Mohon tunggu...
Andri Imam Fauzi
Andri Imam Fauzi Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Traveler

Explore the outdoor

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Terdampak Tsunami, Pulau Sebuku dan Sebesi Jangan Sampai Kehilangan "Jati Diri"

9 Januari 2019   10:30 Diperbarui: 15 Januari 2019   02:52 1101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuku dan Sebesi, dua nama ini beberapa waktu ke belakang, sempat jadi sorotan dari berbagai sisi. Dua nama yang sempat mencuri perhatian karena secara langsung jadi saksi dan "pemantau" bencana yang terjadi. Aktivitas gunung berapi yang disusul dengan tsunami. 

Sebuku dan Sebesi bisa dibilang jadi wilayah yang paling dekat sama titik lokasi bencana alam tersebut dimulai. Si Anak Krakatau yang jadi pusat bencana, jaraknya bisa dihitung dengan jari. Terus, ada apa dan bisa apa di dua pulau ini sebelum bencana itu terjadi?

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Sebelumnya, saya turut prihatin dan berbelasungkawa atas bencana alam yang menimpa wilayah sekitar perairan selat Sunda beberapa waktu lalu. Semoga bisa segera kembali pulih, move on, dan bencana tersebut jadi pelajaran bagi kita semua. Sebuku dan Sebesi, dua pulau ini juga ikut terkena dampak dari bencana tsunami. 

Saya sebenarnya ada dokumentasi pascabencana yang menimpa pulau Sebesi. Itu karena pulau yang berpenghuni lebih dari 2800 jiwa ini, sempat jadi lokasi saya bermalam saat mengunjungi si Anak Krakatau beberapa waktu lalu dengan kerabat saya, Dimas Ramadhan.

Saya dapat dokumentasi pascabencana dari warga Sebesi yang sekaligus jadi pemandu dalam trip ke Anak Krakatau tersebut. Saya gak akan berbagi cerita soal pascabencana, tapi saya akan berbagi cerita saat prabencana.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Sebuku dan Sebesi adalah dua pulau yang letaknya bersebelahan. Kalo mau dilihat, pulau Sebuku letaknya lebih dekat dengan daratan utama Sumatera, sedangkan pulau Sebesi lebih dekat dengan Anak Krakatau. Jadi, gak heran kalo pulau Sebesi jadi salah satu lokasi pemantau aktivitas gunung Anak Krakatau. 

Kedua pulau ini bisa diakses via dermaga terdekat, yaitu Canti. Pulau Sebesi adalah pulau berpasir putih dengan luas antara bibir pantai dengan daratan, sangat pendek. Bahkan di satu sisi pulau ini gak berpasir pantainya, tapi langsung bebatuan, terutama batu karang yang jadi pembatas antara lautan dengan daratan. Begitu pula dengan pulau Sebuku.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Kayak yang tadi udah saya sampein di atas kalo pulau Sebesi merupakan pulau berpenghuni, dengan satu dermaga yang jadi tempat berlabuh kapal-kapal, baik kapal warga atau pun kapal wisatawan yang berkunjung. 

Sebuah dermaga yang aktif di waktu-waktu tertentu. Selain untuk mengangkut warga, dermaga ini juga jadi lokasi bongkar muat barang, baik dari daratan utama, atau pun sebaliknya. Beberapa waktu saya di sana, yang saya lihat barang yang diangkut keluar pulau ini adalah hasil bumi, yaitu pisang. 

Pisang mentah yang nantinya bakal dijadiin oleh-oleh khas Lampung, yaitu keripik pisang. Sedangkan, barang-barang yang diturunkan di pulau ini adalah bahan kebutuhan pokok.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Pulau ini dikelilingi oleh perairan hijau kebiruan yang bergradasi. Perairan yang bersih dengan ombak yang tenang. Cocok rasanya buat bersantai-santai sambil main air di tepi pantai. 

Mau nikmatin tepi pantai sambil minum minuman segar, bisa kok. Karena ada penjual makanan ringan dan minuman di sekitar vila, yang gak lain penjualnya adalah warga pulau Sebesi. Gak perlu takut kepanasan juga kalo main di pantai pas siang hari, karena ada pepohonan. Bukan cuma satu atau dua pohon kelapa yang berdaun jarang, tapi pepohonan yang berdaun rindang tersebar di tepian pantainya.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Pulau ini makin cocok dan pas dijadiin tempat beristirahat buat para wisatawan, karena persis di tepi pantai, dekat dermaga Sebesi, ada beberapa vila yang bisa dipilih buat jadi lokasi bermalam. 

