Mohon tunggu...
Andrian Ramadan
Andrian Ramadan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Mercu Buana

43223010055 S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Prof. Dr. Apollo M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kebatinan Mangkunegara IV Pada Upaya Pencegahan korupsi dan Transformasi Diri Sendiri

28 November 2024   14:52 Diperbarui: 28 November 2024   14:53 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

5. Hang uribi (Menyala, Motivasi)

  • Makna: Hang uribi mengajarkan tentang kemampuan seorang pemimpin untuk menyala dalam arti memotivasi dan menginspirasi rakyat. Pemimpin yang baik dapat memberi semangat kepada rakyatnya untuk mencapai tujuan bersama, memberi mereka visi, dan membangkitkan energi positif dalam bekerja.
  • Relevansi dalam Kepemimpinan: Pemimpin yang mampu menginspirasi dan memberi motivasi akan mendorong produktivitas dan semangat kerja masyarakat. Pemimpin yang mampu menyemangati rakyatnya akan menciptakan sebuah komunitas yang bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama.

6. Ha memayu (Harmoni, Keindahan, Kerukunan)

  • Makna: Ha memayu mengajarkan pemimpin untuk menciptakan harmoni dan kerukunan dalam masyarakat. Pemimpin yang baik harus bisa menciptakan lingkungan yang damai, penuh kasih sayang, dan saling menghargai antar sesama anggota masyarakat.
  • Relevansi dalam Kepemimpinan: Pemimpin yang mampu menciptakan keharmonisan akan mengurangi konflik sosial dan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk berkembang. Harmoni dalam masyarakat memungkinkan terciptanya kolaborasi yang produktif antara berbagai kelompok dalam masyarakat.

7. Ha mengkoni (Membuat Persatuan)

  • Makna: Ha mengkoni mengajarkan bahwa pemimpin harus mampu membuat persatuan di antara rakyatnya. Pemimpin yang baik tidak hanya memimpin sebuah kelompok atau golongan, tetapi juga mampu menyatukan berbagai elemen masyarakat yang berbeda untuk tujuan bersama.
  • Relevansi dalam Kepemimpinan: Pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang mampu menjaga persatuan dan kesatuan di tengah keberagaman. Menguatkan rasa kebersamaan di antara rakyat sangat penting dalam menciptakan stabilitas sosial dan politik yang berkelanjutan.

8. Ha nata (Bisa Mengatur/Menata)

  • Makna: Ha nata mengajarkan kemampuan untuk mengatur atau menata segala aspek kehidupan dengan bijaksana. Pemimpin yang baik harus memiliki kemampuan organisasi yang baik untuk mengelola sumber daya, menjalankan pemerintahan, dan membuat keputusan yang tepat.
  • Relevansi dalam Kepemimpinan: Pemimpin yang mampu mengatur dengan baik akan memastikan bahwa setiap aspek dalam pemerintahan dan kehidupan masyarakat berjalan dengan efisien. Keahlian dalam menata berbagai hal, dari kebijakan hingga sumber daya manusia, sangat penting untuk mencapai tujuan pembangunan.

PowerPoint Dokpri
PowerPoint Dokpri
Kepemimpinan dalam Serat Wedhotomo Mangkunegaran IV menggambarkan prinsip-prinsip yang mendalam dan berbasis pada nilai moral, etika, serta kewaspadaan terhadap hubungan antara individu dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam. Ajaran ini menekankan pada pentingnya kesadaran diri, perilaku yang bijaksana, dan tanggung jawab sosial bagi seorang pemimpin. Berikut adalah penjelasan tentang prinsip-prinsip kepemimpinan yang ada dalam Serat Wedhotomo Mangkunegaran IV:

1. Eling lan Waspada (Eling Tuhan, Waspada dengan Sesama, dan Alam)

  • Makna: Prinsip ini menekankan pentingnya kesadaran diri atau eling terhadap Tuhan (vertikal) serta terhadap sesama dan alam (horizontal). Seorang pemimpin harus selalu mengingat Tuhan dalam segala tindakan dan keputusan yang diambil, serta memperhatikan hubungan sosial dengan masyarakat dan menjaga kelestarian alam.
  • Relevansi dalam Kepemimpinan: Seorang pemimpin harus memiliki kesadaran spiritual yang tinggi, menjaga hubungan yang harmonis dengan masyarakat, serta bertanggung jawab terhadap lingkungan. Kesadaran ini membuat pemimpin lebih bijaksana dalam mengambil keputusan yang berdampak luas.

