Rasanya ini tidak ada apa-apanya, karena sebelumnya perut sudah terisi dan energi sudah kembali setelah bertemu dengan air terjun tadi.Â
Singkat cerita, ketika sampai di jembatan kedua ini, rasa berdebar itu datang lagi, tapi dengan kekuatan yang lebih bisa dimengerti, tentu dengan percaya diri yang sedikit banyak mulai terisi.
Bermodal rasa itu, saya memutuskan untuk segera menyeberangi jembatan gantung "mungil" ini, yang tetap dilengkapi dengan pengaman yang serupa dengan jembatan gantung utama tadi.
Dari jembatan ini kita bisa melihat jembatan utama dengan sedikit mendongakkan kepala, karena secara posisi jembatan gantung utama lebih tinggi. Langkah semakin pasti, dan segera sampai ujung jembatan ini.Â
Perjalanan menyeberangi jembatan gantung kedua tadi menjadi penutup perjalanan di tempat ini. Hari beranjak sore kita saya sampai di pintu keluar, kembali ke titik tempat saya masuk tadi. Rasanya tak perlu berlama-lama diam di area ini.Â
Oleh karena itu, saya kembali menaiki angkutan merah tadi, dengan tarif yang sama, yaitu Rp10.000 untuk sampai ke pusat kota (alun-alun). Berjalan kaki kembali, menuju tempat saya diantar oleh ular besi untuk sampai ke Sukabumi ini.Â
Jam menunjukkan pukul 17:30 WIB dan saat itu pula kereta saya berjalan meninggalkan kota ini. Dua jam perjalanan, akhirnya saya benar-benar kembali ke tempat saya memulai perjalanan seharian ini.Â
Sekian catatan perjalanan ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H