Mohon tunggu...
Andriyanto
Andriyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Jika kamu tak menemukan buku yang kamu cari di rak, maka tulislah sendiri.

- Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh - Rasa bahagia dan tak bahagia bukan berasal dari apa yang kamu miliki, bukan pula berasal dari siapa dirimu, atau apa yang kamu kerjakan. Bahagia dan tak bahagia berasal dari pikiran kamu sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Suku Ruc: Suku Paling Misterius di Vietnam yang Memiliki Ritual Shamanik dengan Mantra-Mantra

8 November 2023   07:00 Diperbarui: 8 November 2023   07:20 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suku Ruc memiliki seni dan budaya yang unik, seperti musik, tari, dan kerajinan. Mereka menggunakan alat-alat musik yang terbuat dari bambu, kayu, daun, atau kulit binatang, seperti seruling, gendang, dan suling. Mereka menari dengan gerakan yang lincah dan ekspresif, yang menggambarkan kehidupan sehari-hari mereka. Mereka juga membuat kerajinan yang terbuat dari bahan-bahan alami, seperti anyaman, ukiran, dan perhiasan.

Ritual Shamanik dengan Mantra-Mantra

Ritual shamanik adalah ritual yang dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kemampuan untuk berhubungan dengan dunia roh, yang disebut sebagai shaman. Shaman adalah orang yang memiliki pengetahuan dan kekuatan spiritual yang lebih tinggi dari orang biasa. Shaman bisa berperan sebagai penyembuh, peramal, pengusir roh jahat, atau penghubung antara manusia dan dewa. Shaman biasanya menggunakan alat-alat tertentu, seperti tongkat, topeng, kostum, atau obat-obatan, untuk memasuki kondisi trance atau kesadaran yang berbeda.

Suku Ruc memiliki ritual-ritual shamanik yang diyakini dapat mengendalikan binatang dan menyebabkan kerusakan pada orang lain dengan menggunakan mantra-mantra. Mantra adalah doa-doa atau ucapan-ucapan yang memiliki kekuatan magis atau spiritual, yang harus diucapkan dengan cara tertentu. Mantra bisa berupa kata-kata, suku kata, bunyi, atau suara yang tidak memiliki arti tertentu, tetapi memiliki efek tertentu.

Suku Ruc mempelajari mantra-mantra tersebut dari nenek moyang mereka yang mendengar suara-suara gaib di dalam gua-gua. Mereka percaya bahwa suara-suara itu adalah pesan dari roh-roh leluhur atau dewa-dewa yang memberi mereka perlindungan dan kekuatan. Mereka menghafal dan mengulang mantra-mantra itu dengan cara tertentu yang hanya diketahui oleh orang-orang tertentu di dalam suku. Mereka juga menggunakan benda-benda seperti batu, kayu, daun, atau bulu sebagai alat bantu untuk mengucapkan mantra-mantra itu.

Salah satu ritual yang dilakukan oleh suku Ruc adalah ritual untuk mengendalikan hewan buas di hutan. Mereka mengucapkan mantra-mantra tertentu yang dapat membuat harimau, macan tutul, bahkan gajah liar tidak berani menyerang mereka. Ritual ini juga dapat digunakan untuk menyebabkan kerusakan pada orang lain yang membuat marah tetua suku Ruc. Selain itu, suku Ruc juga melakukan praktik perdukunan yang dapat membuat seorang wanita dapat berhubungan seks tanpa hamil.

Perbandingan dengan Perayaan Gadhimai

Perayaan Gadhimai adalah ritual pengorbanan hewan terbesar di dunia, yang dilakukan oleh umat Hindu di Nepal. Perayaan ini dilakukan setiap lima tahun sekali untuk mempersembahkan darah dan kepala hewan kepada Dewi Gadhimai, yang diyakini dapat mendatangkan kemakmuran dan menghapuskan dosa. Perayaan ini menarik jutaan orang dari Nepal, India, dan negara-negara lainnya, yang membawa ribuan kerbau dan ratusan ribu hewan lainnya, seperti kambing, ayam, tikus, dan burung, untuk disembelih di kuil Gadhimai.

Perayaan Gadhimai memiliki sejarah yang panjang dan kontroversial. Menurut legenda, perayaan ini bermula dari mimpi seorang tahanan yang bernama Bhagwan Chaudhary, yang dipenjara karena mencuri. Dalam mimpinya, Dewi Gadhimai muncul dan meminta darah sebagai imbalan atas kebebasannya. Ia juga memberi tahu Chaudhary untuk membangun sebuah kuil untuknya di desa Bariyarpur, di mana ia harus mengorbankan lima hewan, yaitu kerbau, kambing, ayam, tikus, dan burung. Chaudhary kemudian dibebaskan oleh raja dan memenuhi permintaan Dewi Gadhimai. Sejak itu, perayaan Gadhimai dilakukan setiap lima tahun sekali di kuil tersebut.

Perayaan Gadhimai menuai protes keras dari berbagai pihak yang menentang pembantaian hewan atas nama agama. Mereka menganggap perayaan ini sebagai tindakan kekejaman, pemborosan, dan pencemaran lingkungan. Mereka juga mengklaim bahwa perayaan ini tidak sesuai dengan ajaran Hindu yang menghormati semua makhluk hidup. Mereka menyerukan agar perayaan ini dihentikan atau diganti dengan cara-cara yang lebih damai dan simbolis, seperti menyumbangkan darah manusia atau menggunakan bunga dan buah-buahan sebagai persembahan.

Jika kita membandingkan ritual-ritual suku Ruc dengan perayaan Gadhimai, kita dapat menemukan beberapa perbedaan dan persamaan antara keduanya. Berikut adalah beberapa poin perbandingannya:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun