Mohon tunggu...
andri muhammad
andri muhammad Mohon Tunggu... serikat pekerja seluruh indonesia -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

terserah

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Menengok Cara Pandang Jokowi soal Keadilan dan Pembangunan

12 Januari 2019   16:24 Diperbarui: 12 Januari 2019   17:18 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun Jokowi, lebih memilih untuk tidak disukai oleh rakyat dan tidak populer, asalkan ada perbaikan dalam kualitas kehidupan rakyat.

"Risikonya saya bisa tidak disukai atau tidak disetujui. Mana yang saya pilih? Memimpin untuk disukai atau memimpin untuk memperbaiki hidup rakyat? Saya pilih yang kedua," tegasnya.

Cara pandang Jokowi di atas, kongruen (atau, sebangun) dengan pernyataannya beberapa waktu lalu. Bahwa, pembangunan untuk memperbaiki kualitas kehidupan rakyat itu tidak bisa instan, namun selalu ada prosesnya.

Dalam proses itu memang kadang pahit, sakit, tapi di dalam proses itu juga mengandung buah yang manis. Dan, Jokowi lebih memilih jalan yang benar dibandingkan hanya sekadar menyenangkan hati rakyatnya. Misalnya, hanya dengan membagikan bantuan sosial sebanyak mungkin.

"... kalau mau seperti itu, buat saja subsidi sebanyak-banyaknya, buat saja bansos sebanyak-banyaknya kepada masyarakat, senang semua. Tapi membangun suatu rumah yang kokoh, yang perlu fondasi kuat, pilar yang kuat, sering saya sampaikan dalam perjalanan ke sebuah negara yang besar," jelas Jokowi.

Cara pandang Jokowi ini memang sedikit 'ajaib', apalagi bila dibandingkan dengan politisi lainnya yang hanya senang mengumbar janji. Jokowi justru sebaliknya, dia mengajak rakyatnya untuk menegakkan keadilan sosial dengan cara yang benar, yakni pemerataan pembangunan, meskipun proses itu lebih lama, lebih pahit, dan kadang terasa agak sakit.

Tetapi, itulah jalan yang benar itu. Jalan yang akan membawa Indonesia yang maju dan kuat. Sebagaimana jamu, Jokowi mengajak kita semua untuk rutin meminumnya, meskipun terasa pahit saat ini, namun akan membuat badan lebih segar pada esok hari.

Jokowi juga sepertinya sadar dengan konsekuensi pilihannya tersebut. Dia akan dicemooh, dicaci maki, dan dibenci karena pilihan kebijakannya itu. Namun, apalah arti populer dan dipuji setinggi langit, bila mengarahkan negara ini ke jurang keterbelakangan? Bukankah lebih baik dicerca tetapi membawa kebaikan?

Bersyukur kita mendapati ada pemimpin negeri seperti Jokowi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun