Mohon tunggu...
Andriyanto
Andriyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Jika kamu tak menemukan buku yang kamu cari di rak, maka tulislah sendiri.

- Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh - Rasa bahagia dan tak bahagia bukan berasal dari apa yang kamu miliki, bukan pula berasal dari siapa dirimu, atau apa yang kamu kerjakan. Bahagia dan tak bahagia berasal dari pikiran kamu sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Era Bakumatsu: Akhir Keshogunan Tokugawa Menuju Era Modernisasi Jepang

11 Januari 2024   07:00 Diperbarui: 11 Januari 2024   07:26 611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Meiji Restoration - Japan Glossary - Wapedia (wa-pedia.com)

Restorasi Meiji, yang dimulai pada tahun 1868, adalah periode revolusioner dalam sejarah Jepang yang menandai berakhirnya pemerintahan Keshogunan Tokugawa dan awal dari modernisasi negara. Kaisar Meiji, yang naik tahta pada usia muda, menjadi simbol dari Jepang yang baru dan modern. Di bawah kepemimpinannya, Jepang memulai serangkaian reformasi yang bertujuan untuk membangun fondasi bagi negara industri modern.

Reformasi ini mencakup pembangunan infrastruktur, modernisasi militer, dan reformasi sistem pendidikan. Selain itu, penghapusan kelas samurai dan sistem feodal yang kaku membuka jalan bagi pembentukan masyarakat yang lebih egaliter dan berorientasi pada merit. Restorasi Meiji juga menandai pengadopsian konstitusi, pembentukan parlemen, dan pembangunan ekonomi yang berfokus pada industrialisasi dan perdagangan internasional.

Perubahan ini tidak terjadi tanpa perlawanan. Banyak samurai, yang kehilangan status dan hak istimewa mereka, memberontak terhadap pemerintah baru. Namun, pemerintah Meiji berhasil menumpas pemberontakan ini dan melanjutkan program modernisasinya. Restorasi Meiji menjadi model bagi negara-negara Asia lainnya yang ingin modernisasi dan menjadi simbol transformasi Jepang menjadi kekuatan dunia.

Shinsengumi: Pelindung Keshogunan Tokugawa

Shinsengumi adalah pasukan khusus yang dibentuk untuk melindungi Keshogunan Tokugawa selama periode yang penuh gejolak di akhir era Bakumatsu. Pasukan ini terdiri dari samurai muda yang loyal dan berdedikasi, yang dikenal karena keberanian dan keterampilan bela diri mereka. Shinsengumi menjadi terkenal karena peran mereka dalam mempertahankan ketertiban di Kyoto selama periode ketidakstabilan politik dan sosial.

Meskipun Shinsengumi pada akhirnya tidak dapat mencegah runtuhnya shogunat, mereka dikenang sebagai simbol dari nilai-nilai samurai tradisional dan perlawanan terhadap perubahan yang tak terelakkan. Mereka terlibat dalam beberapa pertempuran penting, termasuk Insiden Ikedaya, di mana mereka berhasil menggagalkan rencana untuk membakar Kyoto dan membunuh pejabat keshogunan.

Shinsengumi juga menghadapi konflik internal dan perpecahan, karena beberapa anggotanya memiliki pandangan yang berbeda tentang masa depan Jepang dan hubungannya dengan Barat. Meskipun demikian, keberanian dan pengorbanan mereka selama era Bakumatsu tetap menjadi bagian penting dari warisan sejarah Jepang.

Dampak Sosial dan Budaya dari Modernisasi

Modernisasi yang dipicu oleh Restorasi Meiji membawa dampak mendalam bagi masyarakat Jepang. Penghapusan kelas samurai dan sistem feodal mengubah struktur sosial negara, menciptakan masyarakat yang lebih egaliter dan berorientasi pada merit. Pengadopsian teknologi Barat, seperti kereta api, telegraf, dan mesin uap, mempercepat industrialisasi dan memodernisasi ekonomi Jepang.

Reformasi pendidikan memperkenalkan sistem sekolah umum yang baru, yang didasarkan pada model Barat. Ini meningkatkan tingkat literasi dan menyediakan tenaga kerja terdidik yang diperlukan untuk industri dan pemerintahan. Selain itu, pengenalan konsep-konsep seperti hak asasi manusia dan kesetaraan di depan hukum membawa perubahan dalam cara masyarakat Jepang memandang hukum dan keadilan.

Perubahan budaya juga terjadi, dengan masyarakat Jepang mulai mengadopsi gaya hidup dan nilai-nilai Barat. Namun, ini tidak berarti bahwa Jepang meninggalkan tradisi dan budayanya. Sebaliknya, Jepang berhasil menggabungkan aspek-aspek terbaik dari kedua dunia, mempertahankan identitas budaya uniknya sambil menerima inovasi dan ide-ide baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun