Termasuk di dalamnya bila tulisan itu berjenis diary atau pengalaman hidup. Meski menyangkut pengalaman hidup, tentu tulisan juga tidak diharapkan asal jadi. Maksudnya proses penulisan walau tidak perlu sesuai dengan kaidah berbahasa, tetaplah penulis ingin agar pengalamannya itu dibaca, dipahami, dan dirasakan orang lain. Dengan demikian, pengalaman penulis sungguh membatin dalam diri pembaca. Itulah esensi penulis memublikasikan tulisannya.
Andaikata tak dibaca dan tak dihargai pun, penulis tentu tak perlu merasa kecewa. Toh, ia secara tidak langsung telah belajar bagaimana membuat tulisan yang baik. Selain itu, ia juga belajar dalam mengelola emosi dan mentalnya bagaimana bila tulisannya tidak dibaca dan dihargai. Sekiranya, itu semakin memacu penulis untuk membuat tulisan yang semakin baik lagi ke depannya.
Pertanyaan: Seberapa sering aku sungguh membaca tulisan yang dibuat orang lain?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H