2. Atetambo Yen Wus Bucik (Jangan Sampai Berobat Setelah Luka)

  • Makna: Prinsip ini mengajarkan pentingnya pencegahan daripada perbaikan setelah masalah terjadi. Seorang pemimpin harus bijak dalam merencanakan dan mengambil tindakan preventif agar masalah tidak berkembang menjadi lebih besar.
  • Relevansi dalam Kepemimpinan: Pemimpin yang baik harus dapat melihat potensi masalah sejak dini dan melakukan langkah-langkah pencegahan sebelum keadaan menjadi parah. Ini adalah prinsip kepemimpinan yang proaktif, yang mengutamakan perencanaan dan mitigasi risiko.

3. Awya Mematuh Nalutuh (Menghindari Sifat Angkara, Perbuatan Nista)

  • Makna: Pemimpin harus menghindari sifat angkara (keburukan) dan perbuatan nista (perbuatan tercela atau tidak etis). Prinsip ini mengajarkan untuk menjaga integritas dan moralitas dalam setiap tindakan.
  • Relevansi dalam Kepemimpinan: Pemimpin yang baik harus menjaga sifat dan perilakunya agar tetap etis dan sesuai dengan norma yang berlaku. Menghindari perbuatan tercela adalah langkah penting untuk menjaga citra diri sebagai pemimpin yang dihormati.

4. Kareme Anguwus-Uwus Owose Tan Ana, Mung Janjine Muring-Muring (Marah-marah Tanpa Alasan)

  • Makna: Menghindari emosi yang tidak terkendali dan berbicara atau bertindak tanpa alasan yang jelas. Pemimpin harus bisa mengelola emosi dan menghindari tindakan yang merugikan orang lain hanya karena kemarahan pribadi.
  • Relevansi dalam Kepemimpinan: Pemimpin yang baik harus mengendalikan emosinya dan bertindak secara rasional. Tindakan atau perkataan yang didasarkan pada kemarahan yang tidak terkendali bisa merusak hubungan dan menciptakan konflik yang tidak perlu.

5. Gonyak-Ganyuk Ngelingsemi (Adap Kurang Sopan Santun, Memalukan)

  • Makna: Kurangnya sopan santun dalam bergaul, berbicara, atau bertindak, yang bisa memalukan diri sendiri atau orang lain. Pemimpin harus memperhatikan etika dan cara berinteraksi dengan orang lain dengan penuh rasa hormat.
  • Relevansi dalam Kepemimpinan: Seorang pemimpin harus menjaga tata krama, berbicara dengan sopan, dan bertindak dengan penuh penghormatan kepada orang lain. Ketidaksopanan atau perilaku yang memalukan dapat merusak reputasi pemimpin di mata masyarakat.

6. Nggugu Karepe Priyangga (Jangan Bertindak Sendiri, Tidak Bisa Diatur)

  • Makna: Seorang pemimpin tidak boleh bertindak semaunya tanpa mempertimbangkan masukan dari pihak lain. Pemimpin yang baik harus bisa diajak berdiskusi dan diatur, serta memperhatikan pendapat dan kebutuhan rakyat atau bawahannya.
  • Relevansi dalam Kepemimpinan: Pemimpin yang baik harus bisa bekerja sama, mendengarkan masukan, dan tidak merasa bisa bertindak sendiri tanpa memperhatikan kelompok yang dipimpinnya. Kepemimpinan yang terbuka untuk dialog akan lebih efektif dalam menciptakan keputusan yang adil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun