Awal tahun 2020 terasa begitu panas karena isu hangat permasalahan Iran dan USA di timur tengah dan perang dagang antara USA dan China yang tiada hentinya.
Sempat ada prediksi akan terjadi perang dunia III. Tapi alam semesta tidak berharap terjadi kerusakan yang lebih lagi terhadap bumi. Muncullah musuh tak terlihat untuk seluruh umat manusia Covid 19. Seketika seluruh bangsa tercengang, berawal dari Wuhan salah satu provinsi di china virus ini menyebar keseluruh dunia tampa mengenal negara besar ataupun kecil.Â
Peta politik dunia pun berubah dalam sekejap seluruh dunia bahu membahu berperang melawan pandemi Covid 19. Indonesia pun tidak luput dari serangan virus ini. Pemerintah melakukan segala usahanya dalam menanggulangi wabah ini. Setiap potensi yang dimiliki negara dipersiapkan menanggulangi wabah ini.
Tapi apakah ini hanya tanggung jawab negara. Perang saat ini adalah melawan musuh yang tidak terlihat dan bukan melawan sebuah bangsa yang ingin menginvasi negara kita, Sepertinya  masyarakat kita belum paham arti dan peranannya dalam melawan musuh kali ini.Â
Saya cukup tertarik dengan tulisan om Tjipta  yang mengisahkan  munculnya watak manusia sebenarnya  saat pandemi covid 19 terjadi. Beliau memang berdomisili di Australia akan tetapi cukup membuat kita sadar ternyata watak tersebut tidak hanya ada di negara tersebut.
Sejak awal virus ini masuk di Indonesia saya sudah melihat berbagai aksi borong yang dilakukan oleh masyarakat dari memborong berkarung-karung beras, masker, Hand Sanitizer , alkohol dan lain segalanya. Pokoknya Segala hal yang berbau anti Corona pasti sudah langka.
Tapi anehnya himbauan pemerintah untuk tetap tinggal di rumah tidak diindahkan. Seakan-akan semua produk tersebut mampu menyelamatkan mereka dari virus ini. Saya coba berkeliling mengisi kebosanan sekaligus mencari inspirasi dengan sepeda motor tua saya pada malam hari (tanpa berhenti dan melakukan interaksi) melalui beberapa pusat keramaian kota Medan.
Hal miris saya temui ketika melihat masih banyak kumpulan orang-orang berkumpul dalam keramaian. Kafe-kafe, lapangan, simpang gang dan pusat permainan anak-anak didekat rumah saya juga masih ramai dan tidak ada saya lihat menggunakan alat perlindungan diri seperti masker atau sarung tangan.
Sepertinya masyarakat belum paham jika negara dalam kondisi darurat perang melawan virus Corona. Pada UUD 1945 pasal 27 ayat 3 jelas menuliskan bahwa setiap warga negara berhak dan wajib turut serta dalam upaya belanegara.
Pemahaman ini yang perlu ditanamkan. Apa yang menjadi kewajiban kita dalam aksi belanegara melawan virus ini dan apa yang menjadi hak kita.Â
Kewajiban kita saat ini adalah menuruti semua instruksi pemerintah dalam melawan pandemi virus corona seperti mengikuti instruksi self distance dengan menjauhi keramaian dan tetap dirumah dengan belajar di rumah, bekerja di rumah dan beribadah di rumah serta sebisa mungkin tidak keluar rumah kecuali ada hal yang sangat dibutuhkan.
Saya tidak akan pernah bosan menulis tentang virus ini. Saya menyadari jika saya tidak bisa memberi kontribusi besar dalam upaya memerangi virus ini. Harapan saya cukup sederhana melalui tulisan-tulisan saya akan tumbuh pemikiran positif dalam masyarakat bahwa kita bisa memenangkan peperangan ini. Tetap tenang dan jangan panik tetap tumbuhkan pikiran positif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H