Vila yang bentuknya kurang lebih kayak rumah tipe 36 dan menghadap ke timur ini cocok buat tempat istirahat keluarga. Ditambah lagi dengan adanya gazebo tepi pantai, beberapa wahana air, bikin ngerasa makin pas kalo ini jadi lokasi berlibur keluarga. Pun, pas di sini, kalo tetap mau bertegur sapa sama warga sekitar, juga bisa kok, karena antara vila dengan pemukiman warga jaraknya dekat.  

Rumah-rumah warga di sana beragam, ada yang masih pake dinding kayu, tapi ada juga yang udah berlapis tembok dindingnya. Jalan di pulau ini rapi karena udah ditutupi batu konblok dan bisa dilalui motor atau satu mobil.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Pulau ini saya kira cukup luas, karena saat masuk ke perkampungan warga, saya kayak gak lagi dikelilingi lautan, suara ombak gak terdengar sampe ke sana. Pepohonan rimbun dan lahan-lahan kosong masih gampang ditemuin di sini. 

Yang bikin sadar kalo saya bukan di daratan utama, alias di sebuah pulau, karena pasir-pasir pantai yang udah gak seputih pasir di tepi pantai, masih ditemuin di kawasan perkampungan dan jadi pijakan saya. Di pulau ini ternyata ada gunungnya -- entah gunung atau cuma sekedar bukit -- yang bisa dilihat dari kawasan sekitar dermaga, atau saat lagi berlayar menjauhi pulau ini.

Sedangkan pulau yang satunya lagi, yaitu Sebuku, adalah pulau yang menurut saya lebih pas buat dijadiin tempat kegiatan laut, mau free dive, atau sekedar snorkling, bisa dilakuin di sekitaran pulau ini. Perairan pulau ini punya kedalaman yang beragam. Dari atas kapal, kita udah bisa lihat terumbu karang berbaris dan tersusun rapi. 

Ikan-ikan lautnya pun kayaknya udah akrab sama suara bising mesin kapal kayu, mereka gak takut dengan kehadiran kami. ikan-ikan karang yang sesekali muncul dan berenang di permukaan air, bikin saya makin yakin kalo sekitaran pulau ini sering dikunjungi oleh wisatawan. Ikan-ikan yang kayaknya udah paham, kalo kita ke sini sambil bawa cemilan buat mereka.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Saya ngerasa pulau ini kayak pulau di masa jurassic karena dari kejauhan yang bisa dilihat cuma pepohonan lebat yang menutupi pulau. Pepohonan hijau lebat kayak di hutan hujan tropis, terlihat kontras dengan langit biru cerah tanpa awan, dan dengan air laut yang hijau kebiruan. 

Makin kelihatan kayak lagi di pulau masa prasejarah, karena di tepian pulau ini kelihatan gak ada kehidupan. Saya gak lihat adanya hunian di satu sisi pulau yang saya datangi.

Beda dengan Sebesi yang dari kejauhan udah kelihatan siluet dermaga, dan makin dekat dengan Sebesi, kita bisa lihat adanya pemukiman di sana. Sebuku dari kejauhan bagai pulau yang belum terjamah.

Waktu terbaik ke pulau Sebuku menurut saya adalah dari pagi hari sampe menjelang siang, atau sampai sekitar jam 10. Sebelum jam itu, kita masih bisa nikmatin sekitar laut, dengan cuaca yang belum terlalu terik. Kita masih bisa nikmatin pemandangan kontras antara warna langit, pulau, dan lautan dalam satu tangkapan mata. 

Air yang laut yang masih tenang saat pagi hari juga jadi salah satu keuntungan, karena menjelang sore air laut bakal pasang. Ombak yang bersambung-sambungan menjelang saat pasang, bisa jadi halangan buat para wisatawan yang belum biasa bertegur sapa dengan lautan.

Meskipun di pulau ini kita bisa menyapa dan berinteraksi dengan penghuni lautannya, tapi jangan sekali-kali mengusik mereka. Jangan ganggu mereka dengan kejahilan yang kita siapkan.

Cukup lihat dari kejauhan, dan jangan sentuh mereka cuma karena rasa penasaran. Biarkan mereka tetap merasa tenang dengan kehadiran kita, jangan usik mereka dengan "keisengan" yang kita ciptakan. Demi keberlangsungan keindahan bawah laut di sana.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Sekarang, entah bagaimana keadaan kedua pulau ini persisnya setelah bencana melanda. Berubah tapi nanti bakal kembali, atau berubah dan benar-benar berubah. Kalo pun harus berubah, saya berharap jangan sampe dua pulau ini kehilangan "jati dirinya". Kedua saksi bisu kedahsyatan si Anak Gunung itu semoga bisa pulih secepatnya, dan bisa menyambut kami kembali dengan keindahannya.

Instagram: andrimam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun