Mohon tunggu...
Andrian Habibi
Andrian Habibi Mohon Tunggu... Konsultan - Kemerdekaan Pikiran

Menulis apapun yang aku pikirkan. Dari keresahan atau muncul untuk mengomentari sesuatu. Cek semua akun dengan keynote "Andrian Habibi".

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Makna Ngopi untuk Belajar

5 Desember 2017   01:51 Diperbarui: 5 Desember 2017   02:06 2321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ngopi itu memberikan kamu inspirasi untuk menjaga nalar. Kata abang padaku suatu ketika. Gelas kopinya tinggi. Bisa lah memperkirakan berapa lama kopi akan habis.

Saya selalu rindu dengan suasana itu. Pohon mangga yang melindungi kami dari terik mentari. Membawa kesejukan. Meskipun siang begitu panas. Kami masih bisa menata beberapa kursi dengan meja di tengah lingkaran.

"Pergi ke dapur, buat kopimu, baru kita bicara" kata sang guru padaku.

Dengan pura-pura mempercepat langkah. Saya menghidupkan kompur gas. Memasak air segelas. Lalu memasukkan dua sendok kopi ke dalamnya.

Sembari menunggu air berbuih bagaikan gunung merapi. Saya mencoba meniknati waktu memasak gabungan air dan kopi. Setelah itu, air kopi pindah ke gelas.

Perlahan ku membawa gelas berisi kopi ke depan. Halaman sebuah rumah yang kami sebut sebagai padepokan puluhan merpati. Kenapa diberi nama itu? Karena sang guru memelihara puluhan merpati dengan berbagai jenis.

Tenang dan damai. Suananya pas untuk saling berbagi pengetahuan. Masih teringat senyum sang guru. Dia menunggu dengan sabar siapapun yang niat belajar.

"Minum kopi dari olahan petani itu terasa nikmat kan?" Tanya sang guru sembari menyeruput kopinya.

Sang Guru Ham dan Demokrasi. (Foto: Samaratul Fuad)
Sang Guru Ham dan Demokrasi. (Foto: Samaratul Fuad)
Tanpa menunggu lama. Guru pun menceritakan berbagai kisah kepadaku. Mulai membaca peritiwa. Bagaimana menganalisis. Lalu mencari pemain dibalik layar. Sampai gerak langkah apa yang harus ku ambil.

Setiap sore. Kami para murid selalu menerima nasehat. Terkadang curahan hati. Ada juga mencari jalan keluar dari kotak masalah. Semua bertemankan kopi segelas. Tentu saja kepulan asap rokok.

Bagi sebahagian orang. Ngopi itu harus di kafe. Karena beberapa alasan. Pertama, kopi berkualitas. Kedua, baristanya berpengalaman. Ketiga, lokasi yang nyaman. Keempat, bisa pamer foto di media sosial.

Jadi lah ngopi sebagai ajang pamer. Bukan menikmati kopi sebagai bahagian dari prosea kehidupan. Memang ada yang hanya menyediakan beberapa menit untuk menikmati kopi di kafe. Tapi jarang kita menemui orang seperti ini.

Bagi guruku, ngopi adalah alat untuk saling berbagi. Dia -kopi- menjadi bahan awal pembuka cerita. Kemudian dua orang saling sahut menyahut. Mencari titik terang di gelapnya realita kehidupan.

Ngopi adalah gaya hidup. Bukan gaya mahal. Ngopi bisa mencairkan masalah. Terkadang membawa mamfaat. Tidak jarang menambah pengetahuan. Asalkan tahu niat awal dari ngopi bareng.

Ngopi di halaman itu selalu berbeda. Karena kami membicarakan perbedaan pendapat. Namun tetap bisa ngopi semeja. Sejak itu guru mengajarkan kepadaku.

"Kamu boleh berperang pendapat, tapi saat ngopi, bersahabatlah bahkan dengan orang yang memusuhimu" pesan guru kepadaku.

Benar juga. Mana mungkin kita mengangkat gelas berisi air kopi ke meja lain. Ketika seorang yang berbeda cara pandang duduk satu meja. Nikmati saja kopi secara perlahan. Lalu selesaikan masalah yang bagaikan benang kusut. Uraikan setiap masalah hingga menemukan jalan penengah.

Maota. (Foto: Diskusi Ala Minangkabau)
Maota. (Foto: Diskusi Ala Minangkabau)
"Ambil buku dan pena lalu catatlah, jika kamu menganggap ada pengetahuan baru" kata guruku sambil meneguk kopi.

Maksudnya adalah apa yang dibicarakan saat ngopi harus dicatat. Apabila ada pertanyaan. Catat dan cari jawabannya di lain waktu. Jika ada hasil pembicaraan yang menarik. Catat dan baca untuk lebih memahami akar masalah.

Sehingga kami terbiasa menimba ilmu saat ngopi sore. Bagiku, ngopi bukan hanya menikmati segelas kopi. Ngopi adalah cara mendapatkan ilmu pengetahuan. Bisa juga mendapatkan penjelasan atas peristiwa, informasi dan data.

Ngopi lah untuk belajar. Belajarlah memahi proses ngopi. Dengan demikian, pengetahuanmu akan bertambah dalam hal teknis. Jadikan gaya hidup ngopi sebagai penghargaan bagi petani kopi. Juga cintailah suasana ngopi. Dimanapun dan kapanpun.

Jika ingin tahu sesuatu. Datang lah dengan segelas kopi. Lalu duduklah bersama di satu meja. Setelah itu, pahitnya kopi bisa ditambah dengan gula. Pahitnya masalah bisa selesai bila kita terbuka.

Selamat ngopi dan ceritakanlah bagaimana kisah hidupmu. Semoga ada pembaca yang bisa ngajak ngopi untuk menyelesaikan masalahmu. Minimal saling berbagi informasi dan pengetahuan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun