Mohon tunggu...
Andriyanto
Andriyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Jika kamu tak menemukan buku yang kamu cari di rak, maka tulislah sendiri.

- Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh - Rasa bahagia dan tak bahagia bukan berasal dari apa yang kamu miliki, bukan pula berasal dari siapa dirimu, atau apa yang kamu kerjakan. Bahagia dan tak bahagia berasal dari pikiran kamu sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hanfu: Pakaian Tradisional Orang Han yang Hidup Kembali

1 Januari 2024   07:01 Diperbarui: 1 Januari 2024   07:01 790
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Hanfu | Mandarin Factory (mandarin-factory.com)

Hanfu adalah pakaian tradisional yang digunakan oleh orang Han, salah satu kelompok etnis utama di Tiongkok. Hanfu memiliki berbagai gaya dan bentuk, tergantung pada dinasti dan zaman sejarahnya. Hanfu biasanya terdiri dari dua bagian utama: yi (pakaian atas) dan shang (pakaian bawah). Yi memiliki lengan lebar dan panjang, sedangkan shang memiliki panjang kaki atau lutut. Yi dan shang biasanya disatukan dengan sarung tali yang sering dihias dengan batu permata. Hanfu juga memiliki aksesori seperti topi, kalung, gelang, dan anting-anting.

Hanfu berasal dari lebih dari 4.000 tahun yang lalu, ketika istri legendaris Kaisar Emas (2698–2598 SM) membuat pakaian dari sutra. Namun, tidak ada bukti arkeologis yang mendukung hal ini. Hanfu berkembang seiring dengan perubahan politik, sosial, budaya, dan teknologi di Tiongkok. Hanfu mencerminkan nilai-nilai Confucianisme dan ritualisme yang dijunjung tinggi oleh orang-orang Han.

Hanfu mulai dilarang pada awal Dinasti Qing (1644–1912), ketika bangsa Manchu menguasai Tiongkok. Banyak orang Han yang kehilangan akses ke pakaian tradisional mereka dan harus mengenakan pakaian modern yang dipengaruhi oleh budaya Eropa. Namun, beberapa orang Han tetap mempertahankan atau menghidupkan kembali gaya hanfu mereka sebagai bentuk identitas budaya.

Pada abad ke-20, hanfu mulai mendapatkan perhatian lebih dari masyarakat luas di Tiongkok maupun dunia luar. Banyak orang Han yang tertarik untuk memakai hanfu sebagai hobi atau gaya hidup. Ada juga komunitas-komunitas hanfu yang berusaha untuk melestarikan dan mengembangkan hanfu sebagai bagian dari warisan budaya China.

Pelarangan Hanfu pada Dinasti Qing

Hanfu mengalami nasib buruk pada awal Dinasti Qing (1644–1912), ketika bangsa Manchu menguasai Tiongkok. Dinasti Qing melarang hanfu karena alasan politik dan budaya. Banyak orang Han yang kehilangan akses ke pakaian tradisional mereka dan harus mengenakan pakaian modern yang dipengaruhi oleh budaya Eropa. Pelarangan hanfu memiliki dampak yang besar bagi orang-orang Han, baik secara individu maupun kolektif.

Dinasti Qing adalah dinasti asing yang didirikan oleh orang Manchuria dari klan Aisin Gioro, yang menguasai Tiongkok setelah mengalahkan Dinasti Ming. Dinasti Qing ingin menciptakan identitas nasional yang kuat dan menyatukan seluruh bangsa Tiongkok, termasuk orang-orang Han yang sebelumnya memakai pakaian tradisional mereka.

Untuk mencapai tujuan ini, Dinasti Qing melakukan berbagai upaya, seperti mempromosikan gaya rambut dan pakaian Manchu sebagai simbol kebanggaan dan kekuasaan, melarang orang-orang Han untuk mengenakan hanfu atau pakaian lain yang dianggap sebagai tanda pengkhianatan atau penghinaan terhadap dinasti baru, dan membubarkan organisasi-organisasi sosial dan budaya yang berbasis pada hanfu, seperti komunitas-komunitas hanfu atau sekolah-sekolah hanfu.

Dinasti Qing juga menggunakan kekerasan dan intimidasi untuk menekan orang-orang Han untuk menyerahkan hanfu mereka kepada pemerintah. Banyak orang Han yang dipaksa untuk memotong rambut mereka, mengubah penampilan mereka, atau bahkan dibunuh jika mereka tidak patuh. Pada tahun 1723, Dinasti Qing mengeluarkan peraturan resmi yang dikenal sebagai Tifayifu (剃剃髮易服), yang memaksa semua warga negara laki-laki untuk mengubah gaya rambut mereka menjadi rambut pendek dan berwarna hitam.

Pelarangan hanfu oleh dinasti Qing bertahan hingga akhir kekuasaan mereka pada tahun 1912. Setelah itu, orang-orang Han bebas untuk mengenakan pakaian tradisional mereka kembali, meskipun banyak yang sudah terbiasa dengan pakaian modern yang dipengaruhi oleh budaya Eropa.

Dampak Pelarangan Hanfu pada Dinasti Qing

Dampak pelarangan hanfu pada dinasti Qing adalah sebagai berikut:

- Dampak individu. Banyak orang Han yang merasa kehilangan identitas, kebanggaan, dan keindahan mereka sebagai orang-orang Han. Mereka merasa terasing, tertekan, dan terhina oleh dinasti Qing. Mereka juga merasa kehilangan warisan budaya dan sejarah mereka yang terkait dengan hanfu. Beberapa orang Han bahkan memilih untuk bunuh diri daripada mengubah gaya rambut atau pakaian mereka.

- Dampak kolektif. Banyak orang Han yang merasa kehilangan solidaritas, kesatuan, dan komunikasi mereka sebagai orang-orang Han. Mereka merasa terpecah, terisolasi, dan terpisah oleh dinasti Qing. Mereka juga merasa kehilangan organisasi-organisasi sosial dan budaya yang berbasis pada hanfu, seperti komunitas-komunitas hanfu atau sekolah-sekolah hanfu. Beberapa orang Han bahkan memilih untuk memberontak atau melarikan diri daripada tunduk atau patuh kepada dinasti Qing.

Alasan-alasan Mengapa Anak Muda Tiongkok Menghidupkan Kembali Budaya Hanfu

Ada beberapa alasan mengapa anak muda Tiongkok sekarang menghidupkan kembali budaya hanfu, yaitu:

- Mereka ingin mengekspresikan cinta dan rasa hormat mereka terhadap budaya dan sejarah Tiongkok. Hanfu adalah pakaian tradisional yang mencerminkan nilai-nilai Confucianisme dan ritualisme yang dijunjung tinggi oleh orang-orang Han.

- Mereka ingin menikmati keindahan, keragaman, dan kreativitas dari pakaian hanfu. Hanfu memiliki berbagai gaya dan bentuk, tergantung pada dinasti dan zaman sejarahnya. Hanfu juga dapat diadaptasi dengan elemen-elemen modern, seperti warna, bahan, aksesori, atau potongan.

- Mereka ingin menjadi bagian dari komunitas-komunitas yang berbagi minat dan kegiatan yang berkaitan dengan hanfu. Hanfu menjadi alat untuk berkomunikasi dan bersosialisasi dengan orang-orang yang memiliki hobi atau gaya hidup yang sama. Hanfu juga menjadi media untuk belajar sejarah, seni, musik, tari, atau bahasa Tiongkok

Penggunaan Hanfu Sekarang

Penggunaan hanfu masa kini berfungsi sebagai berikut:

- Hanfu sebagai pakaian tradisional Tiongkok. Banyak orang Han yang memakai hanfu sebagai cara untuk mengekspresikan cinta dan rasa hormat mereka terhadap budaya dan sejarah Tiongkok. Hanfu juga sering dipakai dalam acara-acara khusus, seperti perayaan tahun baru Imlek, pesta pernikahan, festival budaya, atau upacara keagamaan.

- Hanfu sebagai pakaian hobi atau gaya hidup. Banyak orang Han yang tertarik untuk memakai hanfu sebagai hobi atau gaya hidup, karena mereka menikmati keindahan, keragaman, dan kreativitas dari pakaian ini. Hanfu juga menjadi bagian dari komunitas-komunitas yang berbagi minat dan kegiatan yang berkaitan dengan hanfu, seperti belajar sejarah, seni, musik, tari, atau bahasa Tiongkok.

- Hanfu sebagai pakaian modern. Banyak orang Han yang mengadaptasi hanfu dengan elemen-elemen modern, seperti warna, bahan, aksesori, atau potongan. Hanfu modern memiliki desain yang lebih simpel, nyaman, dan sesuai dengan tren mode saat ini. Hanfu modern juga dapat dipadukan dengan pakaian lain, seperti jeans, jaket, atau sepatu.

Hanfu sekarang tidak hanya menjadi pakaian, tetapi juga menjadi simbol dari identitas, kebanggaan, dan keindahan orang-orang Han. Hanfu juga menjadi jembatan untuk menghubungkan masa lalu dan masa kini, serta Tiongkok dan dunia. Hanfu adalah warisan budaya yang hidup kembali.

Kesimpulan

Hanfu adalah pakaian tradisional yang digunakan oleh orang Han, salah satu kelompok etnis utama di Tiongkok. Hanfu memiliki berbagai gaya dan bentuk, tergantung pada dinasti dan zaman sejarahnya. Hanfu biasanya terdiri dari dua bagian utama: yi (pakaian atas) dan shang (pakaian bawah). Yi memiliki lengan lebar dan panjang, sedangkan shang memiliki panjang kaki atau lutut. Yi dan shang biasanya disatukan dengan sarung tali yang sering dihias dengan batu permata. Hanfu juga memiliki aksesori seperti topi, kalung, gelang, dan anting-anting.

Hanfu berasal dari lebih dari 4.000 tahun yang lalu, ketika istri legendaris Kaisar Emas (2698–2598 SM) membuat pakaian dari sutra. Namun, tidak ada bukti arkeologis yang mendukung hal ini. Hanfu berkembang seiring dengan perubahan politik, sosial, budaya, dan teknologi di Tiongkok. Hanfu mencerminkan nilai-nilai Confucianisme dan ritualisme yang dijunjung tinggi oleh orang-orang Han.

Hanfu mulai dilarang pada awal Dinasti Qing (1644–1912), ketika bangsa Manchu menguasai Tiongkok. Banyak orang Han yang kehilangan akses ke pakaian tradisional mereka dan harus mengenakan pakaian modern yang dipengaruhi oleh budaya Eropa. Namun, beberapa orang Han tetap mempertahankan atau menghidupkan kembali gaya hanfu mereka sebagai bentuk identitas budaya.

Pada abad ke-20, hanfu mulai mendapatkan perhatian lebih dari masyarakat luas di Tiongkok maupun dunia luar. Banyak orang Han yang tertarik untuk memakai hanfu sebagai hobi atau gaya hidup. Ada juga komunitas-komunitas hanfu yang berusaha untuk melestarikan dan mengembangkan hanfu sebagai bagian dari warisan budaya China.

Hanfu sekarang tidak hanya menjadi pakaian, tetapi juga menjadi simbol dari identitas, kebanggaan, dan keindahan orang-orang Han. Hanfu juga menjadi jembatan untuk menghubungkan masa lalu dan masa kini, serta Tiongkok dan dunia. Hanfu adalah warisan budaya yang hidup kembali.

Saya harap artikel ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat dan menarik bagi pembaca. Terima kasih telah membaca. Jika Anda memiliki pertanyaan, saran, atau komentar, silakan tinggalkan di kolom komentar di bawah ini. Saya akan senang mendengar pendapat Anda  Sekian dan sampai jumpa lagi di artikel selanjutnya!

Sumber:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun