Permasalahan ASF yang melanda Sumatera Utara telah menimbulkan kematian puluhan ribu ternak babi ternyata menarik perhatian Gereja Batak Karo Protestan. Â Hal ini cukup menarik, karena dari sekian banyak lembaga keumatan yang ada di Sumatera Utara hanya GBKP yang dapat menangkap permasalahan ASF dan langsung melakukan tindakan sosialisasi.
GBKP menganalisa ada beberapa  permasalahan yang dihadapi oleh peternak:
1. Peternak mengalami kesulitan dalam penanggulangan penyakit yang menjangkit kepada ternak babi.
2. Kematian  puluhan ribu babi yang ada disumatera utara memang menimbulkan kerugian besar bagi para peternaknyaÂ
3. penanganan virus ASF sampai saat ini belum ada obatnya.
Berdasarkan analisa tersebut GBKP melalui Yayasan Ate Keleng pun mengadakan seminar kesehatan ternak babi. Dengan tujuan  agar:Â
1. Peternak memahami ASF, pencegahan dan penanggulangan virus ASF.
2. Peternak mengetahui peranan pemerintah daerah dalam penanggulangan wabah penyakit ternak.
3. Peternak mampu melakukan penanganan  penyakit ternak dan melakukan penangan pencegahan terhadap wabah ASF.
4. Â Peternak mengetahui program pemerintah dalam bidang peternakan.
Dalam acara tersebut pada sesi pertama,  Kepala dinas  pertanian kab. Karo yang diwakili oleh Drh Herniwaty  Lidia Peranginangin menyampaikan berbagai permasalahan yang dihadapi oleh peternak babi dan berbagai tindakan yang dilakukan pemerintah dalam mengantipasi penyebaran virus ASF di tanah karo.
Pada sesi kedua pembicara berasal dari perusahaan pakan ternak Cargil yang diwakili Oleh Deden Raldos Simatupang S.Pt  dengan materi Pig Farm Management. Deden sendiri menyampaikan bahwa usaha ternak babi saat ini harus dilakukan dengan penuh kewaspadaan karena wabah ASF belum ada obatnya. Dalam materinya Deden menjelaskan prinsip dasar dan trick yang dapat dilakukan dalam upaya peningkatan produksi para peternak babi.
Pada sesi ke tiga Drh. Masmur Ginting menyampaikan materi pemahaman virus ASF serta penanggulangan dan pencegahannya. Hal ini tentu sangat penting mengingat ASF adalah wabah yang tidak ada obatnya hingga sekarang. Diperlukan pemahaman ciri-ciri ternak yang telah terserang dan penangannya agar penyebaran penyakit tidak menimbulkan  kematian  dikandang-kandang sebelahnya.
Satuhal yang cukup menarik dari kegiatan ini adalah bagaimana GBKP sebagai salah satu lembaga keumatan ternyata mampu membangun sinergitas antara Gereja , Pemerintah daerah dan corporate swasta dalam upaya pengembangan masyarakat diakar rumput. GBKP mampu menunjukkan bahwa fungsi gereja tidak hanya dalam  pengembangan  spiritualitas jemaat saja tetapi juga  dapat mengambil fungsi sebagai  fasilitator dalam upaya peningkatan perekonomian jemaat.