Mayoritas dari kita sepakat bahwa pandemi menyebabkan banyak sektor terpuruk, salah satu yang terdampak, yaitu sektor pariwisata. Akan tetapi, ada satu lokasi di Yogyakarta yang justru merasakan sebaliknya. Bisa dibilang pandemi justru membawa berkah tersendiri baginya. Begitu simpulan yang saya dapat dari tuturan pengelola lokasi ini.Â
Pertanyaannya, di mana lokasi yang dimaksud dan apa keunikannya? Sedikit bocoran, yaitu di lokasi ini kalian bisa "mengenyangkan" mata dengan pemandangan, pikiran dengan ketenangan, dan tentunya perut dengan makanan.
Beberapa waktu lalu, untuk pertama kalinya sejak pandemi Covid-19 ini hadir, saya memberanikan diri untuk keluar dan menengok kembali daerah yang kerap saya kunjungi, yaitu Yogyakarta.Â
Kota kaya budaya, sumber daya, dan bersahaja ini, sukses membuat saya hening sejenak ketika bisa menapakkan kaki kembali di bumi Mataram ini. Tetap, saya tidak lupa untuk menghindari kerumunan dan menjaga jarak antarsesama. Itu artinya, saya harus menepikan diri dari perkotaan, dan beranjak ke alam untuk menemukan ketenangan dan kesejukan.
Geblek Pari. Lokasi ini menjadi salah satu destinasi yang berhasil saya datangi. Mungkin sudah ada yang mengetahui lokasi ini dari foto atau video yang kalian temukan di berbagai sosial media. Namun, yang saya ceritakan di sini merupakan hal-hal yang saya temukan dan rasakan sendiri.Â
Baiklah, jika berpatokan dari pusat kota Yogyakarta, dibutuhkan waktu kurang lebih satu jam (dengan motor atau mobil) untuk mencapai Geblek Pari. Jangan pikirkan waktu tempuhnya, karena semua akan terbayarkan dengan sajian alam yang Kulon Progo suguhkan. Hijaunya bukit dan pegunungan akan menemani kalian di sepanjang perjalanan, dan tak lupa juga hamparan sawah yang membentang di bawahnya. Spesifiknya, Geblek Pari berada di daerah Nanggulan, Kulon Progo.
Sesampainya di pintu masuk, mungkin kalian akan berpikir bahwa lokasinya sempit, karena kalian akan disambut dengan satu gapura kecil dan jalan setapak untuk masuk ke dalamnya. Nah, di sini keunikan pertama yang akan kalian temukan.Â
Saat masuk, kalian akan dihadapkan dengan banyak kursi dan meja yang terdiri dari beberapa area yang didesain berbeda. Mulai dari modern, etnik atau tradisional, dan yang jadi juaranya, yaitu area terbuka yang berhadapan langsung dengan bentangan sawah dan perbukitan yang hadir dengan kontrasnya di hadapan kalian.Â
Oleh karena area favorit di Geblek Pari merupakan area yang terbuka, maka waktu terbaik untuk ke sini, yaitu pagi atau sore hari, terutama saat jelang musim panen. Kenapa waktu terbaiknya pagi atau sore? Tujuannya, untuk membuat kalian terpukau dengan sinar matahari yang menyorot padi dan perbukitan di sekitarnya. Ya, kalian bisa ke sini dari pagi, karena Geblek Pari sudah buka dari jam 8 pagi.
Oleh karena Geblek Pari merupakan sejenis rumah makan, maka tentunya yang menjadi nilai jual utamanya, yaitu makanan dan minuman. Akan tetapi, sebelum membahas makanan dan minuman yang disajikan di sini, apa kalian sudah tahu dari mana asal nama Geblek Pari ini?Â
Secara harfiah, geblek merupakan salah satu makanan atau jajanan tradisional yang terbuat dari pati singkong, proses masaknya dengan cara digoreng, dan dinikmatinya dengan saus atau cabai rawit. Sudah terbayang seperti apa? Mudahnya, jajanan ini serupa dengan cireng. Kemudian, kata pari berarti 'padi'. Jadi, singkatnya, Geblek Pari bisa diartikan sebagai 'menikmati makanan di tepi sawah'.
Jangan salah lho, meskipun namanya 'menikmati jajanan', bukan berarti kalian gak bisa menikmati makanan utama. Di sini juga ada pilihan all you can eat. Setiap pengunjung yang datang ke sini bisa makan nasi dan sayur sepuasnya hanya dengan Rp10.000.Â
Kalau masih belum puas dengan itu, kalian bisa menambahkannya dengan beragam menu lainnya, dan jangan tanya harganya, karena sangat terjangkau. Beragam pilihan minuman tradisional dan menyegarkan yang jarang kalian temui, bisa dinikmati di sini. Oleh karena itu, hal ini menjadi keunikan kedua yang ditawarkan Geblek Pari.
Pesona dan keunikan yang ditawarkan oleh Geblek Pari ini, sukses menarik perhatian para pejabat publik dan pesohor tanah air. Dengan kata lain, tampil sederhana bukan berarti tidak bisa menarik perhatian siapa-siapa, justru sebaliknya bahwa sederhana ini menjadi identitas dan keunikan yang bisa membawa siapa saja untuk ke sana.Â
Memang, Geblek Pari hampir seluruh areanya merupakan lokasi terbuka, namun jika kalian ke sini, tetap dan harus menerapkan protokol kesehatan ya. Seperti yang sudah disebutkan di atas bahwa saat pandemi ini, justru intensitas pengunjung yang datang justru meningkat. Salah satu indikatornya, yaitu pengunjung cenderung meninggalkan suasana perkotaan, dan beralih ke pinggiran dan pelosok yang lebih menenangkan.
Selamat menikmati pesona alami yang Geblek Pari tawarkan ya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H