Mohon tunggu...
Andriyanto
Andriyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Jika kamu tak menemukan buku yang kamu cari di rak, maka tulislah sendiri.

- Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh - Rasa bahagia dan tak bahagia bukan berasal dari apa yang kamu miliki, bukan pula berasal dari siapa dirimu, atau apa yang kamu kerjakan. Bahagia dan tak bahagia berasal dari pikiran kamu sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Bushido: Jalan Para Samurai

12 September 2023   07:00 Diperbarui: 12 September 2023   07:17 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.deviantart.com/adamantiel/art/Japanese-Calligraphy-Bushido-626371893

Samurai adalah golongan ksatria yang terkenal dalam sejarah dan budaya Jepang. Mereka memiliki peran penting dalam politik, militer, dan masyarakat Jepang sejak abad ke-12 hingga abad ke-19. Samurai tidak hanya dikenal sebagai pejuang yang tangguh, ahli pedang, dan setia kepada tuannya, tetapi juga sebagai penganut sebuah kode etik yang disebut Bushido.

Bushido berarti "jalan terhormat" yang mengandung nilai-nilai moral yang harus dijunjung tinggi oleh para samurai dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam menjalankan tugasnya. Bushido dipengaruhi oleh berbagai ajaran dan tradisi yang ada di Jepang, seperti Konfusius, Buddha Zen, Shinto, dan feodalisme. Bushido juga mencerminkan sikap hidup masyarakat Jepang yang menghargai kedisiplinan, kerja keras, dan harmoni.

Namun, apa sebenarnya Bushido itu? Apa saja prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya? Bagaimana Bushido diterapkan oleh para samurai? Dan bagaimana pengaruh Bushido terhadap budaya Jepang hingga kini? Dalam artikel ini, kita akan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan mengacu pada buku "Bushido: The Soul of Japan" karya Nitobe Inazo, seorang ahli ekonomi pertanian, pendidik, diplomat, dan penganut Kristen yang menulis buku ini pada tahun 1900. Buku ini menjelaskan nilai-nilai moral yang mendasari budaya Jepang kepada masyarakat Barat dengan menggunakan istilah Bushido.

Prinsip-Prinsip Bushido

Menurut Nitobe Inazo, ada delapan prinsip utama yang membentuk Bushido, yaitu:

- Kebajikan (Gi): Berbuat baik dan adil kepada semua orang, tanpa membeda-bedakan status, agama, ras, atau gender. Menjaga integritas dan moralitas diri, serta tidak mudah tergoda oleh hal-hal yang merugikan diri sendiri atau orang lain.

- Keberanian (Yu): Menghadapi tantangan dan kesulitan dengan penuh optimisme dan semangat. Tidak takut untuk mengambil risiko atau bertanggung jawab atas keputusan yang dibuat. Tidak lari dari masalah, tetapi mencari solusi yang terbaik.

- Kejujuran dan Ketulusan (Makoto): Berkata dan berbuat sesuai dengan apa yang ada di hati dan pikiran, tanpa berbohong atau menipu. Menepati janji dan komitmen yang telah dibuat, serta tidak mengkhianati kepercayaan orang lain. Mengakui kesalahan dan meminta maaf jika bersalah.

- Rasa Hormat (Rei): Bersikap sopan dan ramah kepada semua orang, terutama kepada orang yang lebih tua, berpengalaman, atau berjasa. Menghargai pendapat dan perasaan orang lain, serta tidak merendahkan atau menghina mereka. Menunjukkan rasa terima kasih dan penghargaan kepada orang yang telah membantu atau memberi sesuatu.

- Kemurahan Hati (Jin): Peduli dan berempati kepada orang lain, terutama yang membutuhkan bantuan atau dukungan. Bersedia berbagi dan memberi tanpa mengharapkan imbalan. Tidak sombong atau iri hati, tetapi rendah hati dan menghormati pencapaian orang lain.

- Kehormatan (Meiyo): Menjaga nama baik dan reputasi diri sendiri, keluarga, maupun organisasi yang diwakili. Tidak melakukan hal-hal yang dapat mencemarkan kehormatan diri atau orang lain. Bangga dengan identitas dan asal-usul diri, serta tidak meniru atau menyesuaikan diri dengan budaya lain secara berlebihan.

- Kesetiaan (Chugi): Setia dan loyal kepada keluarga, teman, atasan, maupun negara. Tidak mudah beralih haluan atau berkhianat karena godaan atau tekanan. Mendukung dan membela orang-orang yang dicintai atau dipercaya, serta tidak meninggalkan mereka di saat sulit.

- Kontrol Diri (Jisei): Mengendalikan emosi, pikiran, dan tubuh, serta tidak terpengaruh oleh nafsu, kemarahan, atau ketakutan. Menjaga keseimbangan dan ketenangan dalam segala situasi. Menyadari batas dan kemampuan diri, serta tidak berlebihan atau kurang dalam berbagai hal.

Penerapan Bushido

Prinsip-prinsip Bushido tidak hanya menjadi pedoman teoritis bagi para samurai, tetapi juga diterapkan dalam praktik sehari-hari. Para samurai dilatih sejak usia muda untuk mengasah keterampilan bertempur, meditasi, seni, dan ilmu pengetahuan. Mereka juga diajarkan untuk menghadapi berbagai kesulitan dan tantangan dengan penuh keberanian dan ketabahan. Mereka juga diharuskan untuk mengabdi kepada tuannya dengan setia dan tanpa syarat, bahkan sampai rela mati jika diperlukan.

Salah satu contoh penerapan Bushido yang paling terkenal adalah ritual bunuh diri yang disebut seppuku atau harakiri. Ritual ini dilakukan oleh para samurai yang merasa telah gagal dalam menjalankan tugasnya, melanggar kode etiknya, atau kehilangan kehormatannya. Dengan melakukan seppuku, para samurai berharap dapat menebus kesalahannya dan mempertahankan martabatnya. Seppuku biasanya dilakukan dengan cara menusukkan pisau pendek ke perut, lalu memotongnya secara horizontal. Seorang rekan atau bawahan biasanya akan memenggal kepala si pelaku seppuku untuk mengakhiri penderitaannya.

Selain seppuku, ada juga praktik lain yang menunjukkan kesetiaan dan keberanian para samurai, yaitu ikada atau bunuh diri massal. Praktik ini dilakukan oleh para samurai yang tidak mau menyerah atau ditawan oleh musuh. Mereka akan membakar benteng atau kastil mereka, lalu melompat ke jurang atau sungai bersama-sama. Praktik ini dilakukan sebagai bentuk protes atau perlawanan terhadap musuh yang dianggap tidak pantas untuk dihadapi.

Pengaruh Bushido

Bushido tidak hanya mempengaruhi perilaku dan pemikiran para samurai, tetapi juga budaya Jepang secara umum. Nilai-nilai Bushido masih dapat ditemukan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Jepang, seperti:

- Etos kerja: Masyarakat Jepang dikenal sebagai pekerja keras yang disiplin, rajin, dan bertanggung jawab. Mereka juga menghormati atasan dan rekan kerja mereka, serta berusaha untuk memberikan hasil yang terbaik.

- Seni bela diri: Banyak seni bela diri Jepang yang berasal dari tradisi samurai, seperti kendo, iaido, judo, aikido, karate, dan ninjutsu. Seni bela diri ini tidak hanya mengajarkan teknik bertempur, tetapi juga filosofi dan etika yang sesuai dengan Bushido.

- Seni dan sastra: Banyak karya seni dan sastra Jepang yang terinspirasi oleh tema-tema yang berkaitan dengan Bushido, seperti kehormatan, kesetiaan, keberanian, kematian, dan cinta. Contohnya adalah puisi haiku, kaligrafi, seni bunga (ikebana), seni teh (sado), teater noh dan kabuki, serta novel-novel sejarah (jidaigeki).

- Nasionalisme: Masyarakat Jepang memiliki rasa cinta dan bangga yang tinggi terhadap negara dan budaya mereka. Mereka juga bersatu dan solidaritas dalam menghadapi berbagai masalah atau bencana yang menimpa mereka.

 Kesimpulan

Bushido adalah kode etik yang diikuti oleh para samurai di Jepang zaman feodal yang mengandung nilai-nilai moral seperti kebajikan, keberanian, kejujuran, rasa hormat, kemurahan hati, kehormatan, kesetiaan, dan kontrol diri.

Bushido dipengaruhi oleh berbagai ajaran dan tradisi yang ada di Jepang, seperti Konfusius, Buddha Zen, Shinto, dan feodalisme. Bushido diterapkan oleh para samurai dalam praktik sehari-hari, seperti dalam latihan bertempur, meditasi, seni, ilmu pengetahuan, pengabdian kepada tuan, dan ritual bunuh diri (seppuku atau ikada).

Bushido mempengaruhi budaya Jepang secara umum, seperti dalam etos kerja, seni bela diri, seni dan sastra, dan nasionalisme. Bushido adalah salah satu warisan budaya Jepang yang patut dikagumi dan diteladani. Bushido mengajarkan kita untuk hidup dengan bermartabat, berani, dan berbudi luhur.

Sumber:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun