Mohon tunggu...
Andri Arifin
Andri Arifin Mohon Tunggu... Hoteliers - General Affair of Mira Hotel Banjarmasin

Saya paling anti yang namanya framing di segala bidang. Maka tugas saya untuk memperbaiki perspektif yang salah akibat framing pihak-pihak tertentu.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Mampukah Pelarangan Tiktok Shop Membangkitkan Pasar Tanah Abang?

30 September 2023   15:15 Diperbarui: 30 September 2023   15:27 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/menteri-perdagangan-mendag-zulkifli-hasan-melakukan-kunjungan.jpg

Dengan semangat menggebu Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menyatakan bahwa social-commerce Tiktok resmi dilarang. Beliau mengatakan bahwa cara ini akan membuat pedagang offline di Pasar Tanah Abang dan Pasar Asemka akan kembali bangkit.

Zulkifli Hasan bahkan terpantau memborong banyak barang di Pasar Tanah Abang beberapa hari setelah aturan tersebut dikeluarkan.

Pria yang akrab disapa Zulhas ini mengatakan, kunjungannya sekaligus untuk mendengar keluh-kesah pedagang di pasar terbesar di Indonesia tersebut.

Kondisinya menjadi seru saat ada pengunjung yang protes Tiktok Shop ditutup. Pasalnya dia berbelanja barang di Pasar Tanah Abang untuk dijual di platform social-commerce tersebut.

Namun Mendag Zulhas berkeras bahwa pelarangan Tiktok merangkap sebagai e-commerce bertujuan untuk membantu penjual di Pasar Tanah Abang yang dagangannya sepi. Dengan dilarangnya Tiktok Shop, beliau berharap orang akan kembali langsung.

Tetapi apakah solusi ini sudah tepat sasaran?

Pedagang pasar sendiri sebenarnya masih terbelah mengenai hal ini. Ada yang setuju karena menurut mereka hanya Tiktok Shop yang berbuat curang. Namun banyak pula yang mengatakan musuh sebenarnya justru bukan Tiktok Shop.

Saya termasuk orang yang tidak setuju pelarangan Tiktok Shop ini. Karena ada ratusan, bahkan mungkin ribuan pedagang lokal yang bergantung hidup di sana. Banyak contoh pedagang biasa yang paham caranya, dan berhasil berjualan di sana.

Pelarangan Tiktok Shop hanya memindahkan oknum pelaku predatory pricing ke platform lain. Mereka paham cara mainnya sehingga seharusnya bisa dengan mudah berpindah platform.

Membatasi penjualan langsung lintas negara juga bukan solusi tepat. Seperti yang saya katakan di artikel sebelumnya, banyak pemain yang meminjam identitas warga lokal untuk membuka toko di e-commerce. Tetapi sebenarnya produk yang dijual tetap saja statusnya dikirim langsung dari luar negeri.

Lagipula kalaupun produknya masuk resmi, harganya tetap di bawah harga modal produksi dalam negeri. Arief Muhammad, influencer dan pebisnis, mengatakan bahwa celana jeans asal China harganya hanya 4ribu rupiah setelah masuk Indonesia.

Pemerintah China saat ini bertindak layaknya startup yang sedang dalam tahap ekspansi pasar. Mereka memberikan subsidi harga pada produk ekspornya. Sudah tingkat efisiensi produksinya sangat tinggi dibanding Indonesia, diberi subsidi pula.

Tujuan mereka jelas untuk menciptakan ketergantungan pada hasil produksi negara tirai bambu tersebut. Cara ini berhasil membuat produk China merajalela di banyak negara di dunia.

Kalau Pemerintah Indonesia mau menyelesaikan masalah intinya, pelarangan Tiktok Shop bukan opsi yang tepat. Itu hanya solusi sementara untuk meredam jeritan pedagang offline. Terlebih ini tahun politik di mana semua politikus menjadi pendengar yang baik demi meraih banyak suara.

Tetapi ke depan harus dipikirkan solusi untuk membuat pemain lokal bisa kembali menjadi tuan rumah di negeri ini. Jika kondisinya terus berlanjut, akan semakin banyak industri tekstil kita menyusul Sritex.

Pemerintah harus membantu pelaku usaha untuk menganalisa kekuatan yang memungkinkan pemain lokal menang. Tentunya tidak melulu soal kualitas, karena Joger Bali sempat sepi justru karena kualitasnya terlalu tinggi.

Di sisi lain, pemain offline juga harus belajar menerima kemajuan jaman. Kita tidak bisa terus bertahan dengan cara beusaha yang lama. Cepat atau lambat semua akan beralih ke ranah online.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun