Mohon tunggu...
M Andri U .7anE5a
M Andri U .7anE5a Mohon Tunggu... -

Our LIfe Destination

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

BELAJARLAH DARI KOMUNIKASI !

30 Oktober 2014   12:19 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:11 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Bismillahirrahmanirrahim .7anE5a

Kali ini kita akan mengangkat sebuah permasalahan menyangkut God’s Guidance (Petunjuk Tuhan/Hidayah) dari tinjauan komunikasi, mengkorelasikan ayat-ayat Al-Qur’an sebagai kitab suci umat islam, dengan ilmu komunikasi modern. Melihat bagaimana sebenarnya proses komunikasi itu berlangsung, serta bagaimana seharusnya manusia mengambil pelajaran dari proses tersebut agar dapat meluangkan usahanya untuk mendapat hidayah.

Kebanyakan orang saat ini mengeluhkan dirinya, sulit untuk mendapatkan hidayah, sampai memunculkan pernyataan “Tuhan tidak adil, tidak memberikanku hidayah seperti halnya orang-orang soleh itu”. sudah dapat ditebak, pernyataan ini dikeluarkan oleh seseorang ketika dirinya masih dalam keadaan gelap. Artinya, orang ini sepenuhnya menyadari, bahwa untuk saat ini dirinya masih bergelimang dengan hal-hal yang tidak ideal, alias menyimpang.

Ketika seseorang ditanya tentang ketaatan yang belum dilaksanakan atau larangan yang masih dijalankannya, maka dengan lancar ia menjawab, “saya belum dapat hidayah”. Entah itu masalah sholat yang belum ia laksanakan dengan rutin 5 kali sehari semalam, atau pada masalah usahanya untuk berhenti mengonsumsi minuman keras maupun kegiatan lain yang dilarang oleh ajaran ISLAM. Dan pada tahap selanjutnya mereka menyalahkan Tuhan, menganggap semua itu telah ditakdirkan. Dan pada akhirya tidak mau untuk berusahan merubah kondisi gelap tersebut.

Berbicara mengenaihal menyimpang, tentunya ini tidak hanya pada persoalan agama,bisa pada persoalan politik, norma sosial, hukum, tingkah laku, pendidikan, budaya, juga kesehatan. Sebagai contoh, ketika ada kebudayaan masyarakat di suatu daerah yang merugikan kesehatan, maka perlu adanya perbaikan oleh pemerintah sebagai tanda kepeduliannya terhadap masyarakat, yang mana dilakukan dengan bantuan tenaga promosi kesehatan untuk kemudianmenyampaikan pesan-pesan kesehatan. Harapannya adalah adanya feedback berupaperilaku masyarakat yang sedikit demi sedikit meninggalkan kebudayaannya yang buruk menuju perilaku hidup sehat. Sebagai konsekuensi pemahaman masyarakat tersebut terhadap pesan yang disampaikan oleh promotor. Dan tidak menuntut kemungkinan adanya bias informasi yang didapat oleh masyarakat, atau juga bisa berupa gangguan lain yang menjadi penyebab tidak berubahnya perilaku masyarakat sasaran ke arah yang lebih mendukung kesehatan.

Gambaran kejadian masalahdan pemberian solusiserta maksud yang diharapkan pada proses komunikasi di atas dapat kita proyeksikan ke dalam konsep komunikasi SHANNON WEAVER sebagai berikut.

Info source>message>transmitter>channel (bisa terdapat noise source) >receiver>message>destination.

Tenaga promosi kesehatan (komunikator) menempati posisi information source, mereka memiliki pesan berupa pesan-pesan kesehatan, pesan ini disampaikan/ditransmisikan (encode) ke dalam sebuah saluran (channel), bisa berupa poster, LCD, penyampaian langsung dengan sound sistem danmedia komunikasi lainnya. Lalu pada tahap selanjutnya terjadilah proses penerimaan pesan oleh masyarakat sasaran (receiver), pada proses penerimaan pesan ini terjadi proses decode, mengubah stimulus berupa pesan kesehatan menjadi sebuah persepsi yang dapat dimengerti sendiri oleh masyarakat bersangkutan, tercapainya maksud (destination). hingga sampailah pada tahap pembuktian bahwa pesan yang diterima benar-benar dipahami, pembuktiannya adalah dalam bentuk perilaku yang mencerminkan perilaku hidup sehat yang bertentangan dengan perilaku awal, dimana perilaku awal berupa perilaku tidak sehat dari kebudayaan.

