Mohon tunggu...
Andri Sipil
Andri Sipil Mohon Tunggu... Insinyur - Power Plant Engineer

a Civil Engineer

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[KC] Pertemuan Ke-Empat

2 Oktober 2015   14:12 Diperbarui: 11 Februari 2016   15:55 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Andri Sipil, No.120 

Wajah dan tubuhnya basah dengan keringat, tangannya dingin, nafasnya terdengar sesak dan suaranya bergetar, untunglah tidak sampai mimisan atau pinsan. Begitulah kondisi Ferdi, ketika pertama kali bertemu dengan Mira. Butuh dua kali pertemuan untuk bisa membuat Ferdi berani menyapa Mira, itupun sebenarnya sudah ada aku disampingnya, menemani. Aku sendiri heran, ia sepertinya mempunyai alergi akut jika berdekatan dengan perempuan, terlebih jika perempuan tersebut adalah orang yang ia suka. 

Kadang aku suka tertawa sendiri kalau sedang mengingat-ingat temanku yang satu ini, tapi kasihan juga sebenarnya. Ia selalu memohon kepadaku untuk mempertemukannya dengan Mira, katanya ia ingin sekali mengungkapkan perasaannya yang sudah lama dipendam. Namun lucunya setiap kali bertemu, ia selalu memintaku untuk tidak pergi, ngobrol bertiga lebih enak katanya, haduh. 

Dipertemuan ke tiga, ia sudah mulai berani menyapa dan berbincang dengan Mira walaupun sebentar, sebelumnya malah ia cuma bisa bilang “apa kabar?” selama pertemuan, selebihnya diam. Kalau sudah begitu aku yang melanjutkan mengobrol dengan Mira. Syukurlah sudah ada kemajuan kataku membatin. 

Ferdi teman karibku sejak SMA, dan kini kami kuliah di Universitas yang sama, sedangkan Mira teman kami satu jurusan. Ferdi sangat suka padanya, ia bilang padaku. Dari dulu ia memang sangat ingin memiliki pacar, dan sebagai teman aku bertekad untuk membantunya. 

Kalau melihat gelagatnya, Mira sepertinya juga menyukai Ferdi, sempat setelah kupancing-pancing mau juga ia mengakuinya. Ia bilang sebenarnya Ferdi itu ganteng dan baik, mirip Dude Herlino, hanya saja ia tidak punya keberanian. 

“Menurutmu Ferdi suka sama kamu tidak?” Tanyaku langsung

“sepertinya sih suka” jawabnya malu

“kalau begitu kenapa kalian tidak jadian saja?” ucapku menantang

“aku mau, kalau dia mengatakannya langsung padaku” Mira menoleh kesamping, mengalihkan mukanya, yang mulai memerah.

***

Suatu hari Ferdi mendatangiku, dia berjalan dengan tergesa-gesa.

“Hend, besok tanggal  02 Oktober..!” ucapnya penuh semangat

“lalu kenapa?!” tanyaku datar

“masa kau lupa!, hari ulang tahunku” ia terlihat kesal

“aku cuma ingat hari ulang tahun pacarku, memang kau pacarku?!” mukanya terlihat bete

“Hend, aku besok mau mengajak Mira makan, kita bertiga, kau yang bilang padanya ya!, jam 4 sore di tempat biasa.”  

“Okehh..” jawabku singkat

“aku akan bilang kalau aku suka padanya” katanya dengan yakin.

aku menoleh padanya, mukanya terlihat aneh dengan senyum yg dipaksakan.

“kalau begitu aku tidak ikut, kau saja dengan Mira, itu lebih baik” kataku serius,  tiba-tiba saja mukanya terlihat panik.

“apaa?!!!..tidak..tidak, kau harus ikut, pliss Hend..” tampangnya memelas

“Okehhh...” jawabku sambil lalu, mengendarai motor meninggalkan parkiran. 

***

Jam ditanganku menunjukan pukul 15.30, aku segera membereskan peralatan laboratorium. Kegiatan praktek mata kuliah uji bahan hari ini baru saja selesai, aku bergegas menuju ke sebuah Coffeshop favoritku, favorit kami tepatnya. Aku sudah datang dan menunggu dengan tenang, tepat sebelum pukul 4 sore, waktu janjian kami. Tak perlu menunggu lama, akhirnya muncul sesosok perempuan cantik, berkaos putih, memakai jeans, bersepatu hak hitam, Laura.

Aku sudah dekat dengan Laura hampir dua bulan, anak fakultas bahasa, kenal saat kami sama-sama mengambil mata kuliah kewarganegaraan. Kami sering kemari, hampir tiap minggu. Sama seperti Ferdi, hari ini adalah hari ulang tahunnya, aku yang mengajaknya kesini. Aku memesan kue kecil dengan lilin diatasnya, juga sebuah kalung, sebagai hadiah. Kupikir ini adalah hari yang tepat untuk mengungkapkan perasaanku padanya.

Laura meniup lilin ulang tahunnya, senyumnya mengembang diiringi ucapan terimakasih, wajahnya begitu manis. kemudian aku mengeluarkan sebuah kotak kecil, dan ketika ingin kuserahkan padanya, tiba-tiba saja aku mematung. Aku begitu kaget melihat Ferdi berjalan kearahku, mukanya pucat, matanya menatapku dari kejauhan dengan dingin, dia pasti sangat marah padaku, kataku panik. Aku sempat mengumpat dalam hati, sial kenapa dia  tahu aku disini, dan tiba-tiba saja ia sudah berada tepat dihadapanku, aku sontak berdiri.

“aa..aku pikir akan lebih baik jii..jika tanpa aku Fer..” mandadak aku menjadi gagap, tatapannya membuatku salah tingkah.

“maukah kau menolongku untuk yang terkahir kali Hend..?!” kata-katanya datar, aku makin merasa tidak enak dengannya.

“Mira sedang menungguku, maukah kau menemuinya?!

“tttaa..taapiii...Fer..” aku sempat menoleh ke arah Laura

“aku harus pergi Hend..!!, tolong sampaikan pada Almira, kalau aku sangat mencintainya..!” belum sempat aku melanjutkan, ia sudah pergi, meninggalkanku. 

Aku terduduk lemas, pandanganku masih tertuju ke arah dimana Ferdi melangkah pergi, termenung, menyesali apa yang telah kulakukan padanya. Sesaat aku sempat mengabaikan kehadiran Laura didepanku.

Belum sampai sepuluh menit Ferdi pergi, tiba-tiba saja handphoneku berbunyi, incoming call, ibunya Ferdi?, aku segera mengangkatnya.

Terdengar isak tangis diujung telepon,

“Hendi, Ferdi meninggal, kecelakaan....setengah jam yang lalu”. 

 ---------------o0o---------------

  

NB: Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community https://www.facebook.com/fiksi.ana.7 

Silahkan bergabung di group https://www.facebook.com/groups/175201439229892/
 

Sumber ilustrasi :

https://www.google.co.id/search?q=coffee+shop&espv=2&biw=1517&bih=741&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0CAYQ_AUoAWoVChMI2P2btpujyAIVC6WUCh3vmwLg&dpr=0.9#imgrc=4taejM8J7QNfUM%3A

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun