Pandemi virus Corona yang menerpa Indonesia telah menimbulkan berbagai polemik. Kebijakan  PSBB yang pada hakekatnya  untuk menekan penyebaran pandemi covid-19 tanpa sengaja merusak aktivitas masyarakat berbagai golongan. Slogan work from home, physical distancing, dan sosial distancing tampa sengaja meningkatkan intensitas masyarakat mekakukan hubungan suami istri di rumah.
Bagaimana tidak? Ketika perkantoran ditutup dan masyarakat dihimbau untuk bekerja dirumah malah meningkatkan tingginya intensitas pertemuan antara pasangan suami istri dirumah, yang pada ujungnya berakhir pada hubungan intim diranjang.
Tingginya intensitas hubungan suami istri tentu meningkatkan persentase angka kehamilan. Hal ini diperparah dengan penurunan jumlah penggunaan alat kontrasepsi.Â
"BKKBN mencatat penurunan penggunaan alat kontrasepsi dan hal-hal itu kan wajar karena stay at home, mereka juga tidak datang karena physical distancing, kemudian klinik-klinik juga banyak yang tutup, karena memang dia ada yang tidak bersiap di masa pandemi ini, kemudian dia takut melayani," ujar Hasto (kompas.com).
Menurut BKKBN Ada sekitar 10 persen  penurunan penggunaan alat kontrasepsi  di Masyarakat. Jika dihitung dengan angka kelahiran 4,8 juta,  maka akan ada 480 ribu penambahan angka kelahiran baru.Â
Ledakan angka kelahiran baru ini tentu akan dapat merepotkan negara kedepannya, mengingat pasca pandemi Corona  negara masih harus menanggulangi krisis yang menerpa. Resiko peningkatan anggaran biaya melahirkan BPJS akan meningkat, akan ada kemungkinan peningkatan angka kematian ibu melahirkan, hingga resiko stunting pada anak karena peningkatan kebutuhan bahan pangan yang semakin terbatas.
Pada masa pandemi virus corona, kita dapat melihat berbagai lembaga  pemerintahan membagikan masker , handsanitizer dan berbagai bahan pangan kepada masyarakat. Tapi pernahkah pemerintah maupun teman-teman di organisasi berpikir untuk turut membagikan Kondom bagi pasangan suami istri? Alat kontrasepsi yang cukup sederhana dan mudah didapat dimana-mana.
Bagi sebagian masyarakat kondom masih sesuatu yang tabu. Lebih tabu daripada membeli produk obat kuat ataupun jamu kuat. Agak sedikit aneh memang, tetapi sepertinya kebudayaan masyarakat indonesia masih menilai seks sesuatu hal yang sangat tabu.
Pemerintah daerah sebagian besar membagikan masker gratis kepada masyarakat, tetapi sepertinya masih malu membagikan kondom kepada masyarakat.Â
Begitu juga berbagai lembaga organisasi di daerah yang sepertinya belum menangkap isu angka kehamilan yang meningkat pesat di Indonesia. Padahal kede pannya ini akan berujung kepada permasalahan ketahanan pangan dimana lahan pertanian semakin menyempit dan jumlah penduduk terus meroket.