Untuk lebih jelasnya mari kita melihat definisi komunikasi menurut para ahli berikut.

1.Shannon & Weaver, 1949, Komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi. (pengantar Ilmu komunikasi, 1998, hal 20, Prof. Dr. Hafied Cangara, M. Sc.)

2.Steven, Komunikasi Juga dapat terjadi kapan saja suatu organisme memberi reaksi terhadap suatu objek atau stimuli. Apakah itu berasal dari seseorang atau lingkungan sekitarnya. (pengantar Ilmu komunikasi, 1998, hal 19, Prof. Dr. Hafied Cangara, M. Sc.)

3.Harorl D. Lasswell, 1960. Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa, mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa? Dengan akibat apa atau hasil apa? (Who? Says what? In which channel? To whom? With what effect?) (pengantar Ilmu komunikasi, 1998, hal 19, Prof. Dr. Hafied Cangara, M. Sc.) (Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar , 2005, hal 69, Dedy Mulyana)

Berikut kita jabarkan poin-poin penting dari ketiga definisi di atas

a.Komunikasi berkemampuan mempengaruhi

b.Tidak terbatas pada komunikasi verbal (lisan dan tulisan)

c.Kejadian komunikasi dibuktikan dengan adanya reaksi organisme akibat stimulus

d.Stimulus/sumber informasi bisa dari orang atau lingkungan

e.Didalam komunikasi tersirat jawaban dari pertanyaan siapa yang mengatakan, mengatakan apa, saluran apa, untuk siapa, apa efeknya?

Setelah penjabaran proses dan definisi komunikasi di atas, juga poin-poin penting yang kita simpulkan. Semua ini akan sangat membantu kita dalam mengkorelasikannya dengan Ayat-ayat Al-qur’an. Namun sebelum itu, ada prinsip yang juga kita perlu untuk tidak melewatkannya.

-Berhubungan dengan stimulus-respon, stimulus bisa dari manusia sendiri, juga dari lingkungan biotik dan abiotik. Untuk respon, jelas merupakan bukti real yang dapat diamati oleh orang lain, dalam ilmu perilaku disebut overt behavior, respon direalisasikan dalam bentuk tindakan. Sebelum adanya respon, jelas harus ada penerimaan informasi (received). Penerimaan informasi ini membutuhkan yang namanya alat indera. Bisa berupa alat peraba (sentuhan kulit), perasa (lidah), penciuman (hidung), dan yang paling urgen dari semua itu dalam proses komunikasi adalah penerimaan informasi menggunakan penglihatan (mata) serta pendengaran (telinga). Kesemua stimulus yang didapat dari alat indera kita kemudian disalurkan ke otak untuk diolah mejadi sebuah persepsi berupa pengetahuan, yang akan membentuk sikap dan selanjutnya dilaksanakan dalam bentuk tindakan atau perilaku.

Dan Allah Subhanallahu wata’ala telah menjelaskannya dalam QS.AN-NAHL : 78

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.

(Taklim pekanan Tadabbur Al-Qur’an di Masjid Abu Bakar, depan Gerbang Utama Kampus Baru UHO. Oleh : Ustad Samsul Basri, S.Si., M.Ei)

Pada QS.AN-NAHL : 78 ini terdapat 4 instrumen penting, yang bilamana seseorang menggunakan dan mengkombinasikan ke-4 instrumen ini Insya Allah dia bisa mendapat petunjuk untuk tidak tersesat.

1.Akal : letak akal atau otak pada ayat ini yaitu pada kata “keadaan tidak mengetahui sesuatupun”. Artinya ada yang dimiliki oleh seorang manusia sebagai wadah bagi dia untuk mengetahui, yang mana awalnya dia sama sekali tidak mengetahui. Wadah untuk menyimpan berbagai informasi yang didapat. Jadi disini menunjukkan adanya wadah tersebut, berupa otak/akal pikiran.

2.Indera : pada kata “pendengaran, penglihatan” sebagai instrumen atau alat untuk menangkap informasi.

3.Hati nurani : pada kata “hati”, untuk memahami ayat-ayat Allah. Orang-orang beriman berpikir dan memahami dengan menggunakan hati mereka, maka dari itu Allah sering menyebutkan dalam Al-Qur’an “Orang-orang yang berakal sehat” (ULUL ALBAAB), dimana ULUL ALBAAB ini adalah bentuk jamak dari LU’BUN yang artinya Lubuk Hati. Tingkatan hati yang paling dalam, pertama adalah Sodrun (dada), kemudian Qolbun (hati), Fu’adun (hati), dan terakhir adalah Lu’bun (lubuk hati).

4.Ilmu adalah instrumen terakhir : pada keseluruhan ayat ini adalah merupakan ‘ilmu, dimana ‘ilmu itu adalah AL-QUR’AN dan HADITS NABI.

Ini adalah pembahasan meruncing dari salah satu unsur proses kominikasi secara umum berupa RECEIVED STIMULI

Sekarang mari kita kembali untuk melihat proses komunikasi yang menyeluruh. Berikut adalah komunikasi Allah dengan makhluknya.

QS. AR-RUM : 41

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar.

Pada ayat ini, kita dapat mengeluarkan kata-kata yang menyusunnya untuk membentuk sebuah kesatuan, menjadi unsur pembentuk proses komunikasi.

Komunikator (sumber pesan): Allah Subhanallahu wata’ala

Komunikan (penerima pesan): manusia

Pesan (message): peintah larangan berbuat kerusakan di muka bumi

saluran (channel): alam sekitar tempat tinggal manusia

efek (yang diharapkan): manusia kembali ke jalan yang benar

Poin-poin di atas ini menjelaskan bagaimana Allah subhanahu wata’ala ingin menyampaikan pesan baik kepada makhluknya yang sudah melampaui batas dengan berbuat kerusakan di darat dan di laut, olehnya itu mereka diberikan bencana agar mereka berpikir, apa sebenarnya maksud Tuhan menimpakan mereka bencana, agar mereka tahu bahwa yang selama ini mereka lakukan adalah salah. Hingga akhirnya mereka kembali ke jalan yang benar.

Namun selalu akan ada yang tidak bisa mengambil pelajaran dari semua kejadian itu, akibat mata mereka telah tertutup, pendengaran dan hati mereka telah terkunci mati. Allah membiarkan mereka sesat akibat mengikuti hawa nafsunya.

QS. AL-JATSIYAH : 23

Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya, maka siapakah yang dapat memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?.

Pada ayat ini menjelaskan bagaimana komunikasi tidak bisa berjalan dengan lancar disebabkan salah satu unsur penyusunnya tidak ada yaitu Received, tak ada penerimaan stimulus karena indera mereka telah mati.

SOLUSI

Apasih yang seharusnya kita lakukan agar bisa melakukan komunikasi yang baik dengan Allah (dalam artian komunikasi tidak langsung)?

Jawabannya adalah, kembali kepada AL-QUR’AN & HADITS

Senantiasa membaca AL-QUR’AN beserta artinya juga mentadabburinya, mengkorelasikannya dengan kejadian yang kita alami setiap saat.

QS. SAD : 29

I ni adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran”

Jangan hiraukan bisikan Syaitan di dalam hati kita untuk tidak melakukan ketaatan karena belum siap, atau belum mendapat hidaya. Karena sesungguhnya syaitan hanya menyeru dan kita berkuasa atas diri kita sendiri untuk meninggalkan bujukan tersebut. Lakukan saja, jangan pikirkan anda belum khusyu beribadah atau belum maksimal, karena sesungguhnya Allah akan melihat kesunguhan kita dalam menuntut ilmu sampai pada akhirnya Allah akan memberikan hidayah kepada kita. Insya Allah.

Wallahu ta’ala a’lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun