Banyak orang heran, termasuk wakil rakyat yang mempertanyakan, "apa sesungguhnya target dari pak Wal hingga harus terburu buru dan terlihat memaksakan diri untuk menutup lokalisasi segala kelas itu?".
Padahal kalau mau jujur, terpampang secara telanjang proyek ini merupakan proyek prematur yang berasa instant, dibuat tanpa perencanaan matang, tambahan seolah memotong proses dan memotong kompas. Contoh sederhananya, setelah SK diteken, uang kompensasi tidak jelas raganya, akhirnya dari pengakuan perempuan pekerja, mereka dibolehkan mencari uang makan selama belum mendapat pesangon. Itu gila kan?
Ya, selain itu, ada lagi yang membuat miris. Seolah merupakan pesakitan, perempuan perempuan itu diteror secara represif dengan ancaman mengantar hingga pintu rumah. Sangat menggelikan, seolah pemerintah bertugas mengurusi rumah tangga perempuan perempuan itu, mereka. Ada yang takut dan malu, memilih jalan lain dan mengorbankan hak yang dijanjikan Pemerintah dengan tidak menunggu pesangon.
Tetapi lebih dari itu, ada hal yang membuat saya sedih. perempuan perempuan itu, yang sah merupakan warga negara dan warga kota (terdaftar dan memiliki KTP) seolah mau diusir dan dideportasi pemerintah. Dipaksa untuk pergi dari tempat yang sah dan yang mereka pilih untuk tinggali. Bagi saya yang dangkal, itu sebuah kejahatan kemanusiaan seperti halnya Holocaust.
Bukannya membela dan mendukung prostitusi, saya hanya berpikir seharusnya pemerintah jernih melihat persoalan dan menempatkan mereka setara sebagai manusia. Buat perencanaan matang dengan segala tahapannya yang benar, pastikan  kemanusiaan dan hak mereka dihormati dan dilindungi, dengan tidak "membola" mereka.
Apapun keputusannya, banyak orang (pengamat) menilai, proyek ini bukannya meniadakan, malah akan menimbulkan banyak masalah baru termasuk meningkatnya AIDS dan kriminalitas berbentuk kejahatan seksual, serta mode operandi prostitusi baru yang tidak dapat dikontrol.
Tapi ah, ya sudahlah, saya juga penasaran ingin melihat video seharga 80 juta itu. Salam ke gedung walikota saja...
~RR
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H