Saat masih SD, kita pernah mendapatkan pengajaran mengenai etika melalui mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Budi Pekerti, atau sejenisnya. Intinya pelajaran yang mengajarkan kita mengenai bersikap sebagaimanamestinya agar bersikap sopan santun, berbudi, dan luhur terhadap sesama.
Sering juga dalam ujian mata pelajaran itu, kita pun ditanya, "Apakah yang kamu akan lakukan bisa melakukan kesalahan terhadap teman sekelas?". Tentu jawaban yang benar adalah "minta maaf" atau jawaban sejenisnya yang mengarahkan pada "permintaan maaf".
Semua orang dapat mengatakan maaf.
Maaf terdiri dari empat huruf yang dirangkai sedemikian rupa dan menghasilkan makna yang dalam serta mengajarkan arti mengakui kesalahan, entah itu kesalahan secara sadar atau tidak sadar.
Kata maaf sangat harus diucapkan bila melakukan kesalahan.
Namun, timbul pertanyaan:
Apakah maaf yang terucap dari hati yang terdalam atau sekedar formalitas saja, agar terlihat dia telah melakukan sesuatu yang benar?
Jawaban ini hanya bisa dijawab oleh orang yang meminta maaf.
Terlepas dari ikhlas tidaknya maaf, ada sisi kerendahan hati dan sikap berjiwa besar yang ingin ditunjukkan.
Sebab meski terkesan mudah untuk mengatakan ada juga yang sangat susah mengatakan maaf meskipun ia sudah terang saja salah.
Karakter yang demikian haruslah dihilangkan sedini mungkin bila itu terdapat dalam diri anak-anak. Tetapi bila orang dewasa yang seperti itu, biarlah lingkungan dan alam yang mendidiknya.
Ada pula pertanyaan lain.
Siapa yang harus mengatakan maaf? Orang yang melakukan kesalahan?
Belum tentu. Minta maaf seyogyanya hanya untuk yang melakukan kesalahan.
Tetapi tidak ada salahnya bila mengatakan maaf dulu meski tidak melakukan kesalahan.
Contohnya saja saat bersenggolan secara tidak sengaja saat berpapasan di jalan. Meski dalam beberapa kasus, dapat diketahui siapa yang "salah". Namun, seringkali tidak diketahui siapa yang harus disalahkan sebab kedua orang tersebut melakukannya secara tidak sengaja dan tidak sadar. Sebab kalau sadar, tidak akan ada insiden demikian bukan?
Maka dalam hal ini, tidak ada salahnya bila kedua orang tersebut saling meminta maaf. Maaf karena saya telah menyenggolmu, bahkan hingga membuatmu terjatuh.
Kata maaf yang terucap membuat hubungan antar personal menjadi utuh kembali.
Meski tidak dapat utuh secara langsung, tetapi setidaknya membuka pintu dan jalan agar terjadinya keutuhan itu.
Masalah kecil jangan dibesar-besarkan. Masalah besar hendaknya dikecil-kecilkan.
Maka, susahkah minta maaf? Bersediakah kita meminta maaf?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H