Mohon tunggu...
Andri Asmara
Andri Asmara Mohon Tunggu... Musisi - Penulis

Musik adalah serpihan bebunyian surga yang jatuh ke dunia.

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Senja dan Lirik Klise Lainnya

16 April 2019   21:11 Diperbarui: 17 April 2019   16:43 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Romantisme macam kopi, senja, dan hujan mempunyai pangsa pasar yang bagus dalam segi industrial. Namun sebenarnya pemilihan tema tersebut sudah sangat klise. Menurut Pete Seeger, sebenarnya folk mempunyai cita-cita yang lebih dalam, yaitu "Dibandingkan hal-hal sepele dari lagu yang paling populer, kata-kata lagu ini (folk) memiliki semua isi kehidupan manusia." Sedangkan kehidupan manusia tidak hanya sebatas hanya ngopi, melihat senja, dan menikmati hujan. Namun tema itu (kopi,senja,hujan) sudah terlalu banyak dipakai, terlalu banyak di suarakan, terlalu banyak diada-adakan sebagai satu-satunya persepsi.

Kehidupan manusia sangatlah kompleks untuk direduksi masalahnya, namun juga sangatlah mudah untuk diceritakan. Ketidakadilan, perang, lingkungan, emansipasi dll, semua itu sangatlah berpotensi untuk dijadikan sumber ide. Namun sepertinya image musik folk bagi masyarakat pada umumnya telah membias. Folk hanya memuat tentang romantisme kopi, senja, hujan yang berkali-kali ditawarkan hingga seakan tiada yang menarik untuk diceritakan selain itu.

Namun, tidak semua musisi folk menawarkan kopi, senja, hujan di lagu-lagunya. Sebut saja Jason Ranti, Sisir Tanah, Tigapagi, Silampukau. Mereka menawarkan ide-ide liar layaknya "Bahaya Komunis" (Jason Ranti), "Bebal" milik Sisir Tanah tentang kerusakan lingkungan, Batu Tua (Tigapagi) tentang kontemplasi jati diri, lalu "Si Pelanggan" milik Silampukau tentang riwayat lokalisasi Dolly. Sumber ide mereka lebih beragam, segar, reflektif, dan tajam menangkap fenomena sosial yang jarang ditawarkan band folk mainstream.

Klisenya ide tentang penciptaan lagu folk yang bersumber dari romantisme kopi, senja, dan hujan mengakibatkan ketakutan saya akan tema musik folk yang seragam. Memang ke-eksklusifan sebuah musik tidak dibutuhkan, namun juga reminiscenza sebuah musik sebaik mungkin dihindari.  "Cukup melayu yang mengalami, folk jangan."

NB : Reminiscenza = transvisi yang menjiwai kecenderungan-kecenderungan kreatif seseorang yang hadir dikemudian hari setelah lebih dulu hadir seseorang yang lainnya dimasa sebelumnya (Yapi Tambayong)

-ANDRI ASMARA- 

            

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun