Mohon tunggu...
Andri Imam Fauzi
Andri Imam Fauzi Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Traveler

Explore the outdoor

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Seminggu di Hongkong Tanpa Bikin "Kantong Bolong"

30 Desember 2018   10:00 Diperbarui: 30 Desember 2018   18:47 959
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa sih yang enggak mau liburan lama-lama? Kayaknya hampir semua orang mau hal itu. Tapi, karena banyak hal yang ada, kayak jatah libur atau cuti yang terbatas, sampe masalah budget yang takut berlebihan kalau liburan kelamaan, jadi "pengingat" bagi kita sendiri. Pengingat kalau kita musti menyudahi liburan kita, sedangkan hati kita masih pengen lanjut liburan. 

Ya, mau gimana? Itu udah jadi masalah klasik yang terus berlanjut sampe sekarang. Menurut saya, pengeluaran uang terbesar saat liburan itu ada di penginapan, makan, destinasi, dan transportasi. Beberapa waktu lalu saya coba dobrak pandangan itu. Saya coba batasin budget liburan, tapi saya masih bisa rasain negeri orang dengan waktu yang tidak sebentar. Pilihan saya jatuh ke Hongkong, dan durasi liburan saya seminggu.

Sumber : dokpri
Sumber : dokpri
Masalah keuangan jadi salah satu masalah terbesar pas mutusin liburan ke suatu tempat, baik itu liburan di dalam negeri atau ke luar negeri. Makanya, pas dari awal nentuin liburan ke Hongkong, saya sekaligus menantang diri saya buat batasin keuangan selama di sana. 

Budget liburan saya selama seminggu di Hongkong kurang lebih Rp 2.000.000. Janji saya bilang begini ke diri saya sendiri, "gue gak bakal ngabisin uang lebih dari itu". Itu cuma buat biaya hidup selama seminggu ya, karena tiket pesawat dan tiket ke Disneyland sudah disiapin sebelumnya dari Indonesia (kalau mau tahu liburan saya di Disneyland kayak apa, bisa lihat artikel yang saya bagikan sebelumnya).

Sumber : dokpri
Sumber : dokpri
Masa cukup sih uang segitu, buat durasi liburan seminggu dan negaranya itu Hongkong lho (?) Cukup kok, masih lebih malah, meskipun sisanya enggak banyak. Enggak percaya? Beneran kok. Kayaknya udah banyak orang yang tahu, kalau Hongkong jadi salah satu negara di wilayah administratif Republik Rakyat Tiongkok yang biaya hidupnya tinggi. 

Apalagi, kalau denger orang-orang yang liburan ke sana, banyak yang borong belanjaan branded yang harganya bisa bikin mata melotot. Enggak salah emang, karena menurut saya Hongkong termasuk negara maju. Semakin maju suatu negara, maka semakin tinggi juga biaya hidupnya (kalau patokannya adalah biaya hidup di kota besar di Indonesia).

Sumber : dokpri
Sumber : dokpri
Saya juga bisa bilang, kalau ini bukan liburan hemat, tapi liburan nekat. Dengan uang yang cuma segitu, ada banyak hal yang mesti dikalahin, dan dicari solusinya, supaya tetep bisa survive dan tetep bisa nikmatin liburan. Beberapa hal yang musti saya relain antara lain, saya harus rela tidur bukan di penginapan mewah yang tirainya bisa dibuka pake remote, misalnya. Terus, saya juga harus rela makan seadanya (yang kadang makanannya cuma satu rasa), dan gak lapar mata, yang penting kebutuhan kalori terpenuhi. 

Banyak restoran cepat saji kok, yang nawarin menu makanan murah. Kalau enggak mau, kita juga bisa beli makan di minimarket yang banyak tersebar di penjuru kota. Itu udah lebih dari cukup, karena saya harus sadar kondisi. Bisa aja saya ngelanggar janji saya itu, karena kalau kurang uang, saya bisa ambil langsung dari tabungan saya, karena mesin ATM gampang ditemuin di mana-mana.

Sumber : dokpri
Sumber : dokpri
Selama saya di sana, bisa dibilang hidup saya nomaden, enggaak ada tuh yang namanya seminggu, saya tidur di penginapan yang sama. Saya pindah dari satu lokasi ke lokasi lain. Untungnya, saya ngelakuin hal nekat ini gak sendirian, saya ngelakuin ini dengan kerabat saya. Mungkin yang di bayangan kalian, meskipun saya pindah-pindah penginapan, tapi tetep tidur di hotel kan? Salah! saya tidur di penginapan cuma di hari pertama. Itu pun, kalo menurut saya bukan penginapan, tapi gudang yang disulap jadi kamar.

Buat yang pernah ke Hongkong, kayaknya enggak asing sama daerah Chungking Mansion. Lokasi ini menurut saya jadi pilihan yang pas buat para nekaters yang mau tetep hemat uang buat penginapan, tapi lokasi penginapannya tetep strategis. Pas masuk daerah ini, kita bakal sering disamperin sama orang yang perawakannya kayak orang India dan Pakistan, yang nawarin kamar di sana. Mereka tahu banget, mana orang yang sekiranya butuh penginapan murah. 

Seolah, orang-orang kayak itu punya magnet sendiri buat mereka, jadi mereka secara otomatis nyamperin kita. Dengan nada sedikit agak maksa, mereka terus nawarin kita kamar. Kita harus pinter-pinter nawar dan cari kesepakatan, supaya dapet kamar dengan harga yang jauh lebih murah. Saya dan kerabat saya, dapet kamar yang kalau dirupiahin, kira-kira harganya sekitar Rp 180.000 untuk dua orang per malamnya. Oke, karena kondisi udah capek dengan barang bawaan yang banyak, kami putuskan ambil kamar itu.

dok.pribadi
dok.pribadi
Jangan bayangin kamarnya apik ya, karena kami cuma dapet kamar yang lebarnya satu setengah dari bentang tangan orang dewasa, dan panjangnya seukuran satu tempat tidur single, dengan kamar mandi yang seukuran satu orang berdiri, dan satu jendela kecil sebagai ventilasi. Sempit kan? Ya, tapi kami tetep bersyukur karena prinsip kami, yang penting masih tetep bisa tidur. Kami cuma bertahan semalam di sana, karena besoknya, kami coba hal yang lebih menantang.

dok.pribadi
dok.pribadi
Beberapa malam, kami putuskan untuk tidur di salah satu gerai makanan cepat saji yang buka 24 jam. Ya, enggak salah kok. Beberapa malam kami tidur di gerai Mc*, ditemani AC yang terus menyala dan semakin dingin sepanjang malam. Enggak ada alas tidur, karena kami cuma tidur di kursi makan, dan meja makan jadi tempat kami taro kepala. 

Kami cuma nutupin kepala pake baju hangat kami. Tenang, enggak diusir kok. Entah apa kebijakan yang gerai makanan cepat saji di sana terapin, sehingga bisa dijadiin lokasi tidur dadakan pas malam tiba. Kami enggak sendiri, karena ada beberapa orang lain yang ngelakuin hal yang sama, yang kami lihat mereka bukan wisatawan, tapi lebih ke homeless. Kami lakuin hal itu selama dua malam.

Udah di situ aja? Enggak dong, selanjutnya, kami tidur di salah satu taman terbesar dan terkenal yang ada di Hongkong. Kowloon Park. Hah? Tidur di taman? Yes, satu malam kami coba tidur di taman. Kami tidur di bangku taman yang berbaris di sepanjang jalan di taman itu. Apa aman? Aman kok, enggak terjadi apa-apa. Suara serangga malam yang jadi pengantar dan teman kami untuk tidur, dengan cahaya yang bersumber dari lampu taman yang jadi penerangan kami.

Terus mandi dan urusan kakusnya di mana? Kami manfaatin salah satu masjid besar di pusat kota, Kowloon Mosque. Selain buat ibadah, kami juga mandi di sana selama beberapa tidur di lokasi sekitaran Kowloon. Para pengurus masjid menerima kedatangan kami kok, jangan salah sangka ya. Mereka juga bertanya, kami dari mana, kenapa ke Hongkong, dan beberapa omongan lainnya. Intinya, saya tetep bersih dan selalu jaga kebersihan kok, meskipun gak pake penginapan. Ya, meskipun agak repot karena mesti bawa-bawa tas barang bawaan ke mana-mana.

dokpri
dokpri
Sisa beberapa hari, saya coba hal yang lebih manusiawi. saya manfaatin salah satu aplikasi yang buat para backpacker, mereka pasti udah ngerti. saya pake Couchsurfing. Buat yang belom tahu, gampangnya, aplikasi ini bisa bantu para backpacker dapet tumpangan tempat tidur dari warga setempat, dan GRATIS. Kita dianggap tamu oleh mereka. Mereka nyediain kamar buat kita, sering juga kita diberi makan, bahkan diajak jalan-jalan ke destinasi di daerah itu. Kalau mau tahu lebih soal aplikasi itu, bisa telusur dan survei sendiri.

dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
Ya, beberapa malam saya tinggal di sebuah apartemen bersama satu keluarga ekspatriat yang asalnya dari Kanada. Keluarga kecil yang terdiri dari ayah, ibu, dan dua anak perempuan. Mereka menjamu saya dengan ramahnya. Mereka memberi makan saya secara cuma-cuma pagi dan malam, mereka mengajak saya berkeliling sekitar kediaman mereka, di daerah Stanley Hongkong. Sebuah wilayah pesisir pantai yang sangat cantik, bersih, dan tertata rapih. Beruntungnya saya bisa tinggal gratis bersama mereka.

Sumber : dokpri
Sumber : dokpri
Masalah makan dan jajan udah teratasi dengan gak pilih-pilih makanan elit, cari yang murah, tapi tetep mencukupi kebutuhan gizi dalam sehari. Masalah penginapan, udah teratasi dengan cuma nginep semalam di penginapan yang berbayar, selebihnya sampai liburan kami selesai, kami tidur tanpa ngeluarin uang sepersen pun. Jadi, pengeluaran terbesar ada di transportasi dan destinasi. 

Dua hal itu enggak bisa diajak kompromi, karena dua hal itu gak bisa ditawar sana-sini, a.k.a. udah harga mati. Sebenernya, kita masih bisa pantau pengeluaran uang buat transportasi dan destinasi dari satu benda ini. Di Hongkong, hampir semua transaksi bisa dilakuin dengan tap kartu. 

Kartu Octopus, jadi jimat jitu pengganti uang cash. Kartu yang bentuk dan fungsinya sama kayak kartu Fl*zz dan lain-lain ini, jadi media bayar yang popular di Hongkong. Kita bisa deposit uang kita ke kartu ini, tapi nanti, kalauliburan kita udah selesai, kita bisa refund kartu itu, dan ambil semua uang kita yang masih tersisa.

Sumber : dokpri
Sumber : dokpri
Terbukti, kan, kalau kita bisa tepis pandangan klasik itu. Pandangan yang selalu jadi momok buat orang saat nentuin liburan. Sebenernya, itu semua balik lagi ke kita, kalau kita bisa tegas soal pengaturan uang kita selama liburan, kita tetep bisa hemat kok.  Terus, setelah liburan usai, kita enggak bakal dapet kata melarat. 

Seneng saat liburan itu harus, tapi hemat dan bijak dalam keuangan saat liburan, itu juga harus. Jangan sampai, seneng-seneng kita saat liburan, bakal bawa stress lagi setelah liburan usai karena dompet yang udah ngos-ngosan. Tujuan liburan itu buang stress, bukan nambah stress setelah tahu keuangan pas-pasan. Selamat liburan.

Instagram: andrimam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun