Mohon tunggu...
Andrian Habibi
Andrian Habibi Mohon Tunggu... Konsultan - Kemerdekaan Pikiran

Menulis apapun yang aku pikirkan. Dari keresahan atau muncul untuk mengomentari sesuatu. Cek semua akun dengan keynote "Andrian Habibi".

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Jangan Menjadi Pangemanan dengan Merumahkacakan Diriku

16 Januari 2019   04:29 Diperbarui: 16 Januari 2019   13:04 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.pixabay.com

Kemudian, dari dua hal tersebut, secara sosial, ada kalanya personal mengalami perbedaan pendapat dengan personal lain. Apakah itu di kelompok yang sama atau kelompok berbeda. Anehnya, meskipun ada konflik, kadang kala muncul kebutuhan untuk memenuhi keinginan antara personal dengan kelompok -baik sama atau tidak. Kepentingan itulah yang kadang menjadi masalah.

Sebagai contoh: seseorang tergabung dalam suatu komunitas. Dalam kegiatan komunitas, ia berselisih paham dengan orang/kelompok lain. Di lain sisi, aktifitasnya berhubungan atau memiliki hubungan dan bantuan dari yang berselisih itu. Akan tetapi, kita telah membuat dia menjadi pesakitan di rumah kaca.

Kita mungkin menolak asumsi ini. Tapi itulah kenyataannya. Saat orang berselisih, kita dengan sadar merumahkacakannya. Darimana kita mengatahui hal itu? Mudah saja. Dari kalimat, "suatu waktu kamu akan berurusan dengan kami". Atau kalimat "karena pendapat dan perangaimu yang berbeda, maka kamu tidak bisa ikut di kegiatan kami".

Dalam bahasa lain, seseorang yang sudah terbaca secara politis memiliki perbedaan pandangan. Maka, orang lain akan menolaknya untuk bekerjasama. Sehingga, wajar jika kita melihat ada orang yang terbuang atau terasing. Ada juga orang yang gagal mendapatkan berbagai hal, karena ada upaya pembunuhan karakter.

Sehingga, bagaimanapun juga, orang yang terasing dan terbuang telah menenpati posisi Pitung, Mingke dan lainnya. Sedangkan orang/kelompok yang membuang, mengasingkan atau tidak mengajak target dengan alasan apapun telah berubah wujud menjadi Pangemanann.

Dalam artian sederhana, tidak harus menggunakan jurus rumah kaca untuk menjadi Pangemanann. Cukup dengan cara tidak mengikutsertakan seseorang yang berkegiatan sama dalam kegiatan kita. Atau cukup menghilangkan nama-nama orang pada suatu peristiwa demokrasi dengan alasan perbedaan pandangan atau gerakan.

Tidak Ada Serangan Balik

Namun, ada saja keunikan dari hubungan sosial masyarakat. Sebagai contoh: mereka yang tanpa sengaja menjadi Pangemanann dan merumahkacakan seseorang seperti Pitung, Minke dan lainnya. Tapi lupa bahwa zaman sekarang, orang yang tanpa sadar dijadikan target bisa melakukan serangan balik. Dengan cara menarget pemburu tersebut.

Teringat kata beberapa orang, termasuk seorang pemuda yang cerdas yang kutemui akhir-akhir ini. Anak muda itu mengatakan, dengan pilihan pemikiran dan aktifitas/reaksi, maka anda telah terpetakan. Sedangkan dalam politik, apabila sudah terpetakan, maka hidupnya telah hancur.

Contoh sederhana, kita memilih untuk menyuarakan sesuatu yang menyinggung seseorang/kelompok. Lalu kelompok itu beserta jaringannya tidak mengajak kita dalam kegiatan mereka. Atau, tidak menghiraukan suara kita. Pada batas tertentu, ikut berupaya menggagalkan proses yang kita lalui. Itulah kenapa kita harus menjaga hubungan atau berhati-hati dalam bersikap.

Akan tetapi, ada satu yang terlupakan. Pemburu yang tidak berniat memburu target telah melupakan sesuatu. Orang yang tertarget juga memiliki komunitas dan kelompok. Pertanyaannya, apakah komunitas si target harus membalas? Atau melakukan hal yang sama pada orang/komunitas yang tidak sadar menjadi pemburu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun