Mohon tunggu...
Andri Asmara
Andri Asmara Mohon Tunggu... Musisi - Penulis

Musik adalah serpihan bebunyian surga yang jatuh ke dunia.

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

Visi Jokowi bagi Pekerja Kreatif

15 Juli 2019   16:16 Diperbarui: 15 Juli 2019   20:04 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden terpilih Joko Widodo menyampaikan pidato Visi Indonesia di Sentul, Bogor, Minggu (14/7/2019).(YOUTUBE KOMPAS TV)

"Tidak ada lagi pola pikir-pola pikir lama! Kita juga tidak ingin ada lagi pola-pola kerja yang linear! Tidak ada lagi kerja kerja yang hanya rutinitas! Tidak ada lagi kerja yang monoton begitu begitu saja! Tidak ada lagi kerja di zona yang nyaman! Penyakit kita ada disitu. Kita harus berubah!".

Jika tanggal 14 Juli kemarin Anda tidak mematikan televisi, pasti tahu pemilik pernyataan di atas. Tepat, pernyataan di atas milik Pak Jokowi sebagai presiden terpilih dalam pidato bertajuk Visi Indonesia. Sudah kita ketahui bersama bahwa Pemilu telah berakhir, cekcok tentang hasil suara sudah meredam. Dalam 5 tahun kedepan, Pak Jokowi sudah bersiap untuk memimpin dan menata negara ini. Bagaimana dengan kita?.

Izinkan saya menceritakan kondisi saya dahulu. Saya rakyat jelata yang berada di usia produktif untuk bekerja. Saya tidak bekerja di instansi. Kompetensi saya ada di bidang musik. Saya melakukan banyak pekerjaan seperti: menulis esai musik, membuat musik, ngamen di weddingan, menjual buku musik, menjual alat musik, menulis lirik, dll. Semua itu tidak memerlukan ijazah, meskipun saya punya. Hal seperti ini membuat orang tua saya sedikit khawatir.

Pekerjaan seperti ini tidak mempunyai rutinitas dan gaji pokok. Tidak terikat tempat dan jam bekerja. Kekhawatiran beliau juga menular kepada siapa saja yang menyayangi saya. Mereka kurang percaya kepada sistem yang saya bangun dalam mencari nafkah. Semua itu wajar, karena menjadi ASN atau kerja di instansi masih sexy dimata mereka. Namun agaknya stigma mereka sudah sedikit disentil oleh pidato Pak Jokowi kemarin.

Terus terang saya menaruh optimisme dari pernyataannya. Saya melihat beberapa titik terang, merasakan datangnya kesempatan, dan mencium adanya gaya baru dalam sistem perekonomian. Saya menduga Pak Jokowi akan menyeret Indonesia kedalam tuntutan zaman yang nyata dalam 5 tahun kedepan.

Dimana selama ini kita berkutat dalam birokrasi kinerja lama, terpautnya rutinitas, stigma pengakuan secara pangkat, yang mana sudah banyak menghasilkan ketimpangan sosial. Tersorot dalam kalimat "Kita harus berubah!", menandakan ia akan menggeser metode dan perspektif pandang kita dalam pekerjaan dari cara lama ke cara yang baru.

Beberapa kali dalam pidatonya ia juga mengatakan akan membubarkan lembaga yang tidak becus. Akan memangkas pekerjanya yang tidak bisa melayani dengan baik. Ia mengajak untuk tidak takut kepada arus global perekonomian dunia. Mengelola kompetensi kita untuk bisa bertahan hidup tanpa harus masuk kedalam sistem instansi. Beliau berjanji akan membangun infrastruktur untuk memudahkan semua arus ekonomi micro yang jarang terjamah oleh pasar global.

Kesempatan ini hendaknya benar-benar di pergunakan oleh kita, semua pekerja kreatif di bidang seni, terutama musik. Yang mana jauh dari kata rutinitas, gaji pokok, dan melaksanakan perintah atasan. Kita bekerja menurut daya pikir kreatif sendiri. Membuat karya cipta yang bermanfaat bagi orang lain dan karya yang sarat akan kebaikan kehidupan. Kita bekerja menurut cipta rasa dan karsa sendiri. Kalau ingat quotes dari Cholil Mahmud ialah "Pasar Bisa Diciptakan, dan Cipta Bisa Dipasarkan."

Bisa kita rasakan, sekarang tiada lagi batas antara musik Indie dan mayor Label. Semua bergabung menjadi konsumsi tunggal pendengar musik. Semua berlomba untuk mempunyai daya pikat yang tinggi. Baik dari segi estetika musiknya maupun dari strategi industrialnya. Musik sebagi seni maupun komoditas industri sudah banyak dilebur menjadi satu jalur, yaitu dengan adanya distribusi digital.

Musisi tidak harus lagi mengantri dipilih oleh music director sebuah label. Mereka mendistribusikan karyanya secara mandiri dan militan. Musisi tidak lagi merasa takut untuk beda. Justru kalau beda, ia akan diburu sejuta netizen untuk mengeksposnya. Dan, semua pendengar berhak memilih apa yang ingin didengarkan.

Melalui kesempatan ini, saya ingin sekali merasakan dimana menjadi musisi bukan lagi sebagai momok para orang tua. Justru mereka dengan bangga memprospek anaknya terjun ke dunia musik, apapun itu. Dimana akhirnya menjadi pegiat musik sudah menjadi pekerjaan yang menjanjikan layaknya dokter dan polisi. Sama rata, tak ada yang lebih mulia dan bergengsi. Tak ada lagi kata mapan dan belum mapan. Semua layak untuk dipilih sebagai pekerjaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun