Mohon tunggu...
Andri Saputra
Andri Saputra Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Demokrasi Ternodai, Suara Rakyat Dibeli

1 Desember 2016   23:01 Diperbarui: 1 Desember 2016   23:46 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Masyarakat seharusnya lebih berhati-hati terhadap tindakan ini dan harus lebih mengedepankan kejujuran dalam memilih, sesuai dengan prinsip pemilu jujur dan adil berdasarkan prinsip dan hati nurani. Memprediksi bagaimana seorang calon pemimpin mampu memimpin rakyatnya dan memajukan wilayah yang ia pimpin, tanpa melihat dia memberi apa atau kita dapat apa. Tapi jujur apa adanya itu lebih baik dan lebih berkah. Tidak mengandalkan pemberian dari orang lain, namun didasarkan pada pemikiran pribadi masyarakat.

Seorang pemimpin harusnya lebih menonjolkan visi dan misinya, bukan menonjolkan kekayaan atau harta. Tetapi bagaimana caranya supaya seorang calon pemimpin bisa memberikan harapan bagi rakyat yang dipimpin. Sehingga masyarakat bisa mengetahui apa yang akan dilakukan oleh seorang pemimpin tersebut. Para calon pemimpin juga harusnya bersaing dalam mempromosikan visi dan misi, apa tujuan yang akan mereka capai, dan bagaimana cara mereka dalam mencapai tujuan tersebut, itu yang paling penting. Masyarakat pun harus kritis dan teliti terhadap hal-hal yang berhubungan dengan pemilihan seorang pemimpin, karena pilihan kita akan menentukan masa depan kita selanjutnya.

Money politik harus dihilangkan dari pikiran masyarakat, jangan mudah suara atau hak pilih kita dibeli hanya karena diberi uang, atau barang-barang lainnya. Untuk apa menerima nikmat yang hanya sekejap mata, jika sengsara yang akan didapat berkepanjangan.

*Penulis adalah Mahasiswa Ilmu Komunikasi semester 1 Mata Kuliah Pengantar Ilmu Politik, FISIP UNTIRTA.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun