Mohon tunggu...
Andrian Habibi
Andrian Habibi Mohon Tunggu... Konsultan - Kemerdekaan Pikiran

Menulis apapun yang aku pikirkan. Dari keresahan atau muncul untuk mengomentari sesuatu. Cek semua akun dengan keynote "Andrian Habibi".

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Debat Mengikis Marwah Capres

25 Januari 2019   17:14 Diperbarui: 25 Januari 2019   17:21 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber TIFA Foundation

Debat bukanlah mencari siapa yang benar atau salah. Debat adalah sarana penyampaian ide dan pemikiran yang mendalam. Ide dan gagasan akan dibantah dengan ide dan gagasan pula. Tidak menyerang pribadi atau mecela lawan debat. Para peserta debat berusaha meyakinkan penonton untuk menerima gagasan terbaik. Sehingga, setiap gagasan akan menjadi kutipan pembicaraan rakyat.

Selain itu, perumus debat sepertinya telah berhasil membuat kita kehilangan kepercayaan. Bagaimana mungkin elit politik yang ikut bermusyawarah dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU) mempersoaloan perdebatan. Publik hanya menerima konten isu yang mengiris kepercayaan politik. Tidak etis bagi siapapun mempersoalkan teknis debat. Karena itu sesuai dengan kesepakatan hukum melalui undang-undang.

Begitu juga dengan KPU RI sebagai pelaksana teknis. Kemampuan penyampaian kebijakan lembaga yang kurang baik. Sebagai penyelenggara pemilu utama (Main Electoral Body), KPU sudah sangat kesulitan dalam menyampaikan pesan-pesan kepada publik. Paling-paling hanya Purnomo Ubaid Tanthowi yang selalu menjelaskan setiap pesan/isu melalui akun facebook pribadinya.

Dengan begitu, kita seakan terpaksa mengakui bahwa KPU harus memperjuangkan rumusan regulasi teknis untuk kehadiran Juru Bicara atau jubir. Sehingga, Jubir KPU lah yang akan menjawab semua pertanyaan media dan publik saat isu menghangat. Apabila, komisioner sudah bersepakat dalam satu jawaban. Barulah komisioner menjawab semua pertanyaan dengan satu jawaban yang langsung menutup isu apapun.

Oleh karena itu, melihat hulu masalah dan teknis debat perdana. Kita bisa menilai bahwa 'Debat Debutan' kata Yudi Latif telah mengikis marwah Calon Presiden dan Wakil Presiden, baik Paslon 01 atau 02. Kedua paslon sama saja. Sama-sama meruntuhkan harkat dan marwah calon pemimpin bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Untuk itu, demi mengembalikan marwah calon pemimpin warga negara Indonesia. Maka, debat kedua paslon presiden dan wakil presiden harus benar-benar alami. Tidak ada lagi isu kisi-kisi, pertanyaan bocor apalagi persiapan kunci jawaban. Dari sisi peserta debat, sudahilah sinndir-menyindir, jikalau ada kritik, maka jawablah sesuai dengan kritilan. Bukan ngelantur entah kemana.

Sedangkan bagi kedua calon wakil presiden, berilan bantuan yang tepat. Bukan lagi hanya diam atau kata sepakat. Jangan sampai sindiran muncul bahwa pemenang debat perdana adalah Jokowi dan Sandiaga Uno. 

Padahal keduanya berbeda pasangan dalam pesta demokrasi calon pemimpin bangsa. Semoga saja perdebatan yang akan datang mampu menaikkan drajat pemikiran calon.

Kita harus kembali mengingat sejarah, bahwa penyebaran isu debat yang menambah penurunan kualitas debat membuat luka bagi pejuang-pejuang terdahulu. Politisi awal kemerdekaan bahkan lebih baik daripada para pendukung dua paslon -melalui akun media sosial- memaksa publik menerima bahwa paslonnya adalalah pemenang. Padahal kubu 01 dan 02 dengan sangat jelas telah sama-sama kalah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun