Dalai Lama adalah pemimpin spiritual dari Buddha Mahayana Tibet, sebuah bentuk unik dari Buddhisme yang berkembang selama berabad-abad di wilayah Himalaya dataran tinggi Tibet dan sekitarnya. Dalai Lama juga dianggap sebagai penerus dalam garis kultus yang diyakini sebagai penjelmaan dari Avalokitesvara, Bodhisattva Belas Kasih. Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang sejarah, ajaran, dan peran Dalai Lama dalam Buddha Mahayana Tibet, serta tantangan dan prospek masa depannya.
Sejarah Dalai Lama
Kata Dalai Lama berasal dari bahasa Mongolia yang berarti "lautan kebijaksanaan". Gelar ini pertama kali diberikan oleh Altan Khan, seorang penguasa Mongolia, kepada Sonam Gyatso, seorang lama Tibet, pada tahun 1578. Sonam Gyatso kemudian dianggap sebagai Dalai Lama ke-3, sementara dua lama sebelumnya, Gendun Drup dan Gendun Gyatso, secara retroaktif diakui sebagai Dalai Lama pertama dan kedua.
Sejak zaman Dalai Lama ke-5, Ngawang Lobsang Gyatso, pada abad ke-17, orangnya selalu menjadi simbol unifikasi negara Tibet, di mana dia telah mewakili nilai-nilai dan tradisi Buddha. Dalai Lama ke-5 juga berhasil membangun hubungan diplomatik dengan Dinasti Qing, yang menguasai China pada saat itu, dan mendapatkan pengakuan resmi dari Kaisar Shunzhi. Namun, hubungan antara Tibet dan China sering mengalami pasang surut sepanjang sejarah, tergantung pada kekuatan dan kepentingan politik masing-masing pihak.
Dalai Lama saat ini, Tenzin Gyatso, lahir pada tahun 1935 dan diakui sebagai penjelmaan dari Dalai Lama ke-13 ketika dia berusia dua tahun. Dia melarikan diri ke India pada tahun 1959 setelah China menyerbu Tibet dan menjadi advokat global untuk Tibet dan pemimpin agama dan moral yang sangat dihormati. Dia dianugerahi Nobel Perdamaian pada tahun 1989 dan terus memberikan pengajaran tentang masalah spiritual dan etis. Dia juga telah menyatakan bahwa dia mungkin menjadi Dalai Lama terakhir, atau bahwa reinkarnasinya tidak akan lahir di Tibet atau China.
Ajaran Dalai Lama
Dalai Lama adalah sosok ekumenis, yang menyatukan kelompok-kelompok agama dan regional yang berbeda, dan mewakili nilai-nilai dan tradisi Buddha di atas sekolah tertentu. Dia mengajarkan tentang empat topik utama dalam Buddha Mahayana Tibet, yaitu:
- Meditasi tantrik: sebuah praktik khusus yang melibatkan visualisasi, mantra, mudra, dan inisiasi untuk mencapai pencerahan dengan cepat melalui transformasi energi batin.
- Belas kasih: sebuah sikap mental yang menginginkan agar semua makhluk hidup bebas dari penderitaan dan penyebabnya.
- Kekosongan: sebuah konsep filosofis yang menyatakan bahwa semua fenomena tidak memiliki esensi atau sifat tetap yang melekat.