnya digulingkan oleh Revolusi Xinhai, yang mendirikan Republik China sebagai bentuk baru pemerintahan.

Dinasti Qing memiliki sejarah, budaya, dan kejatuhan yang menarik dan penting untuk dipelajari, karena mereka merupakan akhir dari era kekaisaran Tiongkok. Dinasti Qing juga memberikan warisan dan pengaruh yang masih terasa hingga kini. Dinasti Qing adalah bagian dari sejarah Tiongkok yang tidak bisa diabaikan.

Demikianlah artikel yang saya buat untuk kamu tentang Dinasti Qing: akhir dari era kekaisaran Tiongkok. Saya harap kamu menyukainya dan mendapatkan informasi yang bermanfaat dari artikel ini. Terima kasih telah membaca.

Sumber:

Suku Manchu - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Manchu

Orang Jurchen - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, https://id.wikipedia.org/wiki/Orang_Jurchen

Suku Manchu; Cikal Bakal Dinasti Qing di Tiongkok - TIONGHOA.INFO, https://www.tionghoa.info/suku-manchu/

Dimana Manchuria dan Apa Sejarahnya? (eferrit.com), https://id.eferrit.com/di-mana-manchuria/

Manchuria yang Kontroversial (greelane.com), https://www.greelane.com/id/sastra/sejarah--budaya/where-is-manchuria-195353/

Perjalanan Dinasti Qing (Qing Chao), Dinasti Terakhir Tiongkok - TIONGHOA.INFO, https://www.tionghoa.info/perjalanan-dinasti-qing-qing-chao-dinasti-terakhir-tiongkok/

Dinasti Qing (history-maps.com), https://history-maps.com/ms/story/Qing-dynasty

Dinasti Qing: Sejarah, Masa Kejayaan, dan Keruntuhan (kompas.com), https://www.kompas.com/stori/read/2021/07/29/133000379/dinasti-qing-sejarah-masa-kejayaan-dan-keruntuhan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun