Kematian ternak pun menyebar dengan cepat dan menimbulkan efek kekacauan karena kurangnya kesadaran masyarakat untuk tidak membuang bangkai disungai-sungai. Alhasil seluruh sungai di kota medan pun dipenuhi bangkai babi yang mengambang.
Keterlambatan pemerintah dalam melakukan deteksi wabah tentu menjadi salah satu faktor penyebab kekacauan sosial ini. Pemerintah pada akhirnya terlambat melakukan edukasi kepada para peternak dalam upaya penanggulangan wabah.Â
Kurangnya edukasi membuat masyarakat tidak menyadari jika pembuangan bangkai di sungai  malah membuat penyebaran wabah semakin tidak terkendali.
Kini para peternak rumahan yang ada di sumatera utara pun sudah tidak memiliki sumber penghasilan lagi. Gerakan #savebabi yang diciptakan untuk mengembalikan pendapatan merekapun sudah teralihkan dengan pandemi baru yaitu covid-19.
Bencana baru ini seakan membuat mereka semakin tidak berdaya. Bagaimana tidak ? Harga botot pun jatuh dan tidak memiliki harga yang memadai lagi untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Ironisnya mereka kebanyakan tidak mendapat bantuan BLT pada masa pandemi covid 19 dari desa ditempat mereka tinggal.
Ke mana janji pemerintah yang akan membantu memulihkan perekonomian ribuan peternak dahulu? Apakah karena mereka peternak babi sehingga tidak layak menerima bantuan?
Saya kurang memahami apa yang menjadi syarat dan ketentuan bagi penerima bantuan covid 19. Bantuan sembako pun sepertinya tidak mereka terima. Kalaupun ada itu dari perorangan yang datang dan membagikan sembako kepada mereka dari lembaga ataupun yayasan dengan jumlah sangat terbatas.
Pemerintah daerah mungkin sedang sibuk dalam mengatasi penyebaran wabah covid 19 saat ini. Akan tetapi cobalah untuk peduli nasib mereka yang terlebih dahulu telah kehilangan pendapatan sebelum wabah Covid 19 terjadi.
Karena setelah Covid 19 terjadi perekonomian mereka semakin terpuruk dan terpuruk. Seharusnya mereka juga harus diperhitungkan dalam pembagian bantuan Covid 19.
Efek dari pembatasan kegiatan dengan mengumpulkan orang dalam jumlah besar  mengakibatkan tidak adanya  lagi acara adat, kemudian dilain sisi rumah-rumah makan daerah kehilangan pengunjung. Alhasil harga daging pun jatuh dan jauh dari yang diharapkan.