“Baiklah, Aku akan sangat senang menunjukannya padamu. Lagipula aku butuh pemanasan untuk melenturkan otot-otot perutku sebelum menelanmu.”
Dan sang ularpun mulai menari. Ia meliuk-liukan tubuhnya. Mengikuti suara seruling yang hanya ada didalam pikirannya. Kepala sang ular tegak berdiri. Bergoyang kekanan dan kekiri.
Induk ayam kembali menatap langit. Tatapannya menyisir. Kemudian, seperti telah mendapatkan waktu yang tepat. Ia menarik kepalanya dan menyembunyikannya dibawah eramannya sendiri. Bersama kesembilan anaknya. Menggumpal menjadi batu. Sementara raja ular masih asik menari. Ia terhipnotis oleh tariannya sendiri.
***
Tiba-tiba saja seekor Alap-alap1 mencengkeram tubuh sang raja ular. Membawanya keatas langit. Seketika liukan tarian raja ular berubah menjadi gerakan meronta-ronta. Raja ular mendesis histeris. Ia mencoba melepaskan diri. Namun kuku-kuku tajam Alap-alap sudah menusuk otot-otot perutnya. Menancap tepat pada sumber rasa laparnya. Membuat raja ular lemas tak berdaya.
Sementara induk ayam dan anaknya masih bersembunyi. Situasi masih belum aman. Kawanan Alap-alap masih berkeliaran. Dari atas langit, Alap-alap sedang mengawasi tiap gerakan dibawahnya. Mencari jejak-jejak mangsanya. Induk ayam dan anaknya tak boleh melakukan sedikitpun kesalahan. Jika tak ingin bernasib naas seperti sang raja ular yang baru saja terbang bersama rasa laparnya.
Tak berapa lama setelah Alap-alap dan kawanannya pergi. Sang induk bersama kesembilan anaknya keluar dari persembunyian. Dengan senyum kebahagiaan, mereka kemudian melanjutkan perjalanannya. Menuju ladang gandum ditepian hutan. Mereka kembali beriringan. Anak-anaknya mulai kembali bernyanyi riang. “Ciapp..ciapp!!…ciapp..ciapp!!”.
-----o0o-----
1) Alap-alap (Bahasa Inggris: Falcon, Caracara atau Kestrel) merupakan sebutan untuk Burung pemangsa anggota keluarga Falconidae.
NB : Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community
Silahkan bergabung di group FB Fiksiana Community