Kongzi atau Konfusius adalah seorang guru dan agamawan yang sangat berpengaruh dalam sejarah kebudayaan Cina. Ajaran Kongzi, yang dikenal sebagai Kongjia atau Konfusianisme, menekankan pentingnya moral, etika, dan hubungan sosial dalam kehidupan manusia. Ajaran Kongzi juga mempengaruhi banyak negara Asia lainnya, termasuk Jepang, Korea, Vietnam, dan Indonesia.
Latar Belakang Kongzi
Kongzi lahir pada tahun 551 SM di negara Lu, salah satu negara kecil yang berperang di Cina kuno. Nama aslinya adalah Kong Qiu, dan julukannya adalah Zhongni. Ia berasal dari keluarga bangsawan yang miskin dan tidak memiliki jabatan politik. Ia belajar banyak ilmu pengetahuan dari berbagai guru, termasuk sastra, musik, sejarah, ritual, dan filsafat.
Kongzi mulai mengajar murid-muridnya ketika ia berusia 30 tahun. Ia mengajarkan tentang cara hidup yang baik dan benar sesuai dengan prinsip-prinsip Dao (Jalan) yang harmonis. Ia juga berusaha untuk mereformasi pemerintahan dan masyarakat yang korup dan bermasalah. Ia berkeliling dari satu negara ke negara lain untuk menawarkan nasihatnya kepada para penguasa, tetapi jarang diterima atau dihargai.
Ketika ia berusia 50 tahun, ia kembali ke negara Lu dan mengabdikan dirinya untuk mengajar dan menulis. Ia mengumpulkan dan menyunting banyak karya klasik Cina, seperti Kitab Dokumen, Kitab Puisi, Kitab Perubahan, Kitab Sejarah Musim Semi dan Gugur, dan Kitab Ritual. Ia juga mencatat ajaran-ajarannya sendiri dalam Kitab Lunyu atau Analects, yang merupakan sumber utama bagi Konfusianisme.
Kongzi meninggal pada tahun 479 SM di negara Lu. Ia memiliki sekitar 3.000 murid, tetapi hanya 72 di antaranya yang dianggap sebagai murid utama. Beberapa muridnya melanjutkan ajaran Kongzi dan menyebarkannya ke seluruh Cina. Murid-muridnya juga membangun kuil-kuil untuk menghormati Kongzi sebagai guru agung (Da Shi) dan leluhur spiritual (Zu Shi).
Â
 Ajaran Pokok Kongjia
Ajaran Kongjia berfokus pada pengembangan diri manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki kewajiban moral terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan alam semesta. Ajaran ini tidak terlalu peduli dengan masalah metafisik atau teologis, seperti asal-usul alam semesta atau keberadaan dewa-dewa. Ajaran ini lebih menekankan pada praktik-praktik etis yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Ajaran Kongjia didasarkan pada beberapa konsep utama, antara lain: