Menonton debat-debat sebelumnya merupakan strategi untuk mencari jawaban dan pertanyaan balasan. Tapi Jokowi dan Prabowo harus mengingat lagi. Bahwa salah satu yang paling penting adalah mencari solusi atas masalah-masalah yang sedang viral terkait isu debat. Sebagai contoh masalah nasionalisasi aset dan bisnis pertambangan. Juga jawaban untuk meyakinkan bahwa ekonomi memiliki keterikatan dengan kasus lingkungan.
Selanjutya, Jokowi dan Prabowo harus bisa menahan ego personal untuk meminta para aktifis memberikan kritik berbasis data dan usulan program pemerintah. Agar kedua kandidat mengetahui apa yang diadvokasi oleh para aktifis. Karena, para aktivis pada setiap bidang kajian, pasti meluangkan waktu untuk menonton debat calon pemilik mandat kekuasaan eksekutif. Sehingga, hari-hari setelah debat kedua menjadi masa penghakiman bagi kedua paslon.
Bagi keenambelas partai politik, acara nonton bareng (nobar) bisa digunakan sebagai gerakan media sosial. Begitu juga dengan kelompok dan anggota sukarelawan yang ada. Sebagai contoh: penggunaan tagar yang cocok dan efektif, kalimat status dengan foto juga infografis dan saling komentar antar pendukung di media sosial harus terencana dengan baik. Agar mesin politik bekerja untuk mengalihkan perdebatan media sosial ke arah debat kandidat.
Sekarang kita tinggal menunggu tanggal main. Siapa yang akan unggul dalam debat kandidat. Lalu, bagaimana cara tim pemenangan mempengaruhi massa media sosial. Juga, bagaimana perbaikan teknis perdebatan. Jangan sampai debat paslon gubernur DKI Jakarta lebih baik dari teknis debat calon presiden.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H