Mohon tunggu...
Andrian Habibi
Andrian Habibi Mohon Tunggu... Konsultan - Kemerdekaan Pikiran

Menulis apapun yang aku pikirkan. Dari keresahan atau muncul untuk mengomentari sesuatu. Cek semua akun dengan keynote "Andrian Habibi".

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Harapan, Seandainya, dan Ya

26 Desember 2018   02:54 Diperbarui: 26 Desember 2018   03:00 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang kita harapkan pada akhir tahun 2018? Sebuah pertanyaan mudah. Namun butuh waktu berpikir sebelum menjawab. Apa yang benar-benar kita harapkan? Harapan atau impian adalah keinginan yang tergambar, tertulis atau hanya tersebutkan dalam hati. Harapan itu hadir dengan muara tercapai atau tidak. Jikalaupun tidak, semoga itu hanya suatu kenyataan yang tertunda dan sedang proses.

Tahun kemarin (2017), kita menyusun harapan untuk tahun ini (2018). Dari Januari sampai Deaember. 12 bulan melaksanakan semua harapan dari tahun sebelumnya. Namun, kadang kala, ada harapan yang juga harapan orang lain. Sehingga, keinginan kita mengalah pada mimpi yang lain. Ada juga yang kita capai, mungkin sedikit dan tidak memenuhi harapan awal. Syukuri saja dan berterima kasih pada Tuhan Yang Maha Esa atas semua karunia-Nya.

Sebagai contoh, ada beberapa keinginan orang untuk menyelesaikan sekolah, mendapatkan pasangan, bekerja, membayar hutang, menambah pundi-pundi rezeki, menjadi kepala daerah, memimpin organisasi, menulis beberapa buku atau banyak hal lain. Mungkin kita bisa membuka kembali lembaran buku harian atas apa-apa saja yang tertulis.

Akan tetapi, dari semua harapan di tahun 2018. Ada beberapa yang bisa kita petik secara umum. Misalnya, kita berharap ada sesuatu perbedaan dengan tahun sebelumnya. Maka perbandingan antar tahun terjadi. Jika tahun ini sama dengan tahun sebelumnya. Atau malah lebih lemah dari tahun yang lalu. Kita patut mengevaluasi diri. Apakah yang kita lakukan sudah sesuai dengan prosedur untuk memenuhi setiap harapan?

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Seandainya Saja

Jika kita mampu mengubah waktu dengan kata seandainya. Maka akan banyak seandainya-seandainya yang membenarkan setiap alasan. Seandainya saya menerima tawaran kerja ini dan itu? Seandainya saya mendapatkan ini. Saya akan melalukan itu dan menjaganya untuk bertambah. Dasar kata seandainya, pemanis lamunan dalam kerut kening yang menemani air mata merayapi pipi.

Seandainya dia milikku, akan aku jaga dan bahagiakan selalu. Seandainya aku di posisinya. Semua pekerjaan akan lebih mudah. Seandainya aku lulus, maka aku akan dapatkan ini dan itu. Seandainya aku bekerja, maka hutang-hutang bisa tercicil. Semua kata seandainya adalah alat untuk menjaga kita dalam mengingat kejadian sepanjang tahun ini.

Namun, dari kata seandainya, kita mampu mengambil hikmah. Salah satunya adalah menghargai kesempatan yang hadir. Seperti nasehat orang tua, keberuntungan tidak datang dua kali, jangan sampai kita menyesal dengan menolak sesuatu yang baik dan memenuhi check-list harapan. Dari kata seandainya, kita belajar untuk lebih berani mengambil resiko.

Saran dan pendapat orang lain memang baik untuk kita dengar. Akan tetapi, jika semua nasehat melahirkan kata seandainya di akhir tahun. Apakah semua itu sepadan? Apalagi jika saran-saran tersebut tidak menemukan balasan yang seimbang. Atau, masih untung berbalas. Kalau tidak ada sama sekali. Maka, seandainya adalah pelarian pertama setiap jiwa yang menyesali sesuatu.

Katakan Iya

Dengan demikian, setiap harapan tahun ini. Baik yang tercapai, setengah atau tidak sama sekali. Harus bisa kita realisasikan pada tahun depan (2019). Semua halangan dan rintangan untuk tahun ini menjadi senjata. Dia akan manjur sebagai jawaban para pemberi mimpi yang hanya berjanji. Semua penundaan akan sulit dibalas oleh suara-suara yang tidak diharapkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun