Hal itu jika dilakukan tentu akan memberi nilai ekonomis yang cukup besar kepada yayasan. Selain itu, kegiatan tersebut juga bisa menjadi media pembelajaran tentang ekonomi dan bisnis kepada para peserta didik di dalam yayasan tersebut. Tapi ya sudahlah, mungkin yayasan punya kebijakannya sendiri dalam hal itu.
Praktik lain yang juga banyak dilakukan oleh orang-orang yang disebut sebagai "pemuka" agama yaitu menjual kertas, cincin, sandal, atau benda lain yang biasanya dinarasikan sebagai "benda bertuah dan membawa berkah" kepada para pengikutnya.
Alih-alih mencari keberkahan dengan berbuat kebaikan dan menebar kemanfaatan, masyarakat kita masih tertarik untuk mendapatkan keberkahan itu dari orang lain yang dianggap suci dan dikeramatkan.
Hal itulah yang membuat masyarakat kita mudah sekali dibodohi, dimanfaatkan dan dimanipulasi dengan dalih agama dan kepercayaan. Keyakinan spiritual yang sangat tinggi dari masyarakat kita bukannya memunculkan kemanfaatan, malah justru menjadi fanatisme buta yang berujung pada kebodohan.
Oleh karena itu, melalui tulisan ini penulis mengajak kepada para pembaca sekalian untuk lebih berhati-hati dalam memilih guru dan panutan. Jangan sampai harapan dan upaya kita menuju jalan Tuhan malah menjadi awal dari bencana yang merugikan.
Mari perbanyak literasi, bacaan, dan pembelajaran tentang agama dan spiritualisme. Jangan sampai keyakinan kita hanya menjadi keyakinan buta, yang pada akhirnya hanya akan dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.
Referensi:
Instagram Close The Door Insider @ctd.insider. https://www.instagram.com/ctd.insider/p/DEMzXl0yq81/
Suryansyah, Edi. (2025, 03 Januari). Polisi Dalami Pelecehan Seksual Dosen Penyuka Sesama Jenis di Mataram. Diakses pada 19 Januari 2025 dari detikBali https://www.detik.com/bali/hukum-dan-kriminal/d-7715708/polisi-dalami-pelecehan-seksual-dosen-penyuka-sesama-jenis-di-mataram
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI