Fangsheng adalah sebuah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Tionghoa, khususnya keturunan Buddha Mahayana, untuk melepas mahluk hidup ke habitatnya masing-masing. Fangsheng berasal dari bahasa Mandarin, yang berarti "melepaskan mahluk hidup". Tradisi ini dipercaya memiliki pengaruh baik bagi kehidupan dan keberuntungan orang yang melakukannya. Biasanya, Fangsheng dilakukan pada saat-saat tertentu, seperti tahun baru Imlek, Qing Ming, Gui Yue, atau saat ritual tolak bala. Mahluk hidup yang dilepaskan bisa berupa penyu, kura-kura, ikan, atau burung. Tujuannya adalah untuk memberikan kesempatan kepada mahluk hidup lain untuk hidup dengan bebas dan bahagia.
Fangsheng juga merupakan salah satu bentuk penghormatan dan cinta terhadap alam dan hewan. Dengan melepaskan mahluk hidup dari kandang atau tempat penjara, kita menunjukkan bahwa kita menghargai hak mereka untuk hidup sesuai dengan alam semesta. Fangsheng juga bisa menjadi cara untuk menghindari pembunuhan mahluk hidup yang disebabkan oleh manusia. Namun, tradisi ini juga perlu dijaga agar tidak disalahgunakan oleh orang-orang yang ingin memanfaatkan mahluk hidup sebagai sumber uang atau barang. Kita harus tetap sadar bahwa Fangsheng bukanlah permainan atau hiburan semata, melainkan sebuah ibadah yang harus dilakukan dengan hati nurani dan tanggung jawab.
Sejarah dan Asal Usul Fangsheng
Ritual Fangsheng pertama kali bermula dari tradisi Buddha Mahayana Tiongkok yang dipengaruhi oleh ajaran Buddha Mahayana India. Tradisi ini berkembang di Tiongkok sejak abad ke-4 Masehi, ketika para Buddha Mahayana mulai mengajarkan tentang reinkarnasi dan karma. Salah satu tokoh yang berperan penting dalam menyebarkan tradisi ini adalah Nagarjuna, seorang filsuf dan filsuf Buddha yang hidup pada abad ke-2 Masehi. Nagarjuna mengajarkan bahwa semua mahluk hidup memiliki potensi untuk bereinkarnasi dan mendapatkan kesempatan baru, sehingga kita harus menghormati dan menyayangi mereka.
Ritual Fangsheng kemudian menyebar ke berbagai daerah di Tiongkok, termasuk Jepang, Korea, Vietnam, dan Thailand. Di sana, ritual ini juga dipengaruhi oleh budaya lokal dan adat istiadat setempat. Misalnya, di Jepang, ritual Fangsheng biasanya dilakukan pada saat Qing Ming (Cheng Beng), yaitu hari raya peringatan kematian dan penghormatan terhadap leluhur. Di Korea, ritual Fangshen biasanya dilakukan pada saat Gui Yue (Cit Gwee), yaitu hari raya peringatan kematian dan penghormatan terhadap leluhur. Di Vietnam, ritual Fangsheng biasanya dilakukan pada saat Tết Nguyên Đán (Tet Nguyên Đán), yaitu hari raya peringatan kematian dan penghormatan terhadap leluhur. Di Thailand, ritual Fangsheng biasanya dilakukan pada saat Songkran (Songkran), yaitu hari raya peringatan kematian dan penghormatan terhadap leluhur.
Ritual Fangsheng juga menyebar ke negara-negara lain di dunia karena adanya hubungan budaya antara Tiongkok dengan negara-negara tersebut. Misalnya, di Amerika Serikat, ritual Fangsheng biasanya dilakukan oleh masyarakat Tionghoa-Amerika sebagai bentuk penghargaan terhadap budaya asli mereka. Di Indonesia, ritual Fangsheng biasanya dilakukan oleh masyarakat Tionghoa-Indonesia sebagai bentuk penghargaan terhadap budaya asli mereka.
Tujuan dan Manfaat Fangsheng
Tujuan dari Fangsheng adalah untuk melepaskan mahluk hidup ke habitatnya masing-masing agar mereka dapat mereguk kembali kehidupan alam yang bebas dan bahagia. Dengan demikian, kita memberikan kesempatan kepada mahluk hidup lain untuk hidup dengan bebas dan bahagia. Selain itu, kita juga menghormati hak mereka untuk bereinkarnasi dan mendapatkan kesempatan baru. Dengan melakukan Fangsheng, kita juga mendapatkan karma baik dan pengaruh bagi kehidupan dan keberuntungan kita. Fangsheng juga merupakan ritual tolak bala yang bertujuan untuk menghindari bencana alam atau musibah.
Manfaat dari Fangsheng adalah sebagai berikut:
- Menunjukkan rasa hormat dan kasih sayang terhadap semua mahluk hidup, sesuai dengan ajaran Buddha Mahayana.