Mohon tunggu...
Andriyanto
Andriyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Jika kamu tak menemukan buku yang kamu cari di rak, maka tulislah sendiri.

- Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh - Rasa bahagia dan tak bahagia bukan berasal dari apa yang kamu miliki, bukan pula berasal dari siapa dirimu, atau apa yang kamu kerjakan. Bahagia dan tak bahagia berasal dari pikiran kamu sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pemusnahan Burung Gereja oleh Mao Zedong: Sebuah Tragedi Ekologi dan Kemanusiaan

17 Oktober 2023   07:00 Diperbarui: 17 Oktober 2023   07:06 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

- Pada tahun 2010, China mengadakan program fangsheng (melepaskan hewan untuk menghormati kehidupan) yang melibatkan pelepasan sekitar 10.000 ekor burung gereja yang diimpor dari Taiwan. Program ini bertujuan untuk meningkatkan keanekaragaman hayati dan mengembalikan keseimbangan ekologi di China.

- Pada tahun 2013, China meluncurkan proyek "Burung Gereja Kembali ke Beijing" yang didanai oleh organisasi nirlaba dan swasta. Proyek ini membangun lebih dari 10.000 sarang burung gereja di berbagai lokasi di Beijing, termasuk taman, sekolah, dan rumah sakit. Proyek ini juga menyediakan pakan dan air untuk burung gereja, serta melakukan edukasi dan advokasi kepada masyarakat tentang pentingnya melindungi burung gereja.

- Pada tahun 2018, China mengumumkan rencana untuk membangun "jaringan ekologi" yang mencakup pembangunan hutan kota, taman nasional, dan koridor hijau. Rencana ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan kesehatan masyarakat, serta mengembalikan habitat alami bagi berbagai spesies hewan, termasuk burung gereja.

Kesimpulan

Pemusnahan burung gereja oleh Mao Zedong pada tahun 1958 adalah sebuah tragedi ekologi dan kemanusiaan yang tidak boleh terulang lagi. Pemusnahan burung gereja menyebabkan ketidakseimbangan ekologi yang parah dan menjadi salah satu penyebab Kelaparan Besar Tiongkok pada tahun 1959-1961. Pemusnahan burung gereja juga mengurangi keanekaragaman hayati dan fungsi ekosistem, serta mempengaruhi budaya dan tradisi masyarakat. Pelajaran yang bisa diambil dari peristiwa ini adalah tidak boleh mengabaikan keseimbangan ekologi dan keanekaragaman hayati dalam mengejar perkembangan ekonomi dan modernisasi, tidak boleh mengambil keputusan berdasarkan asumsi yang tidak berdasar atau tidak mempertimbangkan fakta dan data yang ada, dan tidak boleh mengorbankan nilai-nilai budaya dan tradisi masyarakat dalam mengejar ideologi politik. Saat ini, ada beberapa upaya untuk mengembalikan populasi burung gereja di China dengan cara melepaskan burung gereja dari luar negeri, membangun sarang burung gereja di berbagai tempat, dan membangun jaringan ekologi yang ramah lingkungan.

Sumber:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun