Salah satu objek wisata yang cukup melegenda dari caldera danau toba adalah Batu gantung. Posisi batu gantung sendiri sebenarnya berada diwilayah Kabupaten Simalungun ditepian Danau toba yang sangat indah.
Saya pribadi pernah kesana ditahun 2010 bersama teman-teman saya dari Youth Earth Comunity,sebuah komunitas yang berisikan anak-anak muda yang ingin menggali pengetahuan tentang sejarah tanah batak dengan mengunjungi situs-situs kebudayaan tanah batak. Komunitas ini dibentuk oleh Miduk Hutabarat, seorang budayawan batak yang ingin agar-anak muda batak  tidak melupakan asal-usul dan sejarah nenek moyangnya.
Setidaknya Saya pribadi mengalami banyak petualangan yang luar biasa selama bergabung dalam komunitas tersebut. Salah satunya dalah dengan melihat objek wisata batu gantung yang berada di Parapat. Saya sungguh takjub saat itu saat melihat ornamen alam tersebut secara langsung. Bagi saya batu gantung   seperti sebuah mahakarya indah yang indah yang terbentuk secara alami.
Kisah batu gantung sendiri sebenarnya sudah sangat melegenda diantara masyarakat batak, yang mengisahkan tentang sebuah kisah seorang gadis yang tidak ingin dijodohkan oleh ayahnya dan ingin untuk mengakhiri hidupnya.Â
Dahulu kala ada sebuah keluarga yang hidup ditepian Danau Toba. Keluarga tersebut memiliki seorang anak perempuan cantik  yang bernama Seruni. Selain cantik Seruni juga merupakan gadis yang sangat rajin, baik dan patuh terhadap orang tuanya.Â
Tapi siapa sangka Ayah yang Dia kasihi ternyata menjodohkannya dengan seseorang yang masih saudara sepupunya sendiri, Padahal disisi lain ia telah menjalin hubungan dengan pemuda lain. Seruni merasa sanngat galau saat itu, disatu sisi ia sangat mencintai kekasihnya tetapi disisi lain Ia harus mematuhi nasihat orang tuanya. Â Seruni sadar benar akan sebuah falsafah batakÂ
Ingkon pasangaphonmu do natorasmu asa martua ho, jala leleng mangolu di tano na nilehon ni Jahowa Debatam di ho. (Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN kepadamu.)
Dalam kegalauan Seruni dan anjing kesayangannya pun berjalan ditepian tebing Danau Toba, Ia berjalan sembari bernyanyi  memandang keindahan Danau toba seakan ingin mengungkapkan kesedihan hatinya dalam alunan nada yang indah. Ddalam kebimbangan yang sangat dalam ia tidak sadar dan terperosok dalam lubang batu yang besar dan tidak dapat keluar.
Sudah sangat putus asa tidak bisa minta tolong pada siapapun. Seruni lebih memilih mati di dalam lubang, katanya dalam hati. Tiba-tiba dinding-dinding lubang tersebut mulai merapat.
"Parapat...! Parapat batu!" seru Seruni agar dinding batu semakin merapat dan menghimpit tubuhnya. Sembari meneteskan air matanya dialam pikirannya mungkin ini jalan yang terbaik untuknya saat ini,agar tidak mengecewakan kekasihnya maupun orang tuanya.
Toki anjing kesayangannya pun berlari kerumah memanggil kedua orang tua Seruni. Kedua orang tua seruni pun mengikuti Toki ketempat Seruni terjatuh dan terjepit. Mereka berteriak memanggil seruni agar keluar dari lobang tersebut.
Warga sekitar pun berdatangan mencoba untuk melihat dan menolong seruni. Tapi sayang Seruni sepertinya sudah pasrah dah hanya berkata "Parapat... Parapat.. Parapat ". Akhirnya lubang itu pun semakin merapat dan tertutup karena goncangan dahsyat terjadi.
Beberapa saat setelah gempa berhenti, di atas lubang yang telah tertutup itu muncullah sebuah batu besar yang menyerupai tubuh seorang gadis yang seolah-olah menggantung pada dinding tebing di tepi Danau Toba. Orang-orang yang melihat kejadian itu mempercayai bahwa batu itu adalah penjelmaan dari Seruni dan kemudian menamainya sebagai "Batu Gantung".
Daerah tersebut pun diberi nama Parapat karena warga mendengar kata-kata terakhir Seruni "Parapat... Parapat... Parapat.."
Yah itu hanyalah sekilas legenda, akan tetapi keberadaan Batu gantung harus kita akui sebagai salah satu obyek wisata yang cukup menarik untuk dikunjungi oelh wisatawan domestik ataupun mancanegara. Karena Batu gantung adalah salah satu karya seni yang cukup indah yang telah alam ciptakan.
Salam  Bumi dari kami Youth Earth Comunity.
(Kisah ini diambil dari berbagai sumber dengan sedikit modifikasi dengan menambah falsafah batak dalam menyampaikanam  pesan-pesan moral)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H