Mohon tunggu...
Andrian Ramadan
Andrian Ramadan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Mercu Buana

43223010055 S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Prof. Dr. Apollo M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kemampuan Memimpin Diri dan Upaya Pencegahan Korupsi dan Etik : Keteladanan Mahatma Gandhi

18 Desember 2024   21:05 Diperbarui: 18 Desember 2024   21:05 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mahatma Gandhi, yang lahir dengan nama Mohandas Karamchand Gandhi pada 2 Oktober 1869 di Porbandar, Gujarat, India, adalah seorang pemimpin besar yang dikenal sebagai pelopor perjuangan kemerdekaan India dari penjajahan Inggris melalui metode non-kekerasan atau ahimsa. Gandhi lahir dalam keluarga kelas menengah dan sejak kecil dia dipengaruhi oleh ajaran agama Hindu, terutama nilai-nilai moral yang menekankan kesederhanaan, penghormatan terhadap semua makhluk hidup, dan pentingnya kebenaran.

Pada usia muda, Gandhi melanjutkan pendidikan ke Inggris untuk mempelajari hukum, dan setelah kembali ke India, ia mulai bekerja sebagai pengacara. Namun, perjalanan hidupnya mulai berubah setelah ia mendapat pengalaman yang sangat mempengaruhi pandangannya terhadap rasialisme dan ketidakadilan. Pada 1893, Gandhi pergi ke Afrika Selatan untuk bekerja sebagai pengacara, di mana ia menyaksikan diskriminasi rasial terhadap orang India dan kulit hitam. Pengalaman ini membentuk tekadnya untuk memperjuangkan hak-hak minoritas dengan cara damai, tanpa menggunakan kekerasan.

Gandhi kemudian kembali ke India pada 1915, dan dengan cepat menjadi pemimpin dalam gerakan nasionalis India. Ia mulai mengorganisasi protes damai melawan kebijakan kolonial Inggris, salah satunya adalah kampanye Non-Cooperation Movement (Gerakan Tidak Bekerja Sama) pada tahun 1920, yang menyerukan rakyat India untuk menolak bekerja sama dengan pemerintah kolonial Inggris. Selain itu, Gandhi juga mengadvokasi perlawanan terhadap pajak garam yang diberlakukan oleh Inggris melalui Salt March (Pawai Garam) pada 1930, yang menjadi simbol perlawanan damai yang sangat terkenal.

Salah satu gagasan utama yang dibawa Gandhi adalah konsep Satyagraha, yang berarti perjuangan atau pencarian kebenaran melalui keteguhan dan non-kekerasan. Ia meyakini bahwa perjuangan untuk kebebasan dan keadilan harus dilakukan dengan cara yang menghormati nilai-nilai kemanusiaan dan tanpa merusak moralitas perjuangan tersebut.

Modul Prof. Apollo
Modul Prof. Apollo
Mahatma Gandhi tidak hanya berjuang untuk kemerdekaan India, tetapi juga untuk menghapuskan sistem kasta yang diskriminatif dan memperjuangkan hak-hak kaum miskin, terutama kelompok yang disebut "untouchables" atau yang tidak bisa disentuh. Ia mendukung perdamaian dan persatuan di antara berbagai kelompok agama di India, khususnya antara Hindu dan Muslim.

Perjuangan Gandhi mencapai puncaknya pada 15 Agustus 1947, ketika India akhirnya meraih kemerdekaannya dari Inggris. Namun, meskipun India merdeka, Gandhi tetap berusaha untuk menciptakan persatuan di antara rakyatnya, yang saat itu terpecah oleh perbedaan agama dan etnis. Namun, pada 30 Januari 1948, Gandhi ditembak mati oleh Nathuram Godse, seorang ekstremis Hindu yang tidak setuju dengan pendekatan Gandhi yang mendukung perdamaian antara Hindu dan Muslim.

Meskipun meninggal pada usia 78 tahun, warisan Mahatma Gandhi terus hidup hingga kini. Ajaran-ajarannya tentang perdamaian, keadilan, dan non-kekerasan menginspirasi banyak gerakan pembebasan di seluruh dunia, dan ia dikenang sebagai salah satu pemimpin terbesar dalam sejarah dunia.

Modul Prof. Apollo
Modul Prof. Apollo
Internalisasi gaya hidup Mahatma Gandhi merujuk pada bagaimana nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang diperjuangkan oleh Gandhi, terutama dalam hal kesederhanaan, non-kekerasan, dan pencarian kebenaran, dapat diintegrasikan ke dalam kehidupan pribadi dan masyarakat secara luas. Gaya hidup Gandhi berfokus pada pengembangan moral dan spiritual yang tidak hanya mengutamakan kebebasan fisik tetapi juga kebebasan jiwa. Beberapa aspek utama dalam internalisasi gaya hidup Gandhi antara lain:
  1. Non-Kekerasan (Ahimsa)
    Salah satu nilai paling fundamental yang diperjuangkan Gandhi adalah ahimsa, yang berarti non-kekerasan dalam tindakan, perkataan, dan pikiran. Bagi Gandhi, kekerasan hanya akan menghasilkan lebih banyak penderitaan dan merusak kemanusiaan. Dalam kehidupan sehari-hari, ini berarti menghindari konflik dan kekerasan dalam bentuk apapun---baik dalam hubungan pribadi maupun dalam masyarakat. Menginternalisasikan ahimsa berarti berusaha untuk hidup dengan belas kasih, memaafkan, dan menghormati orang lain, tanpa terlibat dalam perkelahian atau permusuhan.
  2. Kesederhanaan dan Kehidupan yang Terhormat
    Gandhi percaya pada kesederhanaan dalam gaya hidupnya. Ia mempraktikkan kehidupan yang sangat sederhana, menghindari kemewahan, dan lebih memilih hidup dengan apa yang dibutuhkan daripada apa yang diinginkan. Ia menggantungkan hidupnya pada prinsip hidup mandiri, termasuk dengan memproduksi pakaiannya sendiri---terkenal dengan jubah dari kain khadi (kain buatan tangan). Internalisasi prinsip ini dalam kehidupan modern bisa berarti mengurangi konsumsi berlebihan, hidup lebih sederhana, dan menghargai apa yang kita miliki tanpa tergoda oleh materialisme.
  3. Satyagraha (Perlawanan tanpa Kekerasan)
    Gandhi mengembangkan filosofi Satyagraha, yang berarti "perlawanan terhadap ketidakadilan" melalui keteguhan pada kebenaran dan non-kekerasan. Ia menekankan pentingnya memperjuangkan kebenaran dengan cara yang damai dan tanpa kekerasan, meskipun menghadapi penindasan. Untuk menginternalisasi Satyagraha, seseorang perlu berani menghadapi ketidakadilan dengan cara yang penuh penghormatan dan kebenaran, serta tidak menggunakan kekerasan, baik fisik maupun emosional, dalam perlawanan terhadap ketidakadilan.
  4. Penghormatan terhadap Semua Makhluk Hidup
    Gandhi menekankan pentingnya menghormati semua makhluk hidup, termasuk tumbuhan dan hewan, karena semuanya dianggap memiliki nilai dan hak untuk hidup. Ini tercermin dalam prinsip vegetarianisme yang dijalani Gandhi sebagai cara untuk menghormati kehidupan makhluk lain. Menginternalisasi nilai ini berarti memperlakukan semua makhluk hidup dengan penuh kasih sayang dan penghormatan, mengurangi eksploitasi terhadap alam dan hewan, serta berusaha untuk hidup lebih ramah lingkungan.
  5. Spiritualitas dan Kebenaran
    Bagi Gandhi, hidup berdasarkan kebenaran (Satya) adalah inti dari setiap tindakannya. Ia percaya bahwa hidup yang sesuai dengan kebenaran akan membawa kedamaian sejati. Oleh karena itu, ia mendorong pengikutnya untuk selalu bertindak sesuai dengan hati nurani, berbicara dengan jujur, dan mencari kebenaran dalam setiap aspek kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari, internalisasi ini berarti berusaha untuk selalu berbicara dan bertindak dengan integritas, serta mencari dan menegakkan kebenaran dalam setiap keputusan dan tindakan.
  6. Keadilan Sosial dan Kesetaraan
    Gandhi sangat berjuang untuk menghapus sistem kasta dan diskriminasi dalam masyarakat India, serta untuk meningkatkan kehidupan kaum miskin dan tertindas. Prinsip kesetaraan ini tidak hanya berlaku di India, tetapi juga dapat diterapkan secara global dalam memperjuangkan hak-hak asasi manusia, kesetaraan gender, dan keadilan sosial. Menginternalisasi prinsip ini berarti aktif dalam perjuangan untuk keadilan sosial, memberdayakan yang lemah, dan menanggalkan sikap diskriminatif terhadap siapapun berdasarkan ras, agama, gender, atau status sosial.
  7. Kemandirian dan Ketahanan Pribadi
    Gandhi mendorong pentingnya kemandirian, baik dalam aspek ekonomi, sosial, maupun spiritual. Ia memandang kemandirian sebagai langkah penting dalam mencapai kebebasan sejati. Ia juga menekankan ketahanan pribadi sebagai bentuk pengendalian diri dalam menghadapi kesulitan hidup. Internalisasi kemandirian ini bisa berarti berusaha untuk lebih mandiri dalam banyak aspek kehidupan, mengurangi ketergantungan pada orang lain, serta membangun ketahanan mental dan emosional untuk menghadapi tantangan hidup.

Modul Prof. Apollo
Modul Prof. Apollo
Modul Prof. Apollo
Modul Prof. Apollo
Secara keseluruhan, internalisasi gaya hidup Mahatma Gandhi tidak hanya melibatkan perubahan dalam perilaku individu, tetapi juga dalam cara berpikir dan nilai-nilai yang dipegang. Ini adalah usaha untuk hidup dengan lebih sadar, lebih penuh kasih, dan lebih menghargai kebenaran serta keadilan dalam setiap aspek kehidupan. Gandhi menunjukkan bahwa untuk meraih perubahan besar dalam masyarakat, perubahan dimulai dari dalam diri setiap individu.

Modul Prof. Apollo
Modul Prof. Apollo
Untuk mengubah diri menjadi agen perubahan dalam pencegahan korupsi dan pelanggaran etik dengan mengikuti teladan Mahatma Gandhi, kita dapat merujuk pada prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang ia pegang teguh dalam perjuangannya. Gandhi tidak hanya berjuang untuk kebebasan India, tetapi juga menekankan pentingnya moralitas, integritas, dan etika dalam setiap aspek kehidupan. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk menjadikan diri sebagai agen perubahan dalam pencegahan korupsi dan pelanggaran etik, dengan mengadaptasi keteladanan Gandhi:
  1. Menegakkan Kebenaran dan Integritas
    Salah satu prinsip paling mendasar yang diajarkan oleh Gandhi adalah Satya (kebenaran). Gandhi meyakini bahwa setiap individu harus hidup dengan kebenaran dalam setiap tindakannya. Sebagai agen perubahan, kita harus berkomitmen untuk selalu berbicara jujur, bertindak transparan, dan menghindari praktik korupsi atau penyimpangan etik dalam kehidupan pribadi dan profesional. Menjadi contoh yang baik melalui perilaku yang konsisten dengan nilai-nilai integritas adalah langkah pertama untuk mencegah korupsi.
  2. Menghormati Nilai-nilai Non-Kekerasan (Ahimsa)
    Prinsip ahimsa atau non-kekerasan yang diajarkan Gandhi mengajarkan kita untuk menghindari kekerasan, baik fisik maupun verbal, dalam menghadapi masalah. Dalam konteks pencegahan korupsi, ahimsa bisa diterjemahkan sebagai menghindari tindakan yang merugikan orang lain, termasuk penyuapan, penyalahgunaan kekuasaan, atau pelanggaran etik lainnya. Kita harus memperlakukan semua orang dengan rasa hormat, menghargai perbedaan, dan menghindari perilaku yang merugikan masyarakat atau lingkungan kerja.
  3. Penerapan Kesederhanaan dan Kemandirian
    Gandhi menjalani kehidupan yang sederhana dan mandiri. Hal ini mengajarkan pentingnya menghindari kemewahan yang berlebihan, yang sering kali memunculkan godaan untuk terlibat dalam praktik-praktik korupsi. Sebagai agen perubahan, kita bisa mulai dengan hidup sederhana, menghindari penyelewengan, serta membangun sikap mandiri yang mengutamakan transparansi dan tanggung jawab atas tindakan kita. Ketika kita tidak bergantung pada fasilitas atau keuntungan yang diperoleh dengan cara yang tidak sah, kita akan lebih mudah menghindari pelanggaran etik.
  4. Pencegahan melalui Pendidikan dan Penyuluhan
    Gandhi percaya bahwa perubahan dimulai dengan pendidikan dan pembinaan. Sebagai agen perubahan, kita dapat mengadopsi pendekatan ini dengan mengedukasi orang lain tentang bahaya korupsi dan pentingnya etika dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan tidak hanya sebatas teori, tetapi juga pengembangan karakter. Memberikan contoh nyata dalam kehidupan pribadi dan karir kita tentang bagaimana melawan godaan korupsi dan selalu memilih jalan yang benar akan mendorong perubahan dalam masyarakat.
  5. Kepemimpinan yang Menjadi Teladan
    Gandhi bukan hanya berbicara tentang perubahan, tetapi ia menjadi teladan langsung dengan memimpin dengan contoh. Dalam karir dan perjalanan hidup kita, menjadi pemimpin yang baik berarti menunjukkan prinsip-prinsip etika yang kuat, baik dalam keputusan profesional maupun pribadi. Dengan mengambil tanggung jawab penuh atas tindakan kita, dan selalu mengedepankan kepentingan orang banyak dibandingkan diri sendiri, kita akan mampu mencegah korupsi dan pelanggaran etik di lingkungan kerja atau komunitas.
  6. Menghadapi Ketidakadilan dengan Keteguhan dan Non-Kekerasan
    Salah satu ajaran Gandhi yang paling terkenal adalah Satyagraha, yang berarti perjuangan untuk kebenaran dan keadilan dengan cara non-kekerasan. Dalam menghadapi ketidakadilan atau pelanggaran etik, kita perlu memiliki keteguhan untuk menegakkan prinsip dan berjuang melawan ketidakadilan tanpa menggunakan cara-cara kekerasan atau manipulasi. Ini berarti melawan korupsi dengan cara-cara yang damai, melalui protes yang sah, dialog, dan solusi yang konstruktif, serta tidak terlibat dalam perilaku yang merusak etika untuk mencapai tujuan.
  7. Membangun Budaya Etika dan Integritas di Sekitar Kita
    Gandhi selalu berupaya menciptakan masyarakat yang berbasis pada nilai-nilai moral dan etika. Sebagai agen perubahan, kita bisa memperkenalkan dan membangun budaya yang mendukung integritas di sekitar kita, baik di tempat kerja, organisasi, maupun komunitas. Ini dapat dilakukan dengan cara mendukung kebijakan anti-korupsi, membangun sistem pelaporan yang transparan, serta menciptakan ruang yang aman bagi mereka yang ingin melaporkan pelanggaran tanpa takut akan pembalasan.
  8. Menghargai dan Memberdayakan Semua Orang
    Gandhi sangat mengutamakan kesetaraan dan keadilan sosial, terutama dalam hal memberantas diskriminasi dan ketidakadilan. Dalam perjalanan hidup kita, kita dapat mempraktikkan prinsip ini dengan memberi kesempatan yang sama bagi setiap individu, menghindari praktek nepotisme atau favoritisme, dan memberdayakan orang lain untuk berkembang dalam lingkungan yang etis dan bebas dari korupsi.

Modul Prof. Apollo
Modul Prof. Apollo
Modul Prof. Apollo
Modul Prof. Apollo
Modul Prof. Apollo
Modul Prof. Apollo
Dengan meneladani prinsip-prinsip yang diajarkan oleh Mahatma Gandhi---terutama dalam hal kebenaran, non-kekerasan, kesederhanaan, dan integritas---kita dapat menjadi agen perubahan yang efektif dalam pencegahan korupsi dan pelanggaran etik, tidak hanya dalam kehidupan pribadi tetapi juga di dunia kerja dan masyarakat luas. Perjalanan ini dimulai dengan perubahan dalam diri kita sendiri, yang kemudian akan mempengaruhi orang-orang di sekitar kita.

Modul Prof. Apollo
Modul Prof. Apollo
Kesimpulan dari penerapan prinsip-prinsip Mahatma Gandhi dalam pencegahan korupsi dan pelanggaran etik adalah bahwa perubahan dimulai dari diri sendiri dengan menginternalisasi nilai-nilai moral yang mendalam. Gandhi mengajarkan pentingnya hidup berdasarkan kebenaran (Satya), non-kekerasan (Ahimsa), kesederhanaan, dan integritas. Dengan meneladani prinsip-prinsip ini, kita dapat menjadi agen perubahan yang tidak hanya menghindari tindakan korupsi, tetapi juga menegakkan etika dan keadilan dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai agen perubahan, kita harus memperjuangkan kejujuran dan transparansi dalam setiap tindakan, mengedukasi orang lain tentang pentingnya nilai-nilai ini, serta menciptakan budaya yang mendukung integritas dan pencegahan korupsi. Menghadapi ketidakadilan dengan cara damai, berpegang teguh pada prinsip moral, dan menjadi teladan dalam kehidupan pribadi dan profesional adalah langkah-langkah penting untuk mencapai masyarakat yang lebih adil dan bebas dari pelanggaran etik.

Dengan mengikuti teladan Gandhi, kita dapat membangun lingkungan yang menghargai kebenaran, menghormati hak asasi manusia, serta mencegah praktik korupsi yang merusak tatanan sosial dan ekonomi. Pada akhirnya, penerapan ajaran Gandhi tidak hanya relevan dalam perjuangan kemerdekaan India, tetapi juga sebagai pedoman hidup untuk menciptakan perubahan sosial yang positif dan berkelanjutan di dunia modern.

Daftar Pustaka

Gandhi, M. K. (1957). The Story of My Experiments with Truth. Navajivan Publishing House.

Sharma, S. (2019). Gandhi and Non-Violence: The Ethics of Satyagraha. Routledge.

Gandhi, M. K. (1939). Hind Swaraj (Indian Home Rule). Navjivan Publishing House.

Parekh, B. (1997). Gandhi's Political Philosophy: A Critical Examination. Palgrave Macmillan.

Chetan, M. (2009). The Ethical Foundations of Nonviolent Resistance. Cambridge University Press.

Bhatia, G. (2008). Corruption in India: A New Perspective. Springer.

Blanton, D. L. (2009). Mahatma Gandhi: Nonviolent Power in Action. Columbia University Press.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun