Mohon tunggu...
Andri Wanto
Andri Wanto Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Gerhana Matahari, "Mitos Matahari Tangkap Rauk"

9 Maret 2016   00:50 Diperbarui: 9 Maret 2016   01:06 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gerhana matahari total adalah fenomena alam yang sangat langka, fenomena alam dimana matahari berada satu titik dengan bulan (begitu kata para astronot dunia). Pada saat seperti itu dimana matahari sebagai sumber surya tidak bisa menyinari dunia, kira-kira begitulah.

Di beberapa daerah, di Indonesia juga punya versi masing-masing tentang fenomena langka tersebut, contohkan ada yang bilang matahari di telan oleh raksasa, ada yang bilang matahari di telan sejenis hewan seperti srigala, ini menurut versi mitos atau cerita rakyat Indonesia.

Nah di daerah kecil tempat saya dibesarkan, punya cerita lain terhadap fenomena gerhana matahari total. Sebut saja Suku Jawant, salah satu sub suku yang ada di kabupaten Sekadau, kalimantan barat, Indonesia.

Kata nenek moyang kami, fenomena gerhana matahari, adalah kejadian dimana matahari di telan seekor hewan, hewannya bernama RAUK (sejenis hewan raksasa berparas srigala). Ketika matahari pada satu titik atau satu garis dengan bulan, maka yang terlihat adalah gelap disekitar bulan, yang membentuk seperti kepala hewan yang mengaga seakan menelan sang surya, itulah yang dibilang "matahari tangkap Rauk" oleh nenek moyang kami dulu. Untuk mencegah agar sang Rauk tidak menelan matahri, maka harus membunyikan alat-alat perabotan rumah tangga, contoh pada zaman dulu Panci penanak nasi, atau kentongan ronda, ini dimaksudkan agar si Rauk terganggu dengan bunyi-bunyian yang dikeluarkan dari perabotan tadi, sehingga memuntahkan kembali matahari yang di telan.

D izaman serba canggih hari ini, cerita-cerita mitos leluhur sudah mulai hilang, anak muda lebih gampang mengakses informasi melalui gadget gengam mereka. Sehingga jarang sekali mendengarkan atau tertarik dengan cerita yang turun-temurun para nenek moyang dulu.

Dengan perkembangan zaman, cerita dan fakta gampang sekali diakses. Bukan berarti melupakan cerita dan mitos dizaman nenek moyang dulu. Semoga cerita-cerita moyang dulu bisa sebagai salah satu pengobar semangat akan kecintaan kita terhadap Indonesia, yang punya cerita, dan punya sejarah yang berbeda-beda pada zamannya. Tapi mampu membungkus rapi perbedaan itu dalam satu nama dan semangat Kebhinekaan-Nya.
Indonesia Satu, Indonesia Jaya!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun