Mohon tunggu...
Andriyanto
Andriyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Jika kamu tak menemukan buku yang kamu cari di rak, maka tulislah sendiri.

- Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh - Rasa bahagia dan tak bahagia bukan berasal dari apa yang kamu miliki, bukan pula berasal dari siapa dirimu, atau apa yang kamu kerjakan. Bahagia dan tak bahagia berasal dari pikiran kamu sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Komuso: Biksu Pengemis Mata-Mata pada Periode Edo

23 Desember 2023   07:00 Diperbarui: 23 Desember 2023   07:03 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

- Membantu Tokugawa Ieyasu untuk mengalahkan pasukan Toyotomi Hideyoshi pada Pertempuran Sekigahara pada tahun 1600. Komuso berperan sebagai pengintai, penyabotase, dan pembunuh bayaran yang menyusup ke kubu musuh dan mengacaukan rencana mereka.

- Menyusup ke istana Kaisar Go-Mizunoo untuk mengawasi aktivitasnya dan melaporkannya kepada shogun Tokugawa Iemitsu pada tahun 1629. Komuso berperan sebagai mata-mata yang menyamar sebagai biksu pengemis yang meminta sedekah di dekat istana. Mereka juga menggunakan shakuhachi sebagai alat untuk mengirim sinyal atau pesan rahasia kepada sekutu mereka.

- Mengumpulkan informasi tentang gerakan pemberontakan Shimabara yang dipimpin oleh Amakusa Shiro pada tahun 1637-1638. Komuso berperan sebagai mata-mata yang menyamar sebagai biksu pengemis yang berkeliling di wilayah pemberontakan. Mereka juga menggunakan shakuhachi sebagai alat untuk menghipnotis atau menenangkan pemberontak yang ingin menyerah.

- Menyelidiki aktivitas orang-orang Kristen dan pedagang asing di Nagasaki pada abad ke-17. Komuso berperan sebagai mata-mata yang menyamar sebagai biksu pengemis yang meminta sedekah atau memainkan shakuhachi di dekat pelabuhan atau gereja. Mereka juga menggunakan shakuhachi sebagai alat untuk menyemprotkan racun atau api kepada orang-orang yang dicurigai sebagai Kristen atau mata-mata asing.

- Menjaga keamanan jalan-jalan utama dan pos-pos perbatasan di seluruh Jepang pada abad ke-18. Komuso berperan sebagai mata-mata yang menyamar sebagai biksu pengemis yang berkeliling di jalan-jalan utama atau pos-pos perbatasan. Mereka juga menggunakan shakuhachi sebagai alat untuk memukul atau menusuk orang-orang yang mencoba melanggar aturan atau melakukan kejahatan.

Akhir dari Komuso

Komuso sebagai biksu pengemis yang memainkan shakuhachi sudah tidak ada lagi sekarang. Mereka dibubarkan oleh pemerintah Meiji pada tahun 1871, sebagai bagian dari reformasi modernisasi Jepang. Pemerintah Meiji menganggap bahwa komuso adalah kelompok yang ketinggalan zaman, berbahaya, dan tidak sesuai dengan semangat zaman baru. Mereka juga menganggap bahwa shakuhachi adalah alat musik yang tidak bermutu, dan melarang penggunaannya.

Namun, ada beberapa kelompok yang masih melestarikan tradisi musik dan spiritualitas komuso, seperti Fuke-shu dan Kokusai Shakuhachi Kenshukan. Mereka masih memainkan shakuhachi sebagai bentuk meditasi, seni, dan budaya. Mereka juga masih menggunakan keranjang jerami sebagai simbol dari ketiadaan ego khusus, meskipun tidak lagi sebagai penyamaran.

Selain itu, ada juga perusahaan kesejahteraan yang terinspirasi oleh komuso, yaitu Komuso Design. Mereka menawarkan kalung Shift, sebuah alat musik kecil yang membantu menenangkan kecemasan melalui pengendalian pernapasan. Kalung ini didasarkan pada penelitian ilmiah dan memiliki ulasan positif dari pelanggan.

Beberapa Hal Menarik tentang Komuso

- Komuso memiliki kode etik yang ketat yang disebut shishiki, yang mengatur perilaku mereka sebagai biksu dan mata-mata. Beberapa aturan shishiki adalah: tidak boleh berbicara dengan orang lain kecuali saat meminta sedekah, tidak boleh menunjukkan wajah atau nama asli, tidak boleh membunuh atau melukai makhluk hidup, tidak boleh terlibat dalam politik atau urusan duniawi, dan tidak boleh mengungkapkan rahasia atau misi mereka kepada siapa pun. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun