Mohon tunggu...
Andris Gunawan
Andris Gunawan Mohon Tunggu... -

sangat tertarik dengan budaya pop. calon sarjana yang bingung dalam jurusanya namun tidak bingung dalam menentukan sikapnya!!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jeans dari Pekerja hingga Gedongan

11 April 2012   08:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:46 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa yang tidak  tahu celana jenas? saya rasa pertanyaan tersebut tidaklah harus dipertanyakan sekarang, dimana saat ini penggunaan celana jeans menjadi sebuah kebutuhan yang wajib dan salah satu bagian fashion yang harus dimiliki oleh setiap orang, telepas tanpa melihat status sosial, pandangan politik, agama bahkan jenis kelamin, semua tentu menyukai sandang yang satu ini.

akan tetapi, tauhkan anda dibalik kesuksesan celana jenas yang begitu populer digunakan masyarakat saat ini, ternyata memendam banyak cerita dibalik kepopulernya.  Celana panjang berbahan Denim ini awalnya digunakan di Italia pada tahun1560-an, untuk keperluan ankatan laut karena bahanya yang memungkinkan digunakan baik dalam keadaan basah ataupun kering. baru pada awal abad 18 seorang pemuda asal Bavaria bernama Levi Strauss menjual untuk pertama kalinya kepada para pekerja tambang di San Francisco Amerika melaui bantuan temanya yang bernama Jacob Davies, awalnya mereka tidak mengira jika celana Jeans yang mereka buat tersebut ternyata sangan di gemari oleh para pekerja tambang, sehingga penjualan Jeans merka selalu Sold Out. Pekerja Tambang menyukai Jeans, karena celana ini sangan simple dan nyaman digunakan terlebih di celana tersbut terdapat kantong kotak yang berguna untuk menaruh emas ketika mereka sedang bertugas di tambang. Sehingga celana ini begitu lekat dengan para petamabang sehingga di kenal dengan celana kelas pekerja. Baru pada tahun 1970 adalah masa dimana Jeans diproduksi massal, dan moment inilah yang kemudian menjadikan  Jeans mencapai puncak popularitasnya. Tahun 1970-an ketika Barat dilanda "endemi" hippie, Jeans menjadi salah satu atribut yang melekat pada mereka, menjadi simbol pemberontakan terhadap kemapanan. Tidak jarang "para pemberontak" itu sengaja mengoyak-ngoyak celana jins mereka untuk mempertegas penolakan mereka pada kemapanan. Sehingga pada dekade ini celana Jeans dikenal dengan celana yang memiliki semangat Rebellion.

Kini, seiring dengan perkembangan zaman, celana Jeans tidak lagi menjadi pakaian wajib kelas pekerja ataupun celana yang memberikan percikan semangat rebelion, karena kenyataanya saat ini banyak dari para kalangan Jet Set, Pengusaha dan Konglomerat mulai dilanda latah menggunakan jeans di saat senggang mereka. hal itu kemudian diperkuat dengan banyaknya para designer papan atas mulai melirik Jeans sebagai komoditi mereka, tengok saja designer sekelas Calvin Klein, Perry Ellis dan bahkan Gorgio Armani kini mulai membuat rancangan Jenas mereka. Nampaknya, para kelas pekerja saat ini sudah harus sadar jika Jeans yang dahulu merka banggakan kini sudah tidak bersahabat dengan isi dompet mereka, Jeans yang seharusnya mewakili semangat rebbelion haruskah direlakan menjadi sebuah korban dari congkaknya kelas gedongan..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun