Mohon tunggu...
andri muhammad
andri muhammad Mohon Tunggu... serikat pekerja seluruh indonesia -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

terserah

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Hijrah dan Perkembangan Pesat Ekonomi Digital di Tangan Milenial

13 November 2018   13:54 Diperbarui: 13 November 2018   14:15 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan jumlah populasi yang besar, Indonesia mengalami laju pertumbuhan ekonomi digital yang tinggi. Hal ini ditandai dengan munculnya perusahaan-perusahaan startup yang valuasinya bahkan di atas US$ 1 miliar atau disebut sebagai unicorn.

Perusahaan-perusahaan tersebut berserak di sektor transportasi online, e-commerce, fintech, hingga agen travel. Perusahaan startup ini membawa potensi ekonomi yang tak main-main, bahkan diprediksi 'ekonomi digital' ini akan menjadi tulang punggung perekonomian di masa depan.

Selain itu, pesatnya pertumbuhan ekonomi digital juga ditandai dengan melonjaknya transaksi online. Termasuk pelaku perbankan yang mulai bergeser berebut pangsa yang masih sangat besar, seiring dengan tingginya penetrasi internet dan gadget.

Menariknya, hampir semua pelaku industri dalam sektor ekonomi digital ini adalah anak-anak muda. Generasi milenial menjadi eksponen utama dari perkembangan perusahaan startup dan ekonomi digital di Indonesia.

Dengan segala daya kreatifnya, plus ditambah semangat kolaborasi yang kuat, anak-anak muda di Indonesia mampu mewujudkan mimpinya untuk mendorong perubahan positif, melalui kerja nyata dari kaki dan tangan mereka sendiri. Inilah makna hijrah yang sesungguhnya.

Anak Muda dan Ekonomi Digital

Bisnis rintisan yang berbasis teknologi (start-up) di Indonesia berkembang pesat kiwari ini. Bahkan, beberapa di antaranya termasuk dalam jajaran 'Unicorn', yakni start up dengan valuasi di atas US$1 miliar atau sekitar Rp 13 triliun. Hingga kini terdapat 4 perusahaan startup asal Indonesia yang bergelar 'unicorn'.

Gojek merupakan startup pertama asal Indonesia yang mendapat gelar "Unicorn". Perusahaan rintisan Nadiem Makarin ini berdiri pada 2010, dan memantapkan diri sebagai "Unicorn" tepat pada 4 Agustus 2016 lalu, setelah menerima pendanaan senilai $550 juta dari konsorsium 8 investor yang digawangi oleh Sequoia Capital dan Warbrug.

Investasi ke Gojek pun berlanjut. Pada 4 Mei 2017, Gojek kemudian memperoleh suntikan dana tambahan senilai $1,2 miliar dari Tencent Holding dan JD.com. Ini membuat total pendanaan yang sukses diraih Gojek berada di angka $1,75 miliar, yang merupakan nilai tertinggi di antara empat "Unicorn" Indonesia.

Perusahaan startup kedua asal Indonesia yang menjadi "Unicorn" ialah Tokopedia. Perusahaan ini lahir dibidani oleh William Tanuwijaya pada tahun 2009 lalu. Tokopedia masuk ke tataran unicorn setelah memperoleh penyertaan investasi senilai US$1,2 miliar (Rp 15 triliun) dari Alibaba pada 17 Agustus 2017.

Menurut data yang dijabarkan dari Crunchbase mengungkapkan bahwa layanan online market place tersebut, kini secara keseluruhan telah memperoleh pendanaan senilai $1,347 miliar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun