Bagi warga kota medan Lapangan Merdeka memiliki nilai tersendiri. Terletak tepat dipusat kota medan dan dengan nilai sejarah yang sangat panjang, memberi kebanggan tersendiri bagi warga kota medan dan sumatera utara akan keberadaan lapangan ini. Pada zaman Belanda namanya adalah de Esplanade, kemudian pada tahun 1942 ketika jepang menguasai Indonesia berganti nama menjadi Fukuraido yang  berarti lapangan di tengah kota.Â
Jika Jakarta memiliki lapangan Ikada dalam melaksanakan rapat akbar kemerdekaan Indonesia maka kota Medan memiliki Fukuraido dalam melaksanakan rapat raksasa menyiarkan proklamasi kemerdekaan Indonesia , yang saat itu dibacakan Gubernur Sumatra Muhammad Hasan pada  6 Oktober 1945. Fukuraido berubah nama menjadi Lapangan Merdeka dan disahkan Wali Kota Medan, Luat Siregar  pada 9 oktober 1945.Hal ini pulalah yang menjadi dasar pemikiran banyak orang jika lapangan merdeka medan adalah simbol kemerdekaan dan persatuan indonesia di Kota Medan.Â
Selain memiliki nilai sejarah yang panjang warga kota medan dan sekitarnya pasti memiliki kenangan tersendiri akan lapangan ini yang tidak akan pernah dipahami oleh para pendatang dan warga baru dikota medan. Lapangan Merdeka medan adalah titik nol kota medan, dan pada beberapa dekade yang lalu telah  menjadi pusat transit kendaraan transportasi umum dari seluruh penjuru kota medan dan sekitarnya. Setiap warga yang hendak melakukan perjalanan dengan kendaraan umum pasti akan melalui lapangan merdeka.
Selain itu sebagian warga juga senang melakukan aktifitas  rekreasi dan berolah raga disini, para siswa dan mahasiswa yang mencari buku murah pasti akan singgah sebentar dilapangan merdeka setelah pulang dari titi gantung, untuk sekedar minum es kelapa atau air nira manis. Kini para penjual buku dititi gantung pun telah dipindah dilantai dua parkiran dan menjadi bagian dari lapangan merdeka.
Kemudian bagaimana dengan sekarang? Pil pahit sepertinya harus kita telan ketika melihat sebagian dari lapangan merdeka telah beralih fungsi menjadi lahan bisnis kuliner dengan bangunan mewah yang kita kenal dengan Merdeka walk. Keberadaan merdeka walk seperti menunjukkan kesenjangan sosial diruang lingkup lapangan merdeka.Â
Hancur sudah lambang persatuan masyarakat medan, yang dahulu memekikkan kata merdeka ketika proklamasi dibacakan pada tahun 1945 dilapangan merdeka medan,  Kini sebagian dari lapangan merdeka  hanya bisa dinikmati bebas oleh kelompok masyarakat yang memiliki uang.
Dari beberapa sumber artikel Saya pun menangkap jika Merdeka walk malah mengalahkan pamor dari lapangan merdeka itu sendiri. Hal ini tentu menyadarkan saya jika nilai kapital pun ternyata mampu mengalahkan Nilai sejarah dari lapangan merdeka.
Alun-alun
benarkah disini puluhan ribu rakyat berkerumun?
Tanpa memandang perbedaan
dari yang miskin sampai yang mapan
Saksikan pidato kemerdekaan
Lalu bergemuruh  teriakkan  MERDEKA
Sekarang...
Bimbang aku memandang
sekelompok orang berkaus oblong
duduk dengan songong
minum kopi mewah dengan  Gawai ditangan
mungkin sambil bermain burung
lanjut aku berjalan bimbang
menembus tembok tanah lapang
dalam angin sejuk kulihat seorang pemulung
tertidur dalam hati yang linglung
tapi sambil menggaruk burung
akh... mungkin pimpinan mereka sedang bingung
karena sibuk disangkar burung
biarkan warga bermain burung
Sampai lupa  langit alun-alun sudah bolong
Ass, 12 Juni 2021
Sistem manajemen yang ketat dan mahal membuat merdeka walk jauh tanpak lebih elegan dibandingkan kawasan induknya Lapangan merdeka. Perbedaan kelas pun sepertinya sengaja dibangun dengan adanya tembok dan gerbang pemisah diantara merdeka walk dan lapangan merdeka. Seakan menunjukkan kepada dunia jika Merdeka Walk hanya dapat dinikmati oleh kalangan menengah atas.
Untuk mengadakan upacara pun sepertinya lapangan merdeka bukan tempat yang layak lagi. Bagaimana mungkin mengadakan upacara dengan langit-langit pendopo yang bolong-bolong? sungguh berbeda dengan bangunan yang ada dikawasan sebelahnya. Anehnya ada sebuah kantor dinas berdiri diujung lapangan merdeka yang seakan bangga dengan keberadaan lapangan merdeka saat ini. Mengingatkan saya akan sebuah puisi lama  yang pernah saya post dahulu.
Apalah arti sebuah pemberian
jika tiada pendampingan
Hanya seonggok bangunan
dalam sebuah anggaran
Seperti bercinta dengan tangan
Tanpa rakyat sebagai rekan
kocok kekiri lalu kocok kekanan
Cantik Laporan pada Pimpinan
Ass.24 April 2021
Kita memahami jika saat ini kota medan dipimpin seorang pendatang, akan tetapi setidaknya tolong perhatikan lambang kebanggaan Kota Medan dan Provinsi Sumatra Utara Ini. Jika pendapatan daerah memang menjadi prioritas dari keberadaan Merdeka Walk maka setidaknya hapuskan kesenjangan sosial antara Lapangan Merdeka dan Merdeka Walk. Bangunlah Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia di Lapangan Merdeka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H