Mohon tunggu...
Andri Vincent Sinaga
Andri Vincent Sinaga Mohon Tunggu... Penulis - Sarjana Teologi

Saya suka membaca dan menulis, secara khusus seputaran teologi Kristen. Di samping itu, saya juga hobby memberikan sebuah pemikiran atau paradigma terhadap suatu peristiwa atau isu yang Kontekstual.

Selanjutnya

Tutup

Seni

Jatuh Bangun

11 Februari 2023   10:41 Diperbarui: 11 Februari 2023   10:44 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengapa aku mengalami hal ini? Mengapa aku seperti ini? Mengapa hidupku begini? Aku capek, aku lelah, aku mau berhenti, ungkap seseorang. Terkadang hal itu adalah suatu yang lumrah ketika diucapkan bahkan dialami. Setiap manusia memiliki titik terendah bahkan kelemahan tersendiri. Kekuatan yang terbatas, apalagi untuk menanggung atau memikul suatu beban yang ada padanya. Rasa percaya diripun kurang akibat beban yang ditanggungnya. Menyalahkan Tuhan, menyalahkan diri sendiri, bahkan tidak jarang menyalahkan orang lain. Kejayaan atau kebanggaan yang kian diraih, kini berubah menjadi kesedihan yang tak terbendung. Rasa ingin berjuang pun menjadi tidak efesien. Artinya "mau atau tidak, plinplan." Itu lah yang kerap dirasakannya. 

Setiap orang memiliki respon tersendiri terhadap apa yang sedang ia rasakan atau alami. Ada yang memberontak, ada yang lapang dada, ada yang menangis, ada yang marah, ada yang menyalahkan orang lain, dan sebagainya. Hal yang demikian tidaklah salah, karena setiap orang memiliki hak dalam memberikan respon. Hal yang membedakannya adalah bagaimana seharusnya dan sebenarnya respon yang mestinya dimiliki? Yaitu menerima dan sabar. Tidak semua orang yang memiliki sikap menerima dan sabar ini ketika diperhadapkan dengan masalah, beban yang ada. Kebanyakan akan merasa sedih, mengeluh, bahkan tidak semangat lagi. Sikap menerima dan sabar adalah  cars atau langkah untuk mewujudkan kembali apa yang sudah hilang itu, apa yang dulumya kita raih kian hilang, maka dengan sikap menerima dan sabar lah kita akan bisa kembali berjuang dan semangat untuk hal itu.

Betapa menyulitkan hidup ini, jika hanya fokus kepada masalah dan beban yang sedang kita alami. Fokus berarti hanya memikirkan "kenapa" ini terjadi, bukan "bagaimana" mengatasinya. Itulah salah satu kelemahan kita. Karena tidak terbiasa dalam menghadapi setiap masalah atau beban yang kita hadapi. "Aku sudah berjuang, aku sudah bertindak semaksimal mungkin, aku sudah memberikan yang terbaik, mengapa hasilnya begini? Mengapa tidak memuaskan? Padahal sebelumnya aku mendapatkan hasil yang memuaskan, yang baik, kenapa sekarang aku mendapatkan yang seperti ini?", kata seseorang. Ketika peristiwa yang seperti itu lah hendaknya kita menerima dan sabar, di samping kita introspeksi diri dan berbenah diri untuk melangkah ke depan. Bukan diam atau jalan di tempat.

Sekarang bukan waktunya untuk mengeluh dan hanya fokus "kenapa" ini terjadi, tapi mulailah untuk melangkah ke depan dan mulai lembaran yang baru. Introspeksi diri dan berbenah diri. Pandang ke depan, berjuang dan positive thinking. Di samping itu semua, berdoa, bersyukur dan berserah kepada Tuhan. Apapun yang terjadi, kiranya kita mensyukuri dan tetap berjuang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun