Smash keras baru-baru ini dilayangkan Taufik Hidayat kepada lembaga Kemenpora telah berhasil menarik perhatian publik. Tapi kali ini saya tidak membahas permasalahan tersebut. Saya ingin mencoba memberi pandangan seorang Otaku perihal permasalahan pembinaan atlet di Indonesia.
Otaku adalah sebutan bagi penikmat kartun anime dari jepang. Ketika banyak orang memilih untuk menghabiskan waktu kosongnya dengan menonton drama korea, maka saya lebih memilih untuk menikmati anime.  Kita  dapat menikmati berbagai pesan-pesan moral yang sering disampaikan didalam serial anime tampa terjebak dalam kisah romantisme dalam drama korea.
Dari berbagai jenis anime yang ada, ntah kenapa akhir-akhir ini saya menikmati hobi menonton anime yang bertemakan olahraga. Dalam pembuatan anime kita melihat bagaimana jepang benar-benar mampu membangun semangat penontonnya dari perjuangan tokoh-tokoh yang berusaha menjadi superstar dalam alur cerita.
Sebut saja Kapten Tsubasa yang menjadi legenda anime sepak bola. Perjuangan Tsubasa menjadi bintang sepak bola dimulai dari SD, SMP, SMU hingga bermain ke Piala Dunia dipenuhi perjuangan yang sangat keras. Sebuah anime yang cukup memberi banyak inspirasi bagi banyak anak-anak saat itu. Â
Padahal dahulu kita sering menyindir jika Anime Kapten Tsubasa sengaja dibuat karena prestasi jepang sangat buruk di Piala Dunia sehingga untuk bisa merasakan sensasi piala dunia mereka membuat anime. Ternyata sekarang kita melihat banyak pemain muda jepang telah menembus kancah liga eropa dan Jepang salah satu langganan peserta Piala Dunia.
Karena Kapten Tsubasa dahulu teman-teman saya malah banyak yang ikut club-club sepak bola lokal. Ada sebuah kebanggaan dahulu ketika mengikuti liga tarkam U-15 didesa. Serasa menjadi Tsubasa rasanya ikut turnamen walau  pada akhirnya kalah dipenyisihan karena melawan anak SMU dan mahasiswa yang curi umur. Wakakka... pasti ada kawan-kawan pembaca pernah merasakannya.
Ada banyak anime lainnya yang bertemakan olahraga yang sangat baik kita tonton untuk memacu motifasi remaja kita untuk serius dalam olahraga. Beberapa  Contoh anime yang menarik antara lain Slam Dunk (Bola Basket), Ryokuu (Bola Voli) , Dive! (Loncat Indah), Hajime no Ippo (Tinju) dan ada banyak lainnya. Dari anime-anime tersebut kita dapat melihat bagaimana pola pembinaan atlet yang dilakukan sejak dini.
Pembinaan bibit dimulai sejak sekolah dasar dimana setiap sekolah memiliki beragam kegiatan ekstrakulikuler yang disesuaikan dengan minat dan bakat siswanya. Yang menarik adalah bagaimana sebuah kompetisi dilaksanakan dalam setiap tingkatan  dari SD , SMP hingga yang paling keren turnamen Inter High SMU dimana para tokoh anime membuktikan kehebatannya dan siap direkrut oleh team atau club profesional.
Dari beberapa scan anime kita bisa melihat bagaiman siswa dengan tekun akan berlatih dengan keras sejak SD hingga SMU. Belajar tehnik-tehnik dan strategi sudah mereka pelajari sejak dini dengan dukungan fasilitas dari sekolah. Turnamen-turnamen yang dilaksanakann dengan rutin menjadi pemicu untuk dapat terus berlatih demi membawa nama baik sekolah.
Walaupun hanya sebatas anime saya cukup terkejut juga ketika tokoh-tokoh dalam anime Dive! juga mengatur  makanannya sejak dini. Pengaturan konsumsi nutrisi sejak dini memang sangat penting bagi atlit dimana proporsi antara kalori dan protein diatur sedemikian rupa untuk memperoleh postur tubuh yang layak. Apa club olahraga jepang sudah benar-benar melaksanakan hal sperti itu sejak dini?
Bagaimana dengan ekstrakulikuler di sekolah-sekolah kita?  Sepertinya pemerintah harus  melakukan sesuatu. Penyaringan bibit terbaik dimulai dari sekolah. Maraknya remaja terlibat dalam kegiatan kriminal sebagian besar karena mereka memiliki energi yang tidak tersalurkan secara benar.Â
Dari beberap anime kita dapat melihat bagaimana para berandalan sekolah bertobat. Dengan menikmati kegiatan ektrakulikuler olahraga untuk menggapai mimpi mereka menjadi pemain profesional.
Saat ini media televisi pun harusnya jangan hanya memilih anime yang memiliki rating tinggi untuk ditayangkan. Anime-anime olah raga yang bisa menaikkan minta dan bakat remaja sepertinya harus dikembalikan.Â
Lihat saja anak-anak sekarang lebih berbakat jadi ninja dari pada menjadi atlet. Ntah kenapa Saya merasa lebih senang jika anak-anak sekarang berteriak tendangan elang (Drive Shoot) Tsubasa ketika menendang bola daripada teriakan rasenggan nya naruto yang melebamkan kepala anak tetangga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H