Terlalu lama kita terpenjara dalam ancaman pandemi covid 19. Rasanya jenuh sudah melihat berita-berita kesusahan masyarakat yang diakibatkan virus corona ini. Seperti mimpi buruk yang tak pernah ada ujungnya.
Apa kita sudah Lelah? Semua sudah lelah. Perekonomian masyarakat sudah mandek tampa mengetahui kapan bisa kembali normal. Kita sudah capek mendengar bagaimana ribuan karyawan diphk ataupun dirumahkan, Driver Ojol  kehilangan penghasilannya begitu juga tukang becak maupun supir angkot.
Tapi pernah kah kita berpikir nasip para pedagang tradisional? Ditengah anjuran pemerintah untuk #dirumahaja dan berbagai slogan #sosialdistancing maupun #physicaldistancing, mereka pun mengalami kerugian yang besar.Â
Para pedagang tradisional seperti kehilangan marketnya saat pandemi ini, ditambah dengan semakin berjayanya toko-toko online yang sudah mampu menjual berbagai produk kebutuhan sehari-hari. Mereka semakin tersingkir dan terlupakan saat ini.
Itu adalah Konsekwensi dari menurunnya jumlah orang yang datang ke pasar tradisional untuk berbelanja. Kemudian bagaimana dengan nasib mereka saat ini? ketika produk mereka tidak laku, mau tidak mau mereka harus membanting harga agar dapat menekan kerugian yang ditanggung.Â
Ada sebuah langkah yang cukup berani dilakukan seorang pemuda di Kota Medan. Berawal dari keinginan untuk membantu masyarakat agar dapat tetap berbelanja dari rumah, Ruchon Situmorang mengkordinir beberapa pedagang tradisional untuk dapat menyediakan barang pesanan konsumen dengan mutu yang sangat baik.
Tidak main-main, Kualitas yang diberikannya tidak kalah dengan supermarket besar yang ada di kota medan. Pelan-pelan Dia mengajarkan para pedagang untuk dapat menyortir sayuran, buah-buahan, ikan, daging dan produk pesanan lainnya untuk kemudian dikemas lalu diantar dengan sepedamotor miliknya